Bab 18. Bunga Hindia Belanda

67.8K 850 98
                                    

Happy reading...
Jangan lupa ninggalin jejak kalian terimakasih banyak 🥰
.
.
.
.
.
.

Mawar Van vries seorang gadis indo, ia seorang anak Belanda campuran, ayahnya Belanda tulen dan ibunya Marsih, seorang wanita Jawa yang menjadi gundik tuan Van Vries.

Karena identitasnya sebagai noni Belanda campuran ia pun dikucilkan dari kalangan wanita-wanita Belanda tulen lainnya. Mereka tak menerima dirinya yang memiliki separuh darah pribumi yang dijaman itu dianggap setara dengan monyet.

Begitulah kehidupan di tahun 1880 dimana kaum pribumi dipandang rendah oleh kaum Belanda.

Ayahnya tuan Van Vries yang menjadi salah satu tentara Belanda, dia gemar mengoleksi para wanita untuk dijadikan gundiknya. Tak tahan dengan itu, Mawar menjauhkan diri dari kehidupan noninya.

Dia memilih tinggal di wilayah timur, dia menjadi penerjemah surat kabar dan artikel dari bahasa Belanda ke bahasa Melayu, kadang dia memberikan pendidikan baca dan tulis pada anak-anak pribumi secara sembunyi-sembunyi, karena pada saat itu kaum pribumi dilarang mendapatkan pelajaran bila bukan anak bangsawan, anak bupati ataupun anak Patih.

Seorang pria berpakaian ala tentara dengan kain batik yang diikat di kepalanya, dia nampak berlari dan bersembunyi dari kejaran tentara-tentara Belanda.
Pemuda bernama Jarasanda itu adalah anak Patih, sang veteran itu adalah salah satu tokoh pejuang yang mengkritik dan menentang tindakan kolonial Belanda.

Julukannya adalah Butokala wengi, karena dia selalu menjalankan aksinya saat malam. Dia begitu diburu oleh Hindia Belanda, bahkan Belanda akan memberikan uang 500 gulden untuk barang siapa yang bisa membawa kepalanya.

Pemuda itu masuk ke salah satu rumah dan bersembunyi kedalamnya, didalamnya ia telah disuguhi pemandangan yang begitu memanjakan matanya.
Seorang gadis muda bergaun malam sederhana, gadis itu memiliki kulit putih yang pas, bermata hazel yang menakjubkan, rambut hitam yang sangat lembut, serta paras ayu nan manis.
Kecantikannya seperti perpaduan gadis tanah Sunda dan Belanda. Sungguh putri-putri keraton pun akan kalah dengan kecantikannya.

Dan sepertinya Nona indo itu mengetahui akan identitasnya sebagai veteran,
"Maafkan saya Noni, saya sembarangan masuk ke dalam rumah Noni tanpa permisi." suaranya terdengar pelan.

Noni itu hanya diam, dia berjalan ke jendela dan mengintip kondisi di luar. Di luar ada banyak tentara Belanda berkeliaran dan mengetuk kasar pintu para Pribumi untuk mencari dimana pemuda itu bersembunyi.

"Tetaplah disini tuan sampai tentara Belanda itu pergi, anda aman bersama saya." Katanya.

"Dan jangan memanggil saya dengan sebutan Noni, panggil saya Mawar. Saya lebih membanggakan darah pribumi saya ketimbang darah Belanda saya." Katanya lagi.

Suara ketukan pintu itu mulai terdengar di depan pintu rumahnya,
"Keluar kau monyet!" Teriak seorang tentara militer Belanda, dia mengendor pintu Noni itu tanpa tahu siapa yang sedang ia teriaki.

"Bajingan satu itu memang perlu dirajam." umpat si Noni.

Pemuda itu menarik sedikit senyumnya, dia pikir para gadis indo tak pernah mengumpat, rupanya sekali mengumpat sangat mengerikan.

"Bersembunyi lah di kamar saya! Jangan keluar sampai saya mengatakan keluar."

Pemuda itu menganggukkan kepalanya, dia merasa percaya pada gadis ini. Pemuda itu menatap si noni dari jauh, terlihat si noni itu segera membuka pintu dengan tak kalah kasar, dia menatap galak pada tentara Belanda.

Entah apa yang ia katakan, ia mengatakan dalam bahasa Belanda dengan nada kasar. Dan tentara Belanda itu juga membalas dengan nada kasar pula, tak berselang lama tentara Belanda itu pergi dengan kekesalan diwajahnya.

"Padahal dia memanggilku dengan sebutan monyet, lalu dia malah mengamuk ketika aku panggil dia lutung." rutuknya.

Bolehkah bila putra Patih dari kalangan pribumi itu jatuh cinta dengan seorang noni indo Belanda?
Bolehkah bila pemuda itu terjatuh dalam pesonanya, sungguh dia berbeda dengan gadis-gadis yang biasa bergaul dengannya. Apalagi setelah mengetahui apa yang ia lakukan untuk bangsanya, rupanya gadis ini sering memberikan pelajaran bahasa Belanda dan baca tulis pada kaum pribumi yang buta huruf. Bukankah itu sama saja bahwa gadis ini adalah tokoh pergerakan dibalik layar.

Dan semenjak hari itu pun hubungan mereka semakin dekat hingga bertahun-tahun. Mereka mulai menjalani sebuah hubungan ditengah masa kolonialisme.

***

Kedua insan itu berlarian di rerumputan ilalang, mereka sering menghabiskan waktu bersama saat ada waktu luang. Mereka sering bertukar pikiran dan pendapat untuk bangsa pribumi yang mereka lindungi.

Oh lihatlah Sang Hyang Widhi ciptaan-Mu itu, sang Dewi Pasundan Belanda yang terlihat menawan ketika berlarian di hamparan ilalang.
"Mas, bila kau melamun sambil berlari begitu maka kau akan terjerembab di rumput ilalang." Kata gadis itu.

Pria berkulit sawo matang itu tertawa lepas,
"Mana mungkin dek."

Gadis itu berbaring di rerumputan ilalang, dia menepuk-nepuk rerumputan disebelahnya.
"Kemari mas."

Pria muda itu segera berbaring disebelahnya, dia merentangkan lengannya agar gadis itu berbantalan pada lengannya.
"Kau tahu dek apa yang lebih indah dibandingkan pemandangan langit dikala senja?"

"Emm yang lebih indah dibandingkan langit senja tentu saja lawannya, langit saat fajar."

Pria itu tertawa, dia menggelengkan kepalanya.
"Bunga mawar yang ada di sebelahku." Katanya.

"Bisa saja kau mas."
Gadis itu terkikik geli mendengar gombalannya, apakah pria Jawa itu memang suka berkata manis?

Kedua insan itu terus membaringkan diri mereka di atas rerumputan, hembusan angin yang lembut menjadi pengiring dua sejoli itu.

Kedua mata mereka saling bertatapan, mereka tenggelam dalam pesona masing-masing. Entah siapa yang memulai, tanpa sadar mereka saling mendekatkan wajah.

Kedua bibir yang lembut itu telah saling berpangutan, mereka mencecap rasa manis dari bibir masing-masing.
Semakin lama mereka menjadi semakin tak terkendali, si pria itu telah berada di atas tubuh wanitanya.

Helai demi helai telah terlepas dari tubuhnya, menampilkan sebuah pemandangan luar biasa yang belum pernah pemuda itu lihat di sepanjang hidupnya.

Pria itu mengecupi kulit putih gadisnya dan meninggalkan jejak kemerahannya,
erangan demi erangan mulai terdengar dari bibir mereka. Untungnya padang rumput ilalang itu cukup sepi dan jauh dari pemukiman warga, bila tidak pasti kedua insan itu akan diarak warga dan dinikahkan secara langsung.

To be continue....
Tmg-Smg Minggu 17 September 2023
Author lagi mode inshaf ya makanya jarang up🤭



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The dark of MatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang