03

28 13 0
                                    

"Hah?! Manjat?!"

Aksa menutup telinganya ketika suara melengking Melody memasuki gendang telinganya. Begitu menyiksa pendengarannya. Tentu saja mereka sampai di sekolah dengan keadaan gerbang tertutup yang artinya sudah terlambat. Tidak ada jalan lain selain harus memanjat gerbang samping sekolah. Yang untuk ukuran Aksa yang laki-laki tidak begitu tinggi tapi untuk perempuan mungil seperti Melody tentu saja itu tinggi. Apalagi dengan keuntungan kakinya yang panjang. Melody yakin Aksa pun sudah biasa menghadapi adrenalin seperti ini, pasti Aksa banyak membolos dan menjadikannya mahir dalam hal panjat-memanjat gerbang. Sedangkan Melody?

Melakukannya saja tidak pernah terlintas di pikirannya. Dan tolong ya, dia pakai rok, ya kali mau naik-naik.

"Kak Aksa yang benar aja dong. Aku kan cewek."

Aksa berdecak, "Terus? Ya itu masalah lo bukan masalah gue. Mau ikut ayo, enggak ya udah."

Aksa sudah bersiap akan memanjat. Namun, tarikan pada tasnya membuat Aksa tersentak hingga mundur beberapa langkah. Untungnya tidak sampai jatuh. Aksa menoleh kesal pada Melody. Si gadis meringis tidak enak.

"Kak Aksa ..."

"Mau lo apa, sih? Mau ikut enggak?" Tanya Aksa memendam kesalnya

Melody menghentakkan kakinya kesal. Bibirnya melengkung ke bawah. Menandakan seberapa kesal gadis itu.

"Kak Aksa mau bantuin aku manjat gak?" Tanya gadis itu

Aksa melepas jaketnya. Sebenarnya sedikit tidak rela karena jaket itu jaket kebanggaannya. Jaket Adelaar.

"Ngerepotin lo!" Aksa melingkarkan jaketnya pada pinggang Melody, "Naik ke punggung gue!"

Melody mengerjapkan matanya beberapa. Aksa sudah berjongkok di bawah. Tapi Melody masih di ambang kebingungan. Tidak kunjung merasa beban di pundak, Aksa melihat si gadis. Tatapannya tajam, seakan menandakan untuk Melody segera naik.

"I-iya sebentar," Melody menurut. Daripada semakin telat lebih baik segera naik dan melompat, "Kak Aksa jangan ngintip ya!"

Aksa perlahan mengangkat tubuh Melody, "Gak nafsu sama bocil gue!"

Plak!

Melody reflek memukul lengan Aksa, "Aku bukan bocil!"

"Ck, cepetan manjat. Lo berat, gue gak bohong!"

Melody masih mau menggeplak Aksa, sebenarnya. Tapi karena ia ingin segera pergi dari sana, Melody pun perlahan meraih ujung pagar. Dengan mengandalkan doa yang ia utarakan lewat batinnya, Melody berharap sampai di dalam dengan selamat.

Hap!

Melody berhasil naik ke pagar. Senyum gadis itu mengembang. Ia menoleh ke belakang, pada Aksa yang sekarang bersiap untuk naik.

"Kak Aksa hati---"

Brug!

Melody melongo di tempat. Lihai sekali pemuda itu memanjat. Dan bahkan hanya membutuhkan sekali kedip mata untuk Aksa sampai di dalam. Pemuda itu sudah di bawah sekarang. Aksa mendongak, tangannya mengisyaratkan untuk Melody turun dari sana.

Masalah yang lain.

Melody takut untuk turun. Melody takut salah mendarat.

"Cil, turun cepat. Sebelum ada yang lihat!" Ujar Aksa memaksa

Melody menggaruk tengkuknya, "Aku juga mau turun, tapi---"

"Takut turun? Astaga, yang gak lo takutin apa sih, cil?" Pekik Aksa hampir gila menghadapi bocah ini

MELODY AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang