5. Anak kecil yang malang 🥀

17 9 1
                                    

Malam semakin meninggi dan suhu dingin semakin terasa apalagi yang mereka tumpangi adalah mobil pick up yang menampung berbagai barang bawaan, Dahayu duduk di samping kanan menyandarkan kepalanya di tiang, Dahayu lupa meskipun memakai baju yang cukup tebal dan dilapisi dengan rompi seharusnya ia tetap memakai jaketnya, Dahayu tidak terlalu kuat dengan suhu udara yang seperti ini, Irham dan Agatha mengambil jaketnya dan memakainya.

Dahayu hanya bisa pasrah bagaimana mungkin ia melupakan membawa benda sepenting itu, Arjuna menoleh melihat perubahan dari wajah Dahayu yang kini menjadi sedikit pucat, Arjuna duduk disamping Dahayu yang hanya terhalang dua kotak yang berisi peralatan medis juga makanan dan air mineral. Dahayu semakin merapatkan tubuh dan membungkuk berharap suhu dingin itu berkurang namun bukanya berkurang semakin jauh mereka menempuh perjalan maka semakin dingin pulan udara yang mereka rasakan.

Perjalan gelap gulita hanya ada penerangan rembulan dan cahaya bintang serta suara-suara yang terdengar melalu pengeras suara masjid, Dahayu hampir menutup matanya namun ia urungkan takkala ia merasakan tubuhnya menjadi hangat seakan ada sesuatu yang menutupinya. Dahayu kaget ia melihat tumpukan kotak berada didepanya juga satu jaket tebal yang tersampir diatas tubuhnya bahkan kini Dahayu bersandar begitu nyaman di tas yang begitu empuk.

Dahayu melirik ke arah Arjuna yang menenggelamkan wajahnya di antara lutut, ia ambil jaket ia dan melihat bordir nama di saku kanannya 'Arjuna Dirgantara'

Arjuna mengangkat wajahnya karena merasa diperhatikan, Dahayu memiringkan kepala namun matanya tak lepas dari Arjuna. Dahayu melepaskan sorban yang berada dilehernya lalu menyerahkannya kepada Arjuna. "Setidaknya kenakan ini, anda tidak boleh sakit karena pundak anda telah diisi oleh tugas yang harus anda selesaikan" ucap Dahayu kemudian matanya terpejam sempurna tanpa mengetahui apapun lagi, meskipun sorban itu hampir terbang jika Arjuna tak segera mengambilnya.

Arjuna tersenyum simpul dan terus mencoba menghalangi angin agar tidak mengenai Dahayu yang nampak tertidur pulas. "Cantik, cantik sekali" lirih Arjuna dan meletakkan kepala menghadap Dahayu, ia tersenyum, dekat dengan gadis itu membuatnya terasa hangat entah mengapa tapi rasanya begitu berbeda didalam dirinya merasakan getaran yang telah lama tak ia rasa. Arjuna tak bisa mengalihkan pandangan matanya dari Dahayu terlebih lagi cahaya bintang yang sama berkilaunya dengan mata Dahayu.

Mobil terhenti, serentak mereka terbangun dari tidur pulas meskipun hanya sebentar, seketika mereka nampak terkejut karena baru saja tiba mobil mereka didatangi warga setempat, Arjuna menuruni mobil begitu juga dengan Irham, dapat Dahayu lihat Tim dua juga mendapatkan hal yang sama.

"Tetap tenang dan mulai bergerak, Dahayu kau ikuti aku, Irham temani Agatha untuk mencari tempat melakukan evakuasi korban yang terluka setelah itu kita tukar tugas" titah Arjuna.

"Siap komandan" Ucap Irham kemudian mengangkat barang bawaan Agatha dan berkeliling mencari tempat aman sebagai klinik sementara untuk mengobati korban di sudut kota yang jauh dari pusat.

"Bisa turun sendiri?" tanya Arjuna kepada Dahayu

"Tentu" jawab Dahayu melangkahkan kakinya menuruni mobil pick up dan memasang tas ransel, Arjuna membantu membuka jalan karena sangat banyak warga yang berdesakan membuat mereka kesulitan berjalan. Irham lebih dulu mengevakuasi bersama Agatha dan juga dokter Sara dari tim dua dan dibantu oleh satu prajurit lagi yang bernama steve.

"Jeffran" panggil Arjuna

"Siap Komandan" jawab Jeffran tegas

"Dahayu kau siap?" tanya Arjuna

"InsyaAllah siap Mas" jawab Dahayu

Arjuna berjalan tegap kearah kerumunan warga dan Dahayu mengikutinya terdengar begitu panjang dan serius perkataan Arjuna sehingga para warga berangsur-angsur tenang dan berbaris dengan rapi. Dahayu diperintahkan Arjuna untuk membagikan air mineral dan sebungkus roti untuk mengganjal perut mereka sementara itu Arjuna bersama rekan timnya menusuri pelosok-pelosok reruntuhan dan melihat kerusakan yang begitu parah. Isak tangis juga menjadi penghias indra pendengar mereka

Laksana Sang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang