☯ 12: mission

350 55 39
                                    

Berkaca pada kejadian sebelumnya, sepertinya Kei membutuhkan sesuatu yang bisa membuat Hagi menurut padanya. Bayangkan aja nih ya, pas Kei lagi asik-asiknya merecoki Hagi, cowok itu keceplosan bilang kalo Kei cuma ngaku-ngaku aja sebagai pacar dia.

BIG NO! Ini nggak boleh sampai terjadi. Bisa hancur reputasinya di kampus. Kei nggak bisa membiarkan hal ini jadi ancaman buatnya.

Maka dari itu, Kei sudah di sini, bersembunyi di balik semak-semak untuk memantau aktivitas Hagi—yang kampretnya, sekarang ia lagi bersama seorang cewek. Kei kenal cewek itu, namanya Amel. Yang waktu itu Hagi kenalkan padanya sebagai temannya semasa SMA dulu.

Melihat interaksi keduanya yang saling bercanda-gurau, Kei nggak munafik, ia sedikit cemburu. Tapi ya balik lagi, memangnya dia siapa boleh cemburuin Hagi sesuka hati? Meski statusnya sekarang adalah pacar Hagi, tapi itu 'kan keputusan sepihak—heit apa-apaan pemikiran itu?

Nggak, Kei nggak boleh merasa galau lagi, apalagi penyebabnya adalah cowok yang sama. Sekarang yang paling penting adalah memastikan bahwa Hagi tidak mengoceh yang iya-iya tentang dirinya.

Sebisa mungkin Kei harus mencegah hal itu agar tidak sampai bocor ke mana-mana. Mungkin Kei akan langsung menutup moncong mulut Hagi sesegera mungkin ketika cowok itu menunjukkan gerak-gerik yang tidak wajar.

Lagi serius-seriusnya memelototi Hagi, seseorang menginterupsi dengan menepuk bahunya dari belakang.

"Oit!"

Hampir saja Kei mengumpat, tapi urung ia lakukan sebab pelakunya sedang nyengir tanpa dosa di hadapannya.

"Serius amat kayaknya, lagi mantengin apa nich?"

"Bukan urusan lo! Ngagetin aja, sono pergi."

"Weseh santai dong!" Oris ketawa. "Oh gue tau nih, pasti lo lagi mantengin si kemoceng prasmanan 'kan?"

"Kemoceng prasmanan?"

"Gian maksudnya." Oris ngakak.

Beraninya sedotan besi ini mengatai pangeran beruangku! Dengus Kei dalam hati. Eh apa-apaan? Nggak deh, Kei bukan lagi membela Hagi! Dia cuma refleks aja tadi.

"Nggak kok, gue l-lagi—" Kei memutar tubuh lalu berjongkok menyentuh rumput. "M-memantau perkembangan tumbuhan liar! I-iya, gue lagi ada tugas penelitian terhadap tumbuhan liar!"

Kei jawab sekenanya, sebab otak mendadak nge-blank karena ditodong tuduhan tepat sasaran.

"Kei, setau gue, kita masih satu fakultas, yang mana pasti matkulnya nggak jauh beda." Oris ikut berjongkok. "Mana ada anak Sistem Informasi yang nyasar ke taman buat memantau perkembangan tumbuhan? Kecuali lo anak pertanian, baru gue percaya."

Kei kicep, mampus sudah ketahuan ngibulnya.

"Udah ngaku aja, lo lagi memata-matai konco gue, 'kan?"

"..."

"Biar gue tebak lagi, tujuan lo adalah untuk mastiin Gian nggak bilang kalo lo cuma ngaku-ngaku jadi cewek dia. Bener apa bener?"

Mampus! Super duper kuadrat kubik benar seratus persen. Kei sontak berdiri dalam kekagetannya.

"Nggak penting gue lagi ngapain di sini." Kei pura-pura melihat jam di pergelangan tangannya. "Gue buru-buru, masih ada kelas ntar lagi."

Kei sudah beranjak pergi, eit baru beberapa langkah, Oris bersuara lagi.

"Padahal gue punya sesuatu yang bagus buat lo. Tentunya bisa jadi senjata untuk bungkam mulut Gian." Oris sengaja mengeraskan suaranya agar Kei denger jelas. "Bonusnya, lo bisa gunakan ini untuk memperbudak dia sesuka hati. Berhubung lo nggak—"

Strawberry Eclairs ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang