happy reading maniezzz<3
ㅡｒｅｐｌａｙㅡ
"Sil, beneran lo kalo tidur lagi gua sumpahin kaga usah bangun lo anjir!," sungut seorang perempuan dari seberang telpon.
Cewe yang disumpahin itu tadi, namanya Sisilia Aprillia. Namanya begitu karena doi lahirnya di bulan desember. Loh kok gitu? ya terserah lah, kan yang bikin orang tuanya.
Singkat cerita, cewe yang dipanggil Sisil itu lagi telfonan sama temennya yang bernama Azzahra Agustya, kalo ini beneran karena lahirnya di bulan agustus guys. Cewe yang sering disapa Zahra ini, bisa dibilang sudah menjadi karib dengan Sisil dari mereka masih didalam kandungan kayaknya. Memang dari kedua orang tuanya, terlebih ibu mereka berdua juga dulunya merupakan sohib semasa SMA, yahh jadilah nular ke anak anaknya juga yang jadi menempel satu sama lain.
"Iyaaa, bawel bener lo, tapi bangunin gue ya, please setengah 5, okey? geu mau belajar duluu."
"Gayanya lu belajar, paling ujung ujungnya scroll twiter, dah sono,"
Sambungan telepon dimatikan duluan oleh sang empu yang berada disana, iya si Zahra yang matiin duluan, keburu kesel, abisnya Sisil kalo tiap minta dibangunin pasti suka susah, kebo banget, katanya sih gitu.
Sisil pun demikian, dirinya setelah membasuh air di wajah dan menggosok gigi, ia beranjak ke tempat tidur dan segera terlelap setelah memeluk guling putih yang ada disebelahnya. Bukan pocong, oke, emang beneran guling dia.
ㅡｒｅｐｌａｙㅡ
"Kan beneran kebo kan bocahnya, duh apa gue samperin aja ya?" ucap Zahra dengan tangannya yang masih gesit mengirim chat pada satu temannya itu, Sisil. Sesekali dengan sumpah serapah atau bisa dibilang juga dengan lontarannya yang terkesan kasar.
Dirinya sudah sangat kesal atas kebiasaan Sisil yang sangat susah bangun dari tidurnya. Entahlah, mungkin gadis itu sedang menjadi seorang putri salju di mimpinya? jadilah dia keasyikan tertidur sampai terlewat nyenyak.
"Beneran harus gue samperin inimah, ya tapi gue udah di sekolah, masa balik lagi sih ke rumah anjingg," sungut Zahra, sekali lagi. Zahra kesel tapi panik, jarum jam dinding warna merah oranye yang terpaku di dinding kelas sudah menunjukkan angka enam lewat 20 menit. Dia tidak ingin Sisil terlambat, untuk kesekian kalinya.
Sisil bisa dibilang cewe yang sering banget terlambat ke sekolah, buku kedisplinan sekolah miliknya sudah penuh dengan tanda tangan wali kelasnya. Terhitung sampai bulan ini, sudah 3 kali. Jika 2 kali lagi Sisil terlambat, bisa dipastikan Sisil harus di skors selama 1 bulan tidak mengikuti kegiatan pembelajarannya di sekolah.
Zahra pun memutuskan untuk keluar dari kelas menuju parkir sekolah. Iya, beneran mau nyusulin si Sisil. Namun, sebelum ia menggantung kunci motor beat birunya, suara perdebatan dari arah pos satpam berhasil menangkap perhatiannya. Terlihat jelas ada seorang satpam dengan salah satu siswa sekolahnya.
Zahra mendengus, dari kejauhan Zahra bisa mastiin bahwa siswa yang sedang berdebat dengan Mang Oyon, satpam sekolahnya itu adalah Sisil, cewe yang bikin dia panik tujuh turunan dari tadi.
"Gimana nih mang oy? kasih masuk atuh sayanya ya~"
"Duh neng, saya teh mau mau aja, tapi saya udah dipesen sama walasnya eneng, kalo eneng telat lagi, ngga boleh masuk."
"Telat lagi kan? berarti saya harus terlambat lagi dong baru gaboleh masuk kelas? nah berarti kalo hari ini gapapa atuh mang."
"Haduh, bukan begitu neng Sisil," terlihat jelas Mang Oyon sapa satpam sekolah itu mendadak frustasi akibat ulahnya Sisil. Sisil berusaha memutar otak gimana caranya supaya dia lolos, dia harus lolos hari ini, karena kalo sampe Sisil ketawan terlambat, pasti beritanya bakalan kesampean ke telinga guru, sudah dapat dipastikan dia akan jadi bahan ghibah/gosip guru guru.
Ditambah, hari ini akan ada ulangan matematika di kelasnya. Ibu Jubaedah, guru matematikanya yang dikenal sangat julid itu pasti akan dengan cepat mengetahui berita terlambatnya Sisil. Udah paham banget sisil bakalan disindir-sindir di kelasnya nanti.
Sebuah lampu kuning khas sinetron sinetron kalo pemeran utamanya dapet ide timbul. Iya, Sisil menemukan ide cemerlang yang bisa melumpuhkan kesetiaan Mang Oyon pada wali kelasnya.
