sebelumnya aku mau minta maaf ges, harusnya tuh updatenya kemaren kan, tapi tiba tiba web tempat aku nulis error gitu tapi baru hari ini bisa, huhu
ㅡreplayㅡ
Sinar matahari yang sudah berubah menjadi warna oranye memasuki kamar Sisil melalui jendela yang tidak sempat ditutup gordennya.
Masih dengan posisi yang sama seperti pagi tadi, Sisil masih nyender di bagian bawah tempat tidur, belum pindah posisi sama sekali. Bedanya, rambutnya sekarang udah acak adul, dari tadi dia kibas-kibas asal mulu, masih pusing.
"Sudah malam, kamu belㅡ" mendengar sebuah suara, Sisil menengadah mendapati cowok yang sedang berputar dipikirannya dari tadi ini membuka pintu kamarnya.
Bagas juga nggak jadi lanjutin kalimatnya, dia masih terkejut dengan penampakan di depannya, dan lebih milih buat diemin Sisil aja.
Padahal tadi dia cuman mau ngingetin 'jangan lupa makan' gitu sih. Meskipun Bagas sebenernya juga nggak tahu, asal muasal perempuan ini dari mana, tapi selagi dia manusia dan bernapas, apa salahnya membantu bukan? gitulah kira-kira.
"Eh, lo!" sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar, langkah bagas terhenti karena Sisil kembali memanggilnya. Tanpa nama sih, tapi Bagas sadar panggilan itu ditujukan untuknya.
Bagas kembali membuka pintu kamar lebar-lebar, "Kenapa?" sebelum menjawab, Sisil lebih dahulu berdiri sambil merapihkan rambutnya, "Lo mau ngomong apaan tadi?"
"Jangan lupa makan. Kamu belum mengambil makanan yang saya kasih pagi tadi," kata Bagas yang singkat, padat dan jelas menjawab pertanyaan Sisil.
Sang empu di depannya cuman nyengir senyum-senyum doang, baru inget di kamarnya ada pecel ayam sama susu yang udah dingin.
"Hehe, sorry ya gue lupa makan tadi. Yaudah kalau gitu kita makan, ayo," Ajak Sisil yang akhirnya keluar kamar, meninggalkan Bagas yang masi termangu di posisinya.
Di tengah mengunyah makanan, Sisil sesekali menatap Bagas sekilas, lalu ia alihkan pandangannya ke arah lain, seperti ke arah tempe orek, tahu ataupun ikan di depannya yang penampakannya seadanya.
Meskipun seadanya, gini-gini rasanya khas bintang lima lho, gitu sih menurut pendapatnya Sisil as orang yang kalo lagi laper bakalan makan apa aja tanpa mandang bulu.
"Kamu mau ngomong apa?" suara berat khas laki-laki milik Bagas berhasil menghentikan aksi tikus sembunyinya Sisil, ada lah 2 sampe 3 menitan Sisil daritadi natep bagas terus buang muka natep bagas – buang muka.
"....Lo nggak penasaran sama gue yang tiba-tiba ada di rumah lo gitu?" tanya Sisil setelah ia menarik nafas sedalam-dalamnya, mencoba untuk memulai percakapan serius, no canda-candaan.
Bagas hanya menjawabnya dengan gelengan kepala, abis Sisil nanyanya pas Bagas lagi makan, gimana mau jawab itu mulutnya penuh sama tahu semua.
"Terus?? kenapa lo nggak nanya?"
"Lo percaya nggak kalo gue dari tahun 2019?" Lagi dan lagi Sisil menyambret Bagas dengan beberapa pertanyaan.Setelah menelan semua makanan yang ada di mulutnya, "Di makan dulu nasinya," ucap Bagas sebelum ia kembali melanjutkan aktivitas makanannya.
'Ni cowo ya bener-bener' batinnya.
"Eh! lo beneran nggak kepo sama guㅡ"
"Kalau lagi makan, dilarang berbicara," belum menyelesaikan kalimatnya, perkataan Sisil udah dipotong sama Bagas yang baru aja minum air putih karena telah selesai makan.
Setelahnya, Bagas berdiri meninggalkan Sisil sendirian yang belum sama sekali nyentuh nasi di depannya.
'Rese banget! bilang kek dari tadi'
"Woy gue mau nanya sama lo!" kali ini Sisil yang ngehampirin Bagas yang lagi membaca koran di sofa depan tv. Sengaja mau ngegangguin pokoknya Sisil mah.
Mendengar ada suara, Bagas menurunkan korannya yang sedang ia baca dan menatap Sisil sepenuhnya. Meminta penjelasan.
"Gue udah selesai makan, udah gue cuci juga piringnya terus di taro di rak cuci piring. Sekarang gue boleh ngomong kan?" pinta Sisil menjawab semua pertanyaan yang sebenernya nggak diajuin Bagas sama sekali. Tapi kalo diliat dari sorot mukanya, keliatan banget soalnya.
Bagas hanya menjawab pertanyaan Sisil dengan tindakannya, dilihat dari dirinya yang melipat kembali koran Kompas yang tadi pagi baru dia beli dari mas-mas depan komplek yang suka tiba-tiba lemparin koran ke depan rumah.
"Baik. Saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan kamu. Iya, saya penasaran. Saya penasaran kamu itu siapa, kamu dari mana, bagaimana kamu bisa memasuki rumah saya, terlebih kamar tidur saya yang saya yakini kamar saya itu sudah saya kunci pintunya sebelum saya pergi keluar," jelas Bagas panjang lebar.
'ini mah dia kaga jawab pertanyaan gua anying, malah nanya balik gimana dah'
"Oke, lo mungkin nggak bakal percaya sama yang gue bilang sekarang. Nama gue Sisil, gue dari Jakarta. Tepatnya dari Jakarta tahun 2019 dan gue tinggal di rumah lo ini sekarang, tepatnya di tahun 2019."
Hening, baik dari Bagas dan Sisil tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, kalo Sisil, dia nggak mau ngomong soalnya dia lagi nungguin Bagas buat ngerespon dia. Bukannya sebuah respon, Sisil malah mendapati cowok di depannya itu terkekeh atas jawabannya.
'udah gua duga responnya begini, tapi kenapa gue malah emosi.'
"Kan? nggak percaya kan lo? tapi gue beneran anjir, gue ga boong. Sumpah, rill banget inimah," sebelum melanjutkan kalimatnya, Sisil lebih dahulu duduk dan menggeser koran yang Bagas lipat tadi agar bisa duduk di sebelah cowok itu, "Gue beneran dari tahun 2019. Lo inget benda yang tadi lo pegang? yang lo katain kayak batu? iya itu namanya hape. Gadget dari tahun 2019. Mereknya iphone."
Kali ini Bagas diam, tidak menanggapi celotehan panjang lebarnya Sisil yang jelasin tentang benda pipih nan berat yang tadi pagi dia sentuh-sentuh.
Mau nggak percaya, tapi penjelasannya begitu detail, gitu sih batin Bagas kurang lebih.
"Berarti kamu tidak punya rumah?" tanya Bagas tiba-tiba untuk memecah keheningan yang ditimbulkan di antara mereka. Sisil mendengus, "Dibilangin, ini rumah gue, gue tuh tadi mau tidur anjir, gue udah diatas tempat tidur gue demi dah."
"Terserah deh lo mau percaya atau nggak, tapi yang jelas kalo gue ini manusia bukan setan, masih bernafas dengan baik juga, jadi gue boleh nginep disini ya, bentar aja kok, sampe gue balik...." melasnya, kali ini badan Sisil ia miringkan menghadap Bagas sambil membuat tangan yang saling terkepal (pose memohon).
"Sudah larut malam, waktunya untuk tidur," Bagas berdiri untuk menaruh kembali koran yang tadi sempat ia baca pada rak buku, belum sempat ia pergi, langkahnya kembali terhenti, "Ih beneran gue gapapa nginep disini?" tanya Sisil sekali lagi kali ini ditambah dengan cucuran air mata yang ia buat-buat, "Terus, elo tidur dimana? kan kamar lo gue pake?"
Bagas membalikkan badan, "Kamar lain."
"Emang ada?"
Bagas tersenyum miring, "Kata kamu, ini rumahmu bukan? Masa rumah sendiri nggak tahu punya kamarnya berapa," setelahnya Bagas benar-benar pergi meninggalkan Sisil.
'anjir dibalikin ke gue lagi. Awas aja lo! mulai besok bakalan gue kerjain!'
ㅡreplayㅡ
tbc
vote dan komennya ditunggu maniezzz
KAMU SEDANG MEMBACA
ㅡReplay; Kim Junkyu
Fanfiction[jadwal update: seminggu dua kali pokoknya] Menceritakan seorang gadis sma yang bernama Sisil karena celetukannya membuatnya terlempar ke tahun 1999. Disana dia bertemu dengan seorang laki-laki dingin nan kaku bernama Bagas (kjk) yang diketahui ting...