Untuk keberkian kalinya, Kei harus menanggung malu akibat kelakuan somplak Pra yang tidak ada habisnya. Kali ini, Pra berulah di taman depan perpus yang mana adalah tempat nongkrong syantik para kakak tingkat.
Kebetulan gedung fakultas Kei berada dekat dengan perpustakaan kampus. Jadi, rasa malunya berkali lipat lebih besar karena banyak orang yang menjadi saksinya.
Kei saat ini berada di semester tiga di mana suasana ospek masih terasa. Jadi ketika Pra melihat kakak tingkat—yang waktu itu menjabat sebagai ketua panitia ospek—lewat, Pra langsung menyapa keras-keras.
"CAK KAVIN!" Begitu. Namun tatanan kalimat yang diucap Pra sama sekali salah.
"Cak?"
Kak Cavin bingung dibuatnya, Pra melotot sempurna saat sadar akan kelakuannya.
"M-maaf kak, maksudnya Kak Kavin! Iya, aduh lidah saya keselepet Kak, hehe...." Kei langsung menendang betis Pra—yang langsung ngomel-ngomel tidak terima.
"Ke—apa tadi ... keselepet?" Kak Cavin tambah bingung. Barulah saat Kei memelototi Pra, dia langsung paham dan berteriak.
"KEPELESET MAKSUDNYA KAK!" ralat Pra berteriak. "Ini lidah saya minta ditampol, salah mulu dari tadi." Pra ngomel sambil cengar-cengir gaje.
Kei hanya meringis melihat sekeliling yang ternyata ikut menyaksikan. Ada yang tertawa, ada yang heran dan ada juga yang tidak peduli.
Kei langsung menyeret Pra menjauh sebelum mereka jadi topeng monyet di sana. Kei sempat meminta maaf kepada Kak Cavin yang namanya seribet aturannya saat ospek dulu.
Kei buru-buru menjauh dari sana sampai tidak fokus pada langkahnya dan malah menubruk seseorang. Sangat keras sampai dia dan Pra berakhir bersilaturahmi dengan aspal.
Kei memekik kesakitan, sedangkan Pra sudah menggerutu pelan.
"Lo nggak papa?" tanya seseorang sambil mengulurkan tangan, berniat membantu Kei berdiri.
Kei menengadah, ia dibuat terkejut lantaran yang ada di hadapannya saat ini adalah Hagi. Kei buru-buru bangun sendiri, mengabaikan uluran tangan Hagi.
"Apanya yang nggak papa? Lo liat sendiri kita jatoh begini!" Tau-tau Pra sudah berada di depan Hagi dan mengomelinya.
Kei sudah mangap mau ngomong ketika Oris—salah satu teman Hagi ikut maju dan malah baik melawan.
"Heh, yang salah di sini itu kalian berdua! Kita enak-enak jalan malah diseruduk dua kambing yang entah dari masa asalnya." Oris melotot pada Pra.
Wajahnya dibuat sesangar mungkin namun yang Kei lihat adalah sebaliknya, karena penampilan Oris yang dibalut sweater pink menyala dengan ornamen beragam yang membuatnya terlihat soft sekaligus unyu.
Kei sedikit heran, pakaian Oris selalu berwarna mencolok. Tapi ya kan terserah Oris juga mau pake yang bagaimana.
"Ini secara nggak langsung lo ngatain gue kambing?!"
Suasana malah makin kacau, Kei tidak tahu harus berbuat apa karena memang dirinya yang salah. Dengan segera Kei meminta maaf dan langsung menarik Pra untuk benar-benar pergi dari sana walaupun Kei harus mendengar Pra yang tidak berhenti mengomel dari tadi.
Yang Kei pikirkan saat ini adalah bagaimana bisa Hagi menatapnya seperti orang asing? Bukankah mereka sudah berteman? Atau Kei saja yang berpikir demikian?
Ah sudahlah mungkin Kei cuma salah lihat. Iya mungkin dia salah lihat.
(>'-'<)
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Eclairs ✔
RomanceIni hanya tentang Kei yang diam-diam menyukai Hagian. Menjadi fangirl Hagian sejak jaman maba tidak lantas menjadikan Kei menaruh harapan berlebih pada cowok itu. Jangankan mengajak berkenalan, menyapa saja Kei tidak berani. Kei hanya sanggup mengkh...