"Oh ini, adek kelas yang berani sama Aksa?"
"Ck, caper tuh sama Aksa!"
"Dasar ganjen, pick me girl!"
Wulan dan Melody saling tatap heran. Mereka berada di kantin saat ini. Melody menemani Wulan yang mau membeli sarapan. Dan dari salah satu meja, mereka mendengar ucapan yang tentu saja untuk Melody. Sudah seminggu sejak kejadian dimana Melody dan Aksa mendapat hukuman bersama. Dan dari sana semakin banyak orang-orang yang membicarakan Melody. Bahkan sudah tidak heran jika banyak yang membicarakan tentang Melody. Entah untuk menyindir tidak pantas, atau yang seperti tadi contohnya.
Melody acap kali masih sering kelepasan untuk mengajak ribut, tapi jika ada Wulan hal tersebut tidak akan terjadi. Karena Wulan selalu bisa menghentikan Melody untuk tidak bersikap kurang ajar pada kakak kelas. Padahal menurut Melody juga kurang ajarnya karena ingin membela diri bukan untuk benar-benar mencari ribut. Sudah di bilang tampang Melody saja yang kalem, tidak dengan kelakuannya yang jauh dari sifat kalem.
"Udah gak usah di gubris, gak penting!" Bisik Wulan mewanti-wanti Melody agar tidak terpancing emosi
"Gue dengar, dia yatim piatu ya?" Melody yang sebenarnya memang benar-benar tidak ingin peduli, benar-benar ingin memendam emosinya jadi mengepalkan tangan. Dengan perasaan terkejut, "Ups, bukannya ... gak pernah punya orang tua ya?"
Brak!
"Jaga mulu lo ya!?" Melody lepas kendali. Cewek itu menggebrak meja dengan emosi yang menggebu, "Setidaknya kalau enggak tahu apa-apa, gak usah banyak bacot!?"
"Yang sopan sama yang lebih tua!?" Kakak kelas tadi, yang jika Melody baca bed nama yang terpasang di seragamnya bernama Aurora
Selalu saja yang dibanggakan adalah senioritas. Memang jika dia lebih tua, Melody tidak berhak menegur jika salah? Memang yang lebih tua selalu benar dan segala omongannya patut di benarkan? Hal paling menyebalkan adalah kakak kelas yang selalu ingin di agung-agungkan dan ingin selalu di hormati. Tapi kelakuannya bahkan lebih bejat dari seorang penjahat. Itu yang wajib di hormati?
Bahkan hanya dengan menatap wajahnya sudah membuat Melody muak. Ingin segera menonjoknya.
"Situ sopan emang sama saya?" Tanya Melody menantang. Dagunya terangkat berani, "Setidaknya kalau mau di hormati, bisa menghormati dulu!"
Kantin ramai. Padahal masih tergolong pagi untuk memancing masalah. Jangan salahkan Melody, si Aurora itu yang memancing jiwa kasar Melody keluar.
"Mel udah Mel, ayo ke kelas aja. Banyak yang lihatin!" Wulan mencoba menengahi
"Benar ya, didikan orang tua itu penting. Terbukti, lo yang gak pernah dididik bentukannya amburadul. Gak punya sopan santun!" Aurora malah menambahi minyak kedalam api
"Terus? Apa bedanya sama lo yang kepo sama kehidupan orang tanpa minta izin?" Melody mendorong pundak Aurora hingga gadis itu terdorong, "Itu yang namanya sopan santun, huh? Itu yang namanya mau di hormati? Lo gak lebih dari pengecut yang bersembunyi di balik gelar senior lo."
Semua bersorak karena keberanian Melody. Tak terkecuali, anggota Adelaar yang duduk menikmati keributan dua gadis itu. Mereka menikmati dengan seplastik kuaci. Seakan tontonan keributan pagi ini lebih seru dari pertandingan bola semalam.
"Mel, udah yuk. Kak Aksa lihat tuh!" Bisik Wulan masih mencoba menengahi mereka
Melody segera menoleh ke arah anggota Adelaar. Melody menatap Aksa dengan begitu tajam.
"Dia penyebab lo kurang ajar cari tahu tentang kehidupan gue kan?" Melody berseru lantang. Dengan telunjuk masih mengarah pada Aksa dan mata menatap tajam pada Aurora, "Ambil aja, gue gak minat!"
![](https://img.wattpad.com/cover/349796123-288-k322966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODY AKSA
Teen FictionMelody Alzena, usianya 17 tahun. Baru saja masuk SMA Gemilang, sekolah paling favorit di kotanya. Melody anak yang ceria, cerewet dan berani. Boleh saja wajahnya kalem nan manis. Tapi, jika sudah terusik Melody seperti berubah menjadi orang lain. Hi...