bagian 16

5.1K 371 20
                                    

𝙖𝙚𝙨𝙥𝙖 - 𝙗𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙩𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨
_________

"KEMANA AJA BERLIAN???"

Suara nyaring Zafran berhasil membuat kuping Berlian berdenging. Dirinya jadi menyesal terlalu menempelkan ponselnya di telinga.

"Gak kemana-mana kok. Masih di Jakarta,"

"Ck! Jawab yang bener bisa gak? Terus, Pingsan lo sampai gak bisa angkat telepon dari gue? Kalau udah gak guna jual aja tuh handphone," nada kesal campur khawatir Zafran terdengar. Berlian sampai meringis mendengar ucapan Zafran untuk menjual ponselnya.

"Kamu udah di apart? Maaf banget, aku udah di jalan pulang kok," maafkan dirinya yang berbohong. Berlian padahal sedari tadi masih diam di pemukiman orang. Masalahnya tak mungkin kan dirinya mengendarai sambil menelpon.

"Jalan pulang? Sebenarnya dimana lo? Lo kelayapan kemana jam segini bukannya diem di apart. Gue belum pulang ke apart ya. Ini masih di jalan. Kalau aja gue udah tiba di apart dan lo gak ada, gue beneran bakalan acak-acak gedung apartemen buat nyari lo. Sejak jam empat lo tuh gak ngangkat telepon gue, Bey. Jangan bikin orang khawatir. Untung gue belum nyuruh Satya buat ngecek keadaan lo," terdengar frustasi bagaimana rentetan omelan Zafran mengalir panjang.

Berlian tersadar bakalan nambah omelan Zafran jika lelaki itu tau dirinya pergi ke pinggiran kota. Jauh sekali dari apartemen mereka. Sebisa mungkin lelaki itu jangan sampai tau. Gimana keadaan kupingnya yang bakal berdengung parah mendengar Zafran mengomel?

"Aku jalan-jalan gak jauh dari apart juga kok. Emang lupa waktu aja sama gak buka hp dari tadi. Pokoknya aku minta maaf. Kamu udah deket sama apart?" Berlian harap masih jauh.

"Masih jauh sih. Ini gue berhenti dulu mastiin lo udah bisa ngangkat telepon atau belum," Berlian bisa bernafas lega. Dirinya bisa mengejar waktu untuk tiba di apart lebih dulu. Tapi, lebih bagus dirinya juga bisa mengulur waktu agar Zafran bisa telat tiba di apart.

"Sebelum pulang, kamu makan malam dulu ya? Aku belum masak soalnya,"

"Justru itu, dari tadi gue nelpon lo maksudnya tuh mau ngajakin lo makan malam di restoran langganan gue. Biar lo bisa siap-siap dulu sebelum gue jemput. Tapi, kayaknya gak jadi. Lo nya aja udah kenyang sampai jalan-jalan aja lupa waktu," Zafran menyindirnya ternyata. Berlian yang merasa pun cuma diam tak membalas lagi ucapan suaminya.

"Halo? Kok diem. Pingsan lagi lo?"

"Enggak..."

"Bey. Jujur deh lo dimana sekarang? Bener, gak jauh dari apart? Kalau mainnya kejauhan bilang. Sapa tau lo lupa jalan pulang. Cepet bilang dimana? Biar gue bisa jemput nih," Zafran ini gak bisa ya kalau sehari gak jadi cenayang. Tau aja kalau Berlian berbohong.

"Aku udah gede ya! Mending kamu tutup telpon nya. Biar aku bisa pulang sekarang dan buktiin aku masih ingat jalan pulang," Berlian jadi kesal sendiri.

"Gitu aja marah," Zafran mencibirnya. Kalau Zafran bisa lihat dirinya merotasikan bola mata pasti kena sentil di dahi.

"Aku tutup nih," ancam Berlian.

"Ya udah, cepat pulang tapi. Eh, tunggu dulu, kalau gue jadi ajak makan malam di restoran langganan gue, lo mau kagak? Sekalian lo udah di luar juga kan,"

"Gimana ya?" padahal Berlian mau-mau saja. Sengaja dirinya menggoda lelaki itu.

"Ya udah sih kalau gak mau. Gue tutup telpon nya. Hati-hati di jalan,"

"Bentar dulu. Emang siapa yang bilang gak mau? Aku mau kok. Lokasinya kamu kirim ya, lewat aplikasi chat,"

"Sosoan jual mahal lu. Ya, gue kirim sekarang. Hati-hati di jalannya. Lo yang tutup telpon nya," titah Zafran padanya. Berlian hanya tersenyum. Harus ya dirinya yang menutup telpon?

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang