03 : rumah Bagas

22 3 0
                                    

done yah uda up dua kali hari ini, met baca smwa❤️

ㅡreplayㅡ


"Gas ini rumah lo atau toko buku sih? banyak bener bukunya," sungut Sisil setelah ia tidak sengaja membuka sebuah pintu yang dikira kamar mandi, ternyata ruangan yang penuh dengan rak buku.

Sisil mengamati sebuah jejeran buku yang sebenernya ia nggak tau itu tuh masuknya majalah atau buku tapi karena rasa ingin tahunya yang tinggi (re: kepo) dia ambil salah satu majalah yang di bagian posternya ada sesosok model pria yang mukanya tidak asing baginya.

"Ni kaya siapa ya? kok gue kaya pernah liat?" tanya Sisil pada dirinya sendiri.

Suara berat muncul mengagetkannya, "Artis terkenal itu, masa enggak tahu," sang empu menanggapi pertanyaan Sisil yang ia yakini sosok itu adalah Bagas.

Iyalah, orang di rumah ini hanya ada mereka berdua, kalau bukan Bagas yang menjawab, siapa lagi?

Sisil kembali mengamati objek didepannya lekat-lekat, "Siapa ya?" gumamnya, nggak lama, animasi lampu kuning layaknya di tv show kebanyakan muncul di dekat kepalanya Sisil yang menandakan ia mulai ingat dan mengetahui sosok ini.

"INI INDRA BRUGMAN GASIH??" tanya Sisil berapi-api, yang hanya diangguki oleh Bagas.

"Wait atau Sahrul Gunawan yang maen sinetron jin dan jun itu?? Saha si? ni style rambutnya pada mirip-mirip amat dah," gerutu Sisil sembari mengganti halaman demi halaman majalah gaul khas tahun 90an yang gayanya nyentrik nan vintage abis.

"Ya kan memang seperti itu gaya rambut tahun ini," sahut Bagas menanggapi gerutuan Sisil yang nggak ada abisnya. Yang ditanggepin cuma mendecih aja terus lanjut baca halaman majalah lagi.

"Btw, lo kan udah kelas 12 ya gas, berarti lo kan tar lagi lulus ya, nah uda mikirin belom mau lanjut kuliah dimana?" tanya Sisil iseng agar lebih mencairkan suasana sekitar yang menurutnya 'canggung'.

Bagas yang sedang membaca buku juga kemudian menjawab, "Ya, tapi saya belum memperkirakan saya akan melanjutkan kuliah dimana. Lagipula agar bisa lulus dari sekolah, saya harus EBTANAS dulu," lanjutnya.

"EBTANAS? itu apaan dah?"

"EBTANAS itu singkatan dari evaluasi belajar tahap akhir nasional. Semacam tes yang dipakai sebagai syarat untuk kelulusan dari SMA. Memangnya di tahun kamu tidak ada?"

Sisil mengangguk berusaha memahami, "Ohh...kaya UN gitu ya?" bukannya menjawab, Bagas malah balik bertanya, "UN? Itu apa?"

"Ujian Nasional, artinya sama kaya yang lo jelasin tadi. Tapi iya, di tahun gue nggak ada tes tes kek begituan, btw ribet juga yah namanya."

Bagas mengangguk menanggapi, "Tunggu, berarti kamu tidak ada UN? lalu setelah lulus dari sekolah, kamu tidak melakukan tes? nilainya didapat darimana?" tanya Bagas penasaran. 

Sisil menggeleng, "Nggak ada. Ya ngambilnya dari ujian sekolah sama ujian praktek doang. Kalo mau masuk perguruan tinggi ya tergantung, lewat jalur undangan yang dibuka pemerintah, atau lewat tes yang dibuat sama ptn-nya," dilihatnya ekspresi Bagas yang tidak menunjukan perubahan, entah seperti mengangguk mengerti atau menanggapi jawabannya.

"PTN tuh perguruan tinggi negeri, kaya UI, UGM, gitu gitu," jelas Sisil, barulah setelah itu Bagas mengangguk.


ㅡreplayㅡ


Bosen POV Sisil mulu, mari kita mencoba pOv yang laen a.k.a si cowo kutub

Memasuki waktu sore menuju malam, sekitar pukul 18.30, baik dari Sisil dan Bagas tengah menyantap makan malam yang dimasak oleh Bagas sendiri.

Sebenernya Bagas bisa saja pergi ke depan rumah, karena di depannya itu ada lapangan bola yang sudah pasti tiap sore akan ramai gerobak-gerobak jualan, tapi mungkin karena sudah dibiasakan untuk mandiri oleh orang tuanya, Bagas lebih memilih untuk memasak sendiri saja.

Omong-omong soal orang tua, berbeda dengan orang tua Sisil yang keduanya sibuk bekerja, orang tuanya Bagas agak unik nih. Mereka tinggal di Solo, tidak menemani Bagas yang tinggal di Jakarta.

Alasannya sih biar Bagas cepet mandiri. Soalnya, t.m.i aja Bagas selama di Solo, a.k.a di kampung halamannya, dia manja banget. Mungkin karena faktor anak paling bontot yang biasanya paling disayang, jadinya gitu deh.

Meskipun begitu, kedua orang tuanya yang biasa Bagas panggil 'Bunda dan Bapak' ini 2 minggu atau setidaknya sebulan sekali menyempatkan untuk datang ke Jakarta kok buat menengok Bagas.

Yah, makanya dengan Bagas yang merantau ke Jakarta sendirian ini, bisa dibilang semacam hukuman buat Bagas biar bisa melakukan segala halnya sendiri.

Kira-kira begitu sih, kalau kata mbanya Bagas. Ohiya! Bagas itu anak terakhir, dia punya 2 kakak, cewek semua, yang semuanya udah pada nikah, makanya Bagas manggil kedua kakanya itu dengan embel-embel 'mbak', biar sopan aja ceunah.

"Bro lo banyak banget ini masak lauk-pauknya, mau hajatan kah?" tanya Sisil tiba-tiba yang membuyarkan lamunan Bagas sebelumnya.

Bagas tidak menjawab, ia malah kembali melanjutkan aktivitas makannya tadi yang sempat terhenti.

"Bro? halo? annyeonghaseyo?" barulah sesaat Sisil melambaikan tangannya didepan Bagas, ia sadar, "Ah iya, maaf. Kenapa?" Sisil kembali bertanya, "Ini lo bikin makanannya banyak banget dah? mau ada hajatan?"

Bagas menggeleng, "Saya bikin banyak untuk menghabiskan bahan lauk saja. Nanggung kalau dibesokin, tinggal sedikit juga," jawab Bagas seadanya lalu ia lanjut makan lagi.

Sebelum Bagas berdiri mencuci piringnya dan piring lauk pauk yang isinya sudah raup dimakan oleh mereka berdua ke dapur, Sisil lebih dulu bersuara, "Gas jujur deh, lo kenapa ngijinin gue buat tinggal disini?"

"Kan kamu yang mau tinggal disini."

"Yaiya, cuman kenapa langsung lo okein? lo ga takut gue orang jahat gitu yang datang ke rumah lo ini untuk meraup semua hartaㅡ"

"Makan itu sambil duduk," belum selesai cerocos, Sisil lagi dan lagi dibuat bungkam karena Bagas yang langsung mendorong bahunya supaya duduk.

Btw, tadi Sisil nanyanya sambil berdiri, mulutnya masih penuh sama tempe, mana berapi-api banget nanyanya.

"Ni dah duduk gue, ayo lo jawab pertanyaan gue. Gue penasaran, buru," yang ditanya nggak ngewaro sama sekali, sibuk mencuci tumpukan piring dan beberapa wajan yang tadi sempat dipakai untuk masak.

Baru aja Bagas kembali dari dapur untuk pergi ke kamar mandi sebentar, langkahnya kembali dihentikan cewe yang satu ini. "Gas jawab dulu pertanyaan gue."

Tanpa balik badan, Bagas menjawab, "Dihabiskan dulu makanannya, nanti tersedak. Kalau sudah, baru saya jawab."

"Yaelah lo wasting time bangeㅡ anjing! uhuk uhuk," sesuai prediksi, Sisil langsung terbatuk karena tersedak ikan yang ia telan, tapi belum sempat tertelan, dirinya sudah lebih dulu berbicara. Batuk deh.

Melihat itu, Bagas hanya membalikkan badannya untuk mengisi segelas air dan diberian pada Sisil, "Kalau sedang makan, tidak boleh berbicara. Dihabiskan dulu makanannya," ujarnya lalu nggak lama sosoknya pergi menuju kamarnya.

'Ngeselin banget anjir Bagas!' 'Btw tadi dia senyum ya? iya gasih?'



ㅡreplayㅡ

ㅡReplay; Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang