As endless as forever, our love will stay together. You're all I need to be here with forevermore.
⸻
Kalau ada yang bertanya siapa yang tidak kenal seorang Hagian Jagawana, jawabannya adalah nggak ada. Semua orang tahu siapa cowok itu. Bagaimana ketampanan paripurnanya begitu menarik perhatian separuh mahasiswi di kampus. Ya walau tidak sepenuhnya, pasti hampir sebagian besar cewek-cewek mengagumi Hagi secara diam-diam.
Namun sayangnya, begitu banyak rumor buruk yang menempel padanya. Mulai dari Hagi adalah seorang playboy, fuckboy, sampai yang suka main cewek sana-sini, gonta-ganti cewek kayak ganti sempak sehari sekali. Yah hal-hal buruk itu seakan membuat popularitas Hagi menurun, cuma tersisa beberapa orang saja yang masih menaruh perhatian padanya.
Tak bisa dipungkiri, Hagi bersyukur atas hal itu. Setidaknya ia tak lagi bingung harus bersikap bagaimana ketika selalu mendapat sapaan dari banyak orang di setiap langkahnya.
Karena apa lagi kalau bukan soal penyakitnya. Walau kemampuan mengenalinya sudah berkembang pesat, namun ada beberapa jenis orang yang tetap tidak bisa ia ingat. Hingga ia selalu membutuhkan seorang Oris di sampingnya untuk membantunya mengatasi hal tersebut.
Dalam perjalanannya mengingat orang, ada seseorang yang menarik perhatiannya dengan satu ciri khasnya yang berbeda dari kebanyakan orang.
Saat itu hari terakhir ospek diadakan, Hagi masih melamun di sebuah warung kopi yang letaknya nggak jauh dari kampus. Ia masih menunggu Oris yang katanya mobilnya lagi mogok.
Aslinya Hagi udah di kampus tadi, tapi karena Oris belum datang, Hagi memutuskan untuk menunggu di warkop saja. Walau nanti mereka bisa telat, setidaknya Oris masih di sampingnya. Sebut saja Hagi penakut, namun ia masih tidak terbiasa berada di antara orang yang tidak dikenalinya kalau tidak bersama Oris.
Lagi asyik melamun begitu, sosok seorang cewek yang buru-buru turun dari motornya membuat perhatian Hagi tersita. Ia memperhatikan bagaimana cewek itu langsung turun dari motor untuk menghampiri seekor kucing yang kakinya pincang sebelah. Posisinya yang nggak begitu jauh darinya membuat suaranya terdengar jelas.
"Cing, kamu kenapa?" tanya cewek itu sambil memeriksa kaki si kucing. "Ya ampun kamu berdarah!"
Ia berteriak histeris sambil mondar-mandir, memeluk kucing tersebut walau kemeja putihnya bisa ternodai dengan jejak kotor dari kaki si kucing. Cewek itu berulang kali memeriksa jam di tangan, kelihatan sedang terburu-buru.
Hagi ikut memeriksa jam, ternyata tujuh menit lagi ospek dimulai. Namun Hagi masih setia memandangi sosok cewek yang akhirnya meletakkan kucing di aspal lalu berjongkok. Ia melepas ikatan rambutnya.
Sekarang yang tersisa di tangannya hanyalah sebuah scrunchie berwarna hitam. Scrunchie tersebut dililitkan pada kaki si kucing tepat pada lukanya untuk menghentikan darah yang mengalir.
"Cing, aku masih ada ospek. Kamu di sini dulu ya, nanti aku obatin lagi." Si cewek memandang prihatin pada kucing yang tengah mengeong lemah itu. "Maaf ya, aku juga nggak punya hansaplast atau obat merah buat ngobatin luka kamu."
Ia mengusap kepala si kucing sejenak lalu dengan bahu melemas, ia menaiki motornya dan berlalu dari hadapan Hagi. Saking fokusnya memperhatikan cewek tersebut, Hagi sampai nggak sadar kalo Oris sudah datang. Ia ikut masuk lewat gerbang yang sebelumnya dilewati oleh si cewek scrunchie.
Ternyata mereka satu kampus?
Tebakan Hagi ternyata meleset. Melesetnya ke jalur baik tapi, alias ternyata oh ternyata, si cewek scrunchie nggak hanya satu kampus dengannya, melainkan satu fakultas!
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Eclairs ✔
RomanceIni hanya tentang Kei yang diam-diam menyukai Hagian. Menjadi fangirl Hagian sejak jaman maba tidak lantas menjadikan Kei menaruh harapan berlebih pada cowok itu. Jangankan mengajak berkenalan, menyapa saja Kei tidak berani. Kei hanya sanggup mengkh...