7. Rindu dari Tanah air 🇲🇨

12 7 0
                                    

Mentari terik yang seharian bersinar terang diatas langit kini mulai bergeser ke arah barat, tanpa mereka sadari perjalan panjang nan jauh itu kini membawa mereka duduk di tepian yang menghadap langsung dengan senja, Dahayu mengistirahatkan dirinya dengan duduk menatap luasnya lingkungan sekitar yang berhasil mereka susuri, sedangkan Arjuna merebahkan tubuhnya menatap langit membentang yang perlahan gelap. Diperjalan tadi Arjuna telah mengatakan bahwa bisa saja nanti malam sangat terasa dingin jadi mereka berdua mengeluarkan jaket untuk jaga-jaga.

Lelaki bertubuh tegap itu kembali menghela nafas dengan mata yang terpejam. Angin tiba-tiba berhembus membuat ranting kering saling bergesekan dan dedaunan kering terjatuh dari pohonnya begitu juga debu-debu yang bisa menyakiti mata. Hawa dingin mulai terasa di pelosok kota, mereka berdua duduk dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Arjuna bangkit kini malam seolah tersenyum menggantikan siang, Arjuna menunduk, Suara Irham sempat terdengar melalui. alat komunikasi bahwa ia dan Agatha telah menemukan beberapa korban lain dan adik kaka yang mereka temukan juga telah di evakuasi dengan korban lainya.

"Mas Juna tidak apa-apa?" tanya Dahayu ketika melihat Arjuna sedikit berbeda bahkan si gadis khawatir dengan kondisi lelaki itu. Arjuna mengangguk pelan namun bisa Dahayu rasakan itu hanya kebohongan belaka.

"Aku merindukan Ibu, entah bisa atau tidak kami bertemu kembali" ucap Arjuna dengan tatapan kosong dan di tanganya menggenggam sesuatu.

Arjuna mengangkat tanganya dan menyatukannya didepan dada sambil menggenggam benda yang tak dapat Dahayu liat dengan jelas. Sejenak ia lihat bagaimana Arjuna memiliki sisi yang berbeda, Dahayu tentu merasakan menahan rindu tidaklah mudah terlebih lagi untuk seseorang yang begitu berjasa dalam kehidupan. Dahayu tahu bahwa Arjuna tidak baik-baik saja.

"Jika kita tiba di Indonesia, aku akan mengenalkan ibu ku kepadamu" ujar Arjuna

Dahayu tersenyum lalu mengangguk. "Komandan, Tuhan memberkahi anda, semoga Ibu Mas Juna lekas sembuh dan cepat bersama kembali. Aku yakin Ibu nya Mas Juna pasti bangga melihat Mas Juna berjuang dan menyelamatkan banyak nyawa disini" tutur Dahayu dengan senyumannya yang cantik.

"Kau sangat pandai menghibur hati seseorang Dahayu, terimakasih telah mengatakan hal tersebut" balas Arjuna.

"Ayo kembali ke Markas komandan, sudah saatnya pemimpin yang hebat ini beristirahat" ajak Dahayu berdiri lebih dulu dan memakai ranselnya kembali sambil sesekali ia mengatakan bahwa ranselnya terasa sangat berat.

Arjuna bersiul sambil berjalan disamping si gadis yang masih terkagum-kagum melihat hamparan bintang dengan cahaya bulan sabit yang terang. Tanpa sepengetahuan Dahayu, Arjuna mengangkat ranselnya sedikit agar si gadis tidak merasakan beratnya ransel.

"Saat malam Negara ini begitu indah" ucap Dahayu

"tetapi kita tak mengetahui kapan bom diledakkan" jawab Arjuna

Dahayu selalu bergumam banyak hal bahkan hal sekecil apapun, ia berceloteh bersemangat melihat keindahan dan keajaiban yang Allah ciptakan di Negeri Palestina dan harum yang menyeruak. "MasyaAllah, indah sekali" Ucap Dahayu berlari kecil kearah sekumpulan batu yang tertumpuk seakan seperti menara, juga beberapa coretan dinding yang banyak tergambar macam-macam objek, dengan sabarnya Arjuna mengarahkan senter kemanapun langkah kaki si gadis berlari-lari kecil.

Dahayu berjalan mundur sambil tersenyum ke arah Arjuna, membuat lelaki sedikit salah tingkah dan berakhir mengerjai Dahayu dengan cara mengarahkan cahaya lampu senter ke arah wajah si gadis. "Hati-hati....hey astaga Dahayu" tegur Arjuna sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah si gadis yang ternyata lebih bersemangat dibandingkan dirinya

"Sinikan ranselmu" ucap Arjuna

Dahayu melepaskan ranselnya, semula ia bingung tapi melihat Arjuna memakai ranselnya di depan Dahayu menjadi tahu bahwa si lelaki menolongnya karena telah seharian penuh ia membawa ransel yang begitu berat. Dengan leluasa Dahayu bergerak kesana kemari bahkan senyumannya melengkung membentuk bulan sabit yang nampak bersinar terang dilangit Palestina.

Laksana Sang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang