"Heh cok, bisa-bisanya gue mimpi aneh banget tadi malem bejir!"
"Mimpi apaan lo? Lagi ngudud di segitiga bermuda?"
"Kaga ya, bangke lo!" Pra mendengus denger tebakan ngawur Kei. Mereka berjalan beriringan menuju ruang dosen. "Ini kaga ada angin, kaga ada ujan, badai, tornado, puting beliung, tetiba gue mimpi macarin temen sebangku gue pas SMA dulu!"
Pra menampar-nampar pipinya sendiri demi mengenyahkan pikiran ngawurnya. Ini kalau diingat lagi sangat menggelikan. Ya bagaimana tidak coba, wong teman sebangkunya ini sama-sama cewek!
"Brengsek, si Dinda maksud lo?"
Saat Pra mengangguk, di situlah tawa Kei pecah.
"Bajingan! Bukannya prihatin malah ngetawain. Kualat lo abis ini."
"Ya lagian anjir, kaga ada waras-warasnya ntuh mimpi." Kei masih aja ngakak, bikin Pra makin kesal.
"Lo tau apa bagian kampretnya?"
"Apaan?"
"Di situ 'kan gue ada kasih hadiah pake kotak box gitu, isinya sweater. Terus si Dinda seneng dong ya, dia potoin terus masukin sw. Gue liat 'kan tuh, ada kali lima menitan udah dihapus tuh sw sama si Dinda. Dan dengan muka sedih gue nanya, 'udah dihapus din?' lo tau dia jawab apa?"
"Gimana emang?"
"Maaf ya, aku mau upload daganganku. Lagi open pre-order sekarang."
"Anjeng elo gak lebih penting dari barang dagangannya dong?!" Kei ngakak lagi. Kali ini lebih kenceng dari sebelumnya. "Mana cuma lima menit doang lagi durasi lo di hidup dia."
"Teros aja teross ledekin gue, makin laknat aja gue liat-liat ya lo ini." Pra berujar sewot melihat Kei masih nggak berhenti ketawa. "Awas aja lo gue sumpahin kena karma!"
Kei melotot mendengarnya, ia sudah ingin menggeplak punggung Pra, namun cewek itu sudah duluan ngacir masuk ke sebuah ruangan bertuliskan ruang dosen pada plang di atas pintunya.
Pra bilang dia mau minta tanda tangan dosen pembimbing akademiknya untuk kartu rencana studinya satu semester ke depan. Kei mah udah sejak awal membereskan yang satu ini. Memang dasar Pra ini yang malas melakukannya lebih cepat.
Karena Pra bilang kalo urusannya dengan sang dosen hanya sebentar, Kei tidak berniat mencari tempat yang nyaman untuk menunggu. Mau mencari tempat duduk sepertinya percuma, semua gazebo dan tempat duduk sudah terisi oleh kakak-kakak tingkat yang lagi nongkrong asyik sembari menunggu kelas berikutnya.
Sebenarnya Kei tidak masalah menunggu. Cuma sepertinya berada di tengah keramaian seperti ini bukanlah zona yang nyamana untuknya. Kei hanya bisa berdiri kaku seperti patung di tengah mahasiswa lain yang berlalu lalang. Dia benci keramaian. Kei tidak suka perhatian banyak orang tertuju padanya, ia risih dibuatnya.
Jadilah Kei sibuk bermain-main dengan pulpen berwarna kuning dengan karakter shinchan kesayangannya. Kei mentoel-toel kepala shinchan yang berada di ujung pulpennya seperti orang tidak waras. Kalau pulpennya dikasih nyawa sudah pasti dia pusing tujuh keliling sambil mengumpatinya sekarang.
Makin lama dirasain, ini kaki bisa pegel juga ternyata. Kei menghela napas sambil menyandarkan punggung pada tembok, berharap bisa mengurangi pegal yang dirasa ketika pujaan hati alias sosok yang selama ini Kei kagumi diam-diam sedang melangkah menuju ke arahnya—ups maksudnya ruang dosen. Mau menjaga pandangan sudah tidak sempat karena mata Kei sudah jelalatan duluan.
Kei melotot saat cowok itu tiba-tiba berjongkok di hadapannya. Kei sudah ge-er duluan, kirain mau langsung melamar seperti eptipi dramatis pada umumnya. Ternyata tidak lama kemudian cowok itu langsung berdiri tegap sambil menyodorkan sesuatu padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Eclairs ✔
RomanceIni hanya tentang Kei yang diam-diam menyukai Hagian. Menjadi fangirl Hagian sejak jaman maba tidak lantas menjadikan Kei menaruh harapan berlebih pada cowok itu. Jangankan mengajak berkenalan, menyapa saja Kei tidak berani. Kei hanya sanggup mengkh...