Bab III : The Sacred Seven

109 10 1
                                    

"Crossover merah, arah jam tujuh. Aku akan berbelok di minimarket 2 blok dari sini. Waktumu sepuluh menit untuk membuat mereka kehilangan jejak, Pitt,
mengerti?" perintah Martin pada seseorang di seberang sana. Salah satu pengawal yang mengikutinya dari jauh.

Martin mengakhiri panggilan singkatnya setelah mendengar jawaban dari Pitt. Dia meletakkan ponselnya di dashboard setelah mengaktifkan mode pesawat, mendorong persneling ke angka satu dan perlahan memutar stirnya ke kanan, bergerak meninggalkan kantor yang seharian ini menjadi saksi akhir pekannya yang panjang. Seperti yang sudah dia perkirakan, crossover merah itu juga mulai menyalakan mesinnya.

"Amatir." ujar Martin pelan.

Martin menduga mereka adalah jurnalis magang dari surat kabar atau televisi. Dilihat dari cara pengintaiannya, mereka masih terlalu terbuka dan mudah terbaca.

Dia sadar mobil itu sudah berada di jalan dekat kantornya sejak tadi pagi, tidak bergerak satu inchi pun. Entah berita seperti apa yang mereka tunggu. Tapi mengikuti salah satu anggota kerajaan mungkin terlihat menjanjikan untuk menghasilkan banyak berita terbaru untuk media mereka.

Martin Windsover adalah contoh nyata manusia penuh sorotan yang sesungguhnya. Sebagai Pangeran Mahkota yang berada pada garis pertama tahta kerajaan, segala tindakannya jelas menarik banyak lensa untuk membidik ke arahnya.

Di usianya yang menginjak 26 tahun, Martin dikenal sebagai sosok yang penuh prestasi. Belum lama setelah acara wisuda S3nya dari salah satu Peringgi Terbaik di Tora, Martin membuka perusahaannya sendiri yang dia rintis sejak menjadi mahasiswa.

Bahkan sejak masa sekolah pun Martin memang sudah cukup aktif dalam banyak kegiatan. Salah satu yang paling diiingat publik adalah saat Martin dan teman-teman SEMENATnya mendirikan organisasi pelajar yang bergerak dalam bidang kemanusiaan.

Mereka menyebut diri mereka The Sacred Seven, merujuk pada tujuh orang pemuda satu tujuan yang menjadi pelopor organisasi tersebut. Segera saja mereka bertujuh menjadi idola banyak kalangan terutama anak-anak muda.

Mereka memiliki agenda khusus setiap akhir pekan ; menjadi relawan di panti asuhan atau panti jompo, relawan bencana, relawan mengajar, bakti sosial rutin, dan lain-lain.

Mereka adalah anak-anak muda pengumpul poin terbanyak karena banyaknya kegiatan sosial yang mereka lakukan. Bahkan sampai sekarang, organisasi itu tetap berjalan dengan Putri Selena sebagai ketuanya.

Selain prestasi, jelas kisah cinta Pangeran Mahkota juga menarik perhatian publik. Setelah kematian mendadak calon Putri Mahkota dua tahun silam karena pandemi, Martin memang belum menunjukan tanda-tanda menjalin hubungan dengan gadis lain.

Publik pasti ingin segera mendengar kabar baik dari sosok dengan tampilan rupawan itu. Laki-laki mapan dengan tinggi lebih dari 180 sentimeter, memiliki rahang tegas, kulit coklat terang dengan iris hitam gelap seperti milik raja.

Tak sulit seharusnya jika dia ingin segera mengakhiri masa lajangnya. Namun, keinginan mereka sepertinya harus tertahan karena Martin sama sekali belum terpikir untuk menuruti keinginan mereka.

Martin merasa iba untuk siapapun yang berada di dalam crossover merah itu. Dia tidak ada jadwal penting hari ini. Pengintaian mereka selama seharian penuh sepertinya tidak akan bisa dijadikan topik berita. Pangeran Mahkota Tora menghabiskan akhir pekannya dengan lembur di kantor jelas tidak cukup menarik untuk dijadikan berita utama.

The Hidden Prince (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang