Pagi menyongsong mentari terbit di ufuk timur perlahan mulai meninggi hawa sejuk dan dingin bersatu padu menimbulkan suasana yang menyenangkan. Banyak dari warga asli di palestina bangun lebih awal dan bergotong royong sambil memunguti beberapa sisa barang mereka yang masih bisa dimanfaatkan. Selepas shalat subuh mereka bertadabbur Al-Quran sambil menguatkan diri mereka bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah.
Dahayu dan Irham adalah orang pertama yang bangun karena jadwal melalukan shalat subuh lebih awal dibandingkan di Indonesia, selepas shalat Dahayu dan Irham membaca surah-surah Al-Quran guna menambah hafalan selesai dengan agenda ibadah, mereka berdua membantu warga untuk bergotong royong, tak lama ia melakukan kegiatan tersebut Arjuna terbangun dengan seragam lapangannya.
Tanpa pikir panjang Arjuna turut membantu dan menemani warga berbenah, Dahayu melihat anak-anak sangat senang bercanda dengan Arjuna. Dahayu jadi teringat sisi Arjuna yang selalu ingin dekat dengan Ibunya, itulah mengapa mungkin Arjuna begitu penyayang dan berhati lembut.
"Komandan sangat menyukai anak-anak, beliau diam-diam punya rumah singgah yang di buat khusus untuk anak-anak terlantar, saat bertugas jauh, komandan menitipkan dan menyerahkan sementara kepada ibu beliau" ucap Irham saat memperhatikan Dahayu yang tak lepas pandang kepada Arjuna yan bermain bersama dengan anak-anak kecil bahkan Arjuna tak segan memberikan pujian juga usapan bangga di pucuk kepala anak-anak. Mereka terlihat bahagia sekali bermain bersama Arjuna.
"Dia orang yang baik" ucap Dahayu tanpa sadar
"Hmmm, beliau sangat amat baik semoga saja Allah memberikan hidayah kepada komandan Arjuna" ucap Irham lagi
"Aamiin—Ya Muqallibal Qulub" lirih Dahayu pelan.
Dahayu berjalan ke arah dapur umum untuk membantu para ibu juga relawan yang lain memasak sarapan sebelum mengirim evakuasi kloter kedua. Dengan sangat amat gembira Dahayu bergabung membuat untuk sarapan berupa bubur juga sup ayam dengan minuman teh hangat.
Gelak tawa dan kebahagian mengirimi kerjasama di pagi hari itu, selesai dengan segala masakan Dapur umum dibuka semua warga datang mengantre juga para tim prajurit dan tim medis, suasannya begitu menyenangkan interaksi dengan mereka juga berjalan dengan lancar.
"Setelah ini kita akan mengirim mereka ke markas" bisik Arjuna kepada Dahayu yang duduk di sampingnya.
"Laksanakan komandan" ucap Dahayu sambil memberikan gestur hormat membuat Arjuna menutup mulutnya guna menahan gelak tawa karena ulah Dahayu.
Setengah jam sudah para warga yang menaiki mobil untuk dievakuasi menanggis haru penuh kebahagiaan, mereka begitu gembira dan mengucapkan kata terimakasih berkali-kali tak jarang para ibu memeluk Dahayu dan Agatha bergantian. Lambaian tangan perpisahan itu penuh haru biru dengan melajunya mobil yang perlahan membawa mereka menjauh dari pojak kota menuju tempat mereka tinggal sementara waktu. Sedih memang tapi keselamatan lebih penting untuk saat ini.
"Fii Amaniilah" ucap Dahayu
"Hmmm?" Arjuna bingung
"Ah... bukan apa-apa itu hanya kalimat doa yang kami ucapkan saat berpisah" jawab Dahayu
"Artinya apa?" tanya Arjuna penasaran
"Artinya telah aku titipkan keselamatan kalian kepada Allah, Tuhan semesta alam" jelas Dahayu lagi.
Karena sebagian warga telah dan evakuasi dan kini keadaan mereka cukup senggang bahkan Agatha begitu mudah melayani setiap pasien yang terus berdatangan dan menyuntikkan beberapa vitamin agar warga yang sehat tidak terinfeksi virus.
"Haiiii—senyum anda hari ini sangat lebar" ujar Dahayu menghampiri Agatha yang tersenyum entah apa yang ia pikirkan. Agatha mengedikkan bahu dan kembali terfokus kan kedepan. Dahayu mengikuti arah pandang si gadis dan didepan sana ia melihat ada Irham juga Arjuna yang berbincang bersama dengan beberapa prajurit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Sang Fajar
FanfictionBismillah.... Kisah ini bercerita tentang romansa cinta dalam diam yang terhalang perbedaan ditaburi dengan berbagai pengorbanan dan konflik. Bertemu tanpa sengaja di Medan tempur membuat mereka sadar betapa pentingnya kehidupan ini, terlebih mengaj...