"Hatur nuhun neng, tapi janji atuh jangan bisik-bisik tetangga ke walas kamu."
"Sip, aman Mang, itumah harusnya saya yang bilang. Sisil pamit undur diri dulu ya mang," Sisil berucap demikian sambil dengan gaya hormat khas tentara pada Mang Oyon yang hanya dibalas dengan tawa kecil.
Ide konyol yang terbesit oleh Sisil cukup sederhana. Ia membeli 3 pisang goreng, 2 tahu sumedang dan bakwan jagung di gerobak abang abang yang kebetulan sedang bertengger santuy di depan sekolahnya. Ini bisa dibilang 'sogokan' sih ya, makanya tadi Mang Oyon sampe mohon mohon ke Sisil supaya tidak bisik-bisik pada walasnya.
Setelah pamit undur diri, Sisil menghampiri teman sebangkunya yang sedang nyender di deket motor beat, si Zahra tadi yang udah panik tujuh turunan. Sisil yang melihat itu menjadi rasa bersalah, ia sadar, dirinyalah yang telah membuat Zahra sampe panik. Ini Sisil sok tau aja sih, dia cuman nganalisis dari ekspresinya Zahra aja yang panik.
"Hehehe," ucap Sisil dengan posisi tangannya istirahat di tempat. Tanda kalo dia malu dan merasa habis melakukan hal bodoh.
"Ketawa aja lo, gue udah panik ya anjir, nih gue kalo tadi sampe nyamper ke rumah lo beneran, besok-besok biar emak gue aja yang dateng biar langsung disiram muka lo!" balas Zahra sewot. Yang dimarahin cuman nyengir nyengir aja ngeliatin gigi.
"Lagian lo mimpi apasih sampe bablas barubang jam 6 lewat tadi." sungut Zahra seraya berjalan menyamakan langkah Sisil yang agaknya udah 2-3 langkah di depan dia sebelumnya.
"Mimpiin siapa ya? oh, Merida yang di film Brave."
"Hah itu yang mana deh?"
Sambil menunjuk nunjuk, Sisil berucap "Yeu, ketauan ngga pernah nonton film anak anak disney nih. Itu loh Merida yang kata dia ngga sengaja bikin ibunya berubah jadi beruang gitu. Itukan sedih ya ceritanya, masa gue kebangun-bangun tadi malah nangis anjir, makanya gue gamau video call sama elo tadi Zahra!"
Mendengar itu, Zahra lagi dan lagi hanya bisa mendengus. Ada ada aja kelakuan teman masa kecilnya ini. Katanya dalam hati.
"Oh iya Zar, gue sekalian mau liat tugas matematika 3 hari yang lalu kemaren. boleh ga?"
"LAH, TERUS ELO KEMAREN MALEM KATANYA NGERJAIN TUGAS NGERJAIN APAAN," tanya Zahra dengan intonasi nada yang meledak-ledak.
Ya gimana enggak, dia ngga habis pikir sama teman satunya ini yang kelewat santai kalo soal tugas catetan latihan padahal deadlinenya sudah terlambat.
"Beda tugas, itu tugas memenuhi kewajiban sebagai seorang pencari nafkahㅡ"
"Ngidol?" yang ditanya hanya menganggukan kepalanya kecil sebagai jawaban.
Pun Zahra hanya menggelengkan kepalanya juga, masih heran (jilid 2). Sesaat dirinya berjalan ringan, langkahnya diikuti dengan Sisil yang berada di sampingnya persis. Zahra berhenti, Sisil juga ikut berhenti.
"Lo kenapa ngikutin gue?"
"Yah kan lo yang jemput gue."
"Terus?"
"Kan kita sekelas, ya bareng atuh."
Zahra heran, kemudian ia menutup wajahnya dengan tangan sekilas, lalu menatap Sisil dengan sorot kebingungan, "Sil, beneran?" Gantian, kali ini Sisil yang bingung, "Hah?"
"Lo masih santai jalan leha leha begini padahal belom nyalin pr lo? elo seriusan, Sil?"
Mendengar pertanyaan sarkas dari Zahra, membuatnya melotot seketika. Ia menempuk jidatnya sendiri lalu berlari kencang menuju kelasnya yang keberadaannya masih nihil untuk dilihat dari tempat mereka berpijak. Alias jauh banget kelasnya.
Untuk kesekian kali, Zahra lagi dan lagi hanya bisa menggelengkan kepala atas ulah temannya.
ㅡｒｅｐｌａｙㅡ
vote bintang + komennya ditunggu tsay <3
KAMU SEDANG MEMBACA
ㅡReplay; Kim Junkyu
Fanfiction[jadwal update: seminggu dua kali pokoknya] Menceritakan seorang gadis sma yang bernama Sisil karena celetukannya membuatnya terlempar ke tahun 1999. Disana dia bertemu dengan seorang laki-laki dingin nan kaku bernama Bagas (kjk) yang diketahui ting...
