4. Malam di Negara Mujahidin 💫

28 18 0
                                    

Tak lama setibanya di Palestina mereka langsung diutus untuk ke balai perkumpulan karena ada rapat mendadak sekaligus arahan dari pihak militer dibarak tersebut. Semua anggota terlibat untuk ikut serta Arjuna dengan beberapa pasukannya mengarahkan agar staff medis relawan duduk secara sejajar. Dahayu mengambil ditempat dan dinobatkan sebagai ketua dari tim relawan atas perintah dari Arjuna dan dipilih secara random oleh beberapa relawan yang lain karena pengetahuan juga kemampuan gadis tersebut dalam berbahasa arab juga bahasa inggris.

Didepan Dahayu duduklah Arjuna, lelaki tersebut tak kalah fasih ia menyampaikan pendapat dalam bahasa arab, Irham pun begitu ia ikut menimpali percakapan yang begitu serius. Dahayu terkesiap saat bahunya ditepuk pelan. Dahayu tersenyum "Maaf tapi apa yang sedang mereka bicarakan? aku hanya memahami sedikit bahasa arab tapi sepertinya percakapan mereka begitu intens" tanya relawan yang berasal dari kampus lain.

Dahayu sedikit memiringkan tubuh agar dan menjawab pertanyaan gadis manis yang duduk dibelakangnya dan mengenakan rompi persis seperti dirinya. "Tuan Maheer sedang menjelaskan bahwa bukan hanya desa ataupun kota tetapi seluruh penjuru Gaza telah dihancurkan oleh Penjajah, sering terdengar juga ledakan banyaknya warga yang dijadikan tawanan, Tuan Maheer dan pasukannya telah meminta keringanan dan mengirimkan ultimatum agar tidak menyakiti warga setempat namun negara lawan seperti tak menghiraukan hal tersebut. Dan bal itu tentu kita ketahui betapa bejatnya mereka" jelas Dahayu begitu rinci bahkan setiap kata yang ia dengan dapat diterjemahkan dengan begitu baik juga diksi yang indah.

Arjun tersenyum puas mendengar Dahayu yang begitu lugas dalam mengucapkan terjemahan kata apa yang Komandan Militer Palestina jelaskan. Hampir dua jam melakukan brefing juga arahan akhirnya pertemuan tersebut dibubarkan. Semua prajurit juga staff medis lainya mengambil tempat untuk beritirahat di tenda-tenda yang telah disediakan.

Dahayu mulai aktif ia telah bisa berkomunikasi dengan sesama relawan bahkan ia bercengkrama dengan masyarakat Palestina yang menghampirinya juga mengarahkan kegiatan apa saja yang nanti akan mereka lakukan berdasarkan kesepakatan juga pertemuan tadi. Mereka telah dibagi menjadi beberapa tim dan Dahayu memang satu tim dengan Arjuna, Irham dan Agatha.

"Hai adik kecil" Agatha datang menyampirkan tanganya dipundak Dahayu yang duduk tenang sambil menatap langit gelap. Agatha menyerahkan sebotol air mineral kepada Dahayu. "kenapa masih disini? tidak lelah? Arjuna bilang jam sepuluh nanti kita akan melakukan perjalanan dan melakukan evakuasi warga lalu membawa mereka kepusat untuk diberikan perawatan" tutur Agatha

Dahayu menggeleng kemudian tangannya menunjuk ke arah lurus kedepan, Agatha mengikuti arah tangan Dahayu. tanpa sadar Agatha berdecak kagum dengan apa yang ia lihat sekarang pantas saja Dahayu begitu betah duduk didepan tenda.

Langit gelap ditaburi bintang sekan menyelimuti bumi yang separuh hancur ini, maha suci Allah dengan segala kuasanya. malam begitu cantik dan indah membuat Dahayu selalu mengucap syukur. "Kak, aku akan melaksanakan ibadah sebentar" ucap Dahayu kemudian berdiri mencari tempat untuk ia berwudhu dan melaksanakan shalat maghrib dan menjamak dengan shalat isya.

Dahayu berkeliling kesana kemari dan tak menemukan tempat tertutup dan sialnya ia lupa bertanya kepada Irham maupun Arjuna. Alhasil Dahayu pasrah dan berdiam diri dan menjauhi kerumunan.

"sedang apa kau disini?" suara membuyarkan lamunan Dahayu yang mulai menyerah dan berpikir untuk melakukan tayamum. Dahayu berbalik dan mendapati Arjuna tengah duduk sambil meminum air mineral seorang diri.

"Alhamdulillah, kebetulan sekali kita bertemu" ucap Dahayu

"Kulihat sejak tadi kau hanya mondar-mandir disekitar sini, apa yang sedang kau lakukan?kau tidak lupakan bahwa bom bisa terbang diatas kepalamu kapan saja" tutur Arjuna.

Laksana Sang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang