Hari ini aku off kerja. Jadi, rutinitas pagi yang biasanya malas kulakukan kemarin-kemarin, entah kenapa hari ini menjadi bersemangat.
Tapi, semangatku kendor manakala kulihat suamiku masih meringkