09: Sisil ke mana?

11 3 0
                                    

ㅡreplayㅡ

Setiap jam 4 subuh, mata Bagas selalu terbuka otomatis layaknya mesin. Yah, mungkin karena dari kecil kebiasa sholat subuh.

Setelah ia menunaikan sholat shubuhnya, bagas merapikan tempat tidur dan segera menyapu dan mengepel lantai. Masih dengan ibundanya yang menginap di rumah dan sesosok gadis antah brantah yang akhir-akhir ini tinggal di rumahnya.

Sisil maksutnya, bukan setan.

Berkat ada ibunda yang menginap, sekarang Bagas berhasil merebut kamarnya kembali. Sebenernya bagas nggak keberatan sih kalo dia netep di kamar yang satunya. Kamar tamu ini, kasur dan bantalnya empuk, nyaman, 11 12 lah sama yang ada di kamarnya.

Tapi karena ini Sisilnya langsung yang minta dia buat pindah biar ga ketauan, yaudah.

Hampir sejam Bagas mondar mandir keliling rumah buat beberes. Ia pun mendengar kenop salah satu pintu engselnya di gerakan, menandakan sang ibunda yang mendiami kamar tersebut telah bangun dari tidur panjangnya.

"Pagi nduk, rajin sekali anaknya bunda," ucap ibunda setelah merapikan kerundungnya.

"Iya dong bun, kan diajarin bunda," kaku kaku gini, kalo udah deket sama Bunda, sifat usil nan manjanya bagas suka keluar nih.

Selama bunda tinggal disini, pengen banget rasanya bagas unyel-unyel peluk bundanya, abisan uda jarang ketemu kan. Tapi berhubung ada Sisil disini yang entah kenapa Bagas gamau nunjukin sifat aslinya ini, dia urungkan niatnya.

Setelah kelar beres-beres, Bagas ke dapur buat bikin sarapan. Ala kadarnya aja sih, paling nasi sama telor gulung doang. Pas bagas mau ngebuka kulkas, dia ngerasa kaya ada yang kurang. Seinget dia di rumah itu orangnya ada 3. Dia, bunda, sama...

Ah, sisil!

'ada dimana dia?'

"Bun? bunda lihat dia nggak?"

"Dia? dia siapa?"

"Oh, maksud kamu nak Sisil toh?" tanya ibunda bagas sekali lagi setelah ibunda sempat berpikir beberapa saat yang diangguki sama bagas.

"Ibu ndak tau gas, ibu baru bangun. Kamu harusnya yang tau toh? wong dari subuh kamu sudah bangun?" pertanyaan ibunda bagas membuatnya menghela nafas.

Betul juga, kenapa malah Bagas yang bertanya pada ibunya?

"Coba dicari anaknya."

"Apanya bun?"

"Dengkulmu. Ya nak Sisil toh, kan kamu yang cari dia nduk daritadi? piye?" Bagas menggaruk tengkuknya yang ngga gatel, dia manggut-manggut aja ngikutin saran Ibunda.

Padahal mah ngapain? katanya gitu sih.

Akhirnya Bagas segera menelusuri rumah, mencari keberadaan gadis yang baru dikenal seumur jagung itu. Ada lah sampe 4 kali bagas ngecek ke tempat yang sama, siapa tahu sisil ada disana atau lagi ngajak si Joko main petak umpet (?)

Namun, hasilnya nihil.

"dimana gas cah ayunya?"

"cah ayu? siapa bun?"

"yo sopo lagi? ya sisil toh?" bagas sebenernya tau sih si 'cah ayu' itu ditujukan ke siapa, cuman dia ngetes aja gitu.

Kayak, cewe se teledor bin aneh gitu dipanggil cah ayu sama ibundanya?? ngga salah??

Tapi bagas ga ambil pusing sih, dia langsung make helm + keluar rumah nyari sisil di sekitar. Siapa tahu emang Sisil lagi keluar rumah aja. Tapi tetep aja sih, dia masih heran kek sepagi ini Sisil pergi kemanakah gerangan?

"Assalamualaikum selamat pagi ibu!" sapaan nyaring dari arah pintu depan memenuhi indra pendengaran Bagas dan Ibunda.

Mereka udah tau itu suaranya siapa, tapi tetep aja kaget. Soalnya yang daritadi dicari akhirnya muncul juga batang hidungnya.

"Astaghfirullah cah ayu dicariin sama ibu dan bagas kemana-mana, ternyata ada disini toh," Ibundanya Bagas bertepuk tangan dan menghampiri Sisil yang masih gelagap kebingungan.

ni ada apasi dunia? batinnya

Tapi tunggu sebentar, Ibunda Bagas mencarinya? lalu, Bagas juga mencarinya?

"Ibu cari Sisil?"

"IYA! tuh Bagas sampe panik kelilingin rumah empat kali kok dicari nak Sisil ndak ketemu-temu, abis dari mana kamu nduk?"

Bukannya langsung menjawab, Sisil malah tertegun. Selama dia hidup, dirinya belum pernah dikhawatirkan begini sama siapapun.

Boro-boro, sama mamanya aja nggak pernah.

"Sisil kebangun pas subuh terus langsung ke depan cari tukang gorengan kesukaan Sisil tante...eh maksutnya ibu.." jawab Sisil dengan nada suaranya seperti anak kecil yang lagi ngomong ke ibunya sendiri.

Selepas tegur sapa dengan ibundanya Bagas, ia mampir ke kamar sebentar. Niat mau naro dompet.

Tapi tiba-tiba aja hp Sisil yang tempo hari ia simpan asal di meja nakas deket tempat tidur, menyala menunjukan sebuah tulisan h-5. Awalnya sisil tampak berpikir, namun matanya terbelalak setelah menyadari sesuatu.

"Makan dulu," suara Bagas membuka kenop pintu kamar mengintrupsi fokus Sisil ke gadgetnya.

Bagas mendapati pandangan Sisil kearah benda asing yang katanya gadget di masa depan itu.

"Ada apa dengan benda itu?"

"Gue ngga tau maksutnya apa, but I think my time here is gonna reach a limit,"

"Jadi...kamu akan menghilang?"

ㅡreplayㅡ



Gengs aku baru debutin au di twt nie kali aja ad yang mau mampireu~
namanya sama yah, @bonbonieez juga uhuy😗😗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ㅡReplay; Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang