Melody membenarkan letak kacamatanya. Menatap penuh semangat pada pantulan dirinya di cermin. Hari ini, Melody bukan lagi anak berseragam putih biru tua, tapi Melody sudah resmi menjadi siswi putih abu-abu.
Setelah di rasa penampilannya sudah baik, gadis 16 tahun itu meraih tas selempangnya. Segera keluar kamar untuk berangkat sekolah. Dengan sepeda yang sudah berumur 7 tahun itu, Melody mengayuh dengan semangat.Tepat ketika sampai di depan gerbang, Melody menghentikan sepedanya di tengah gerbang masuk. Matanya menatap gedung sekolah dengan lamat.
"Ibu, Melody berhasil masuk SMA favorit. Ibu bangga kan?" Gumamnya lirih
Melody terus terpukau dengan gedung sekolah besar di depannya. Bukan hanya itu, Melody juga terpukau dengan berbagai siswa-siswi yang bervariasi. Tapi Melody tiba-tiba menjadi sendu, karena di lihat sejak tadi selalu kendaraan bermotor yang datang. Mungkin, hanya Melody yang membawa sepeda kayuh.
"Kenapa cuma gue yang pakai sepeda, ya? Apa mereka gak punya sepeda?"
Tinn!!
Melody terlonjak kaget dengan klakson panjang dan kencang dari motor di belakangnya. Sepeda Melody bahkan sampai terjatuh karena ia lepaskan pegangannya. Si gadis menghembuskan nafas lega, sebelum menoleh ke belakang. Mendapati 3 motor besar berjajar.
"Heh, lo kalau berhenti jangan di tengah dong. Jalan umum nih!" Seru yang paling kiri
"Anak baru aja belagu. Minggir-minggir, mengganggu aja pagi-pagi!" Kemudian suara pemilik motor sebelah kanan menyahut
"Maaf kak, tapi lewat samping-samping kan bisa. Lagi pula jalan ini lebar, tuh! Satu-satu jalannya juga muat, harus banget bertiga sejajar gitu ya?"
Meski penampilan Melody itu cupu, tapi Melody tidak se-cupu penampilannya. Jika dia benar, maka ia akan serukan kebenaran tapi jika ia salah Melody juga akan mengakui salahnya itu.
Toh yang Melody katakan itu benar. Jalan menuju gerbang sekolah itu sangat lebar. Melody memang salah karena berhenti di tengah-tengah jalan, tapi mereka bahkan bisa lewat samping yang muat untuk lewat. Kenapa harus seribet itu?
Melody mengendus pelan. Lantas menaiki sepedanya untuk masuk ke area sekolah. Malas, sudah banyak yang menaruh atensinya untuk Melody.
Gadis itu parkir di area yang strategis. Yang Melody rasa akan mudah keluar nantinya.
"Heh, gila lo ya!?" Sentakan dari seseorang itu membuat Melody berbalik badan
Melody kembali mengendus kesal. Pasalnya, itu adalah tiga orang bermotor tadi. Bahkan mereka masih mengenakan helm full face.
"Kenapa ya, kak? Ada yang salah, lagi?" Tanya Melody santai
"Itu tempat parkir kami bertiga, pindah sana!?" Satu orang yang berada di kiri itu melepas helmnya. Menatap Melody dengan sangat tajam
Laki-laki itu cukup tampan. Dengan tinggi badan yang Melody perkiraan sekitar 180-185cm. Rambut hitam legam yang sedikit panjang. Mata tajam dan pipi yang sedikit berisi. Dengan mata gesitnya, Melody melirik name tag yang terpasang di dada sebelah kanannya.
Samuel.
"Anak baru, jangan ngelunjak!"
Sebenarnya Melody tidak mau terlibat masalah apapun saat belum benar-benar sah menjadi siswi SMA Gemilang. Tapi, mungkin memang sudah keturunan, Melody justru memancing masalah datang.
"Iya kak maaf, saya pindah!" Melody berakhir mengalah daripada masalah tambah panjang
Gadis itu sudah memegang stang sepedanya, tapi detik berikutnya Melody berbalik badan. Tersenyum jahil dan berucap,
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODY AKSA
Teen FictionMelody Alzena, usianya 17 tahun. Baru saja masuk SMA Gemilang, sekolah paling favorit di kotanya. Melody anak yang ceria, cerewet dan berani. Boleh saja wajahnya kalem nan manis. Tapi, jika sudah terusik Melody seperti berubah menjadi orang lain. Hi...