Bab 5 Kunjungan Pernikahan

19 2 2
                                    


--***--

Awfa tidak mengetahui situasi apa yang sedang terjadi pada dirinya kini, ia berangkat bertiga bersama dua orang pria. Dua pria tersebut tak lain adalah Afnan dan Arya. Walau demikian, mereka bertiga berangkat dengan kendaraan masing-masing, hal ini karena kejadian beberapa saat sebelum berangkat tadi pagi.

"Awfa, sudah siap?" tanya Ibu Awfa melihat putrinya masih mengatur kerudung yang dikenakannya.

"Iya, Mah sebentar lagi. Kak Arya sudah siap ya?"

"Bukan hanya Arya, di ruang tamu juga ada yang nunggu."

Awfa berbalik dari cermin menatap ibunya yang berada diambang pintu, "Siapa? Ayah?"

"Afnan."

"Hah? Afnan?"

"Katanya dia mau jemput kamu, bareng ke kondangan, tadi minta izin dulu sama ayah dan mamah."

"Ayah dan Mamah izinin?"

Ibunya menganggukan kepala sebagai jawaban iya.

"Kok bisa?"

"Kamu berangkat tetap sama Arya kok, tapi mamah teh kan gak mungkin ngusir orang yang udah datang atuh."

"Eh tapi kalau kamu ngerasa gak nyaman, mamah bilang aja atuh ya suruh duluan,"

"Jangan, gak usah, Mah. Kan aku bilang aku udah biasa aja kalau ketemu dia. Udah lalu, udah lupa, InsyaaAllah."

Ibunya menatap khawatir Awfa. Tapi disisi lain Awfa jadi menyadari satu hal, sikap kedua orang tuanya seperti telah menerima Afnan kembali setelah kunjungan Afnan hari kemarin. Awfa tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sebab saat bertanya apa yang dilakukan dan dikatakan Afnan, ayah dan ibunya hanya menjawab bahwa sudah saatnya mereka benar-benar memaafkan.

Kala itu Awfa akan naik ke mobil bersama Arya, tapi Afnan juga membawa mobil dengan niatan menjemput. Arya yang sebenarnya pergi untuk mengantar Awfa menggantikan ibunya Awfa merasa tidak enak sebab yang menikah adalah teman dari Awfa dan Afnan.

"Ya sudah, biar semua ikut dan adil, aku bawa kendaraan sendiri, aku pakai motor saja biar gampang parkirnya." ucap Awfa setelah memikirkan matang-matang.


--***--

Nuansa putih biru mendominasi seisi ruangan, dekorasi pernikahannya sangat sederhana tapi terlihat mewah dan elegan. Cantik. Pikir Awfa kala itu. Ia selalu takjub pada dekorasi pernikahan orang-orang dan tanpa sadar mengamati dan menilai, mungkin sebab ia bekerja di perusahaan Wedding Organizer.

Awfa tersenyum mendapati orang yang ia kenal. Akan tetapi raut wajahnya berubah tatkala melihat pengantin yang tengah duduk kemudian menyalami para tamu. Hatinya berdesir dan sesak. Perasaan yang selalu hadir setiap melihat pasangan pengantin yang berbahagia. Seolah batinnya mempertanyakan, mengapa dahulu ia tidak sampai demikian, gaun yang telah dipilih, udangan yang akan disebar, semua rencana impiannya kandas sebab janji yang begitu saja dilepas.

"Awfa?"

"Ya?" Awfa menoleh ke sumber suara.

"Karina,"

"MasyaAllah, betulan Awfa. Apa kabar?"

"Alhamdulillah, kamu bagaimana?"

Percakapan berlanjut hingga basa basi lainnya. Karina merupakan teman Awfa saat SMA, ia terbilang teman yang tidak terlalu dekat tapi dekat dengan semuanya sebab sifatnya yang ramah. Tapi tidak pada lelaki, ia biasanya menjaga jarak. Karina adalah cerminan perempuan shalihah dan kini ia telah menjadi ibu dari dua orang putra yang masih kecil. Karina juga salah satu teman Awfa yang mengetahui kisah Awfa dan Afnan.

Lembaran LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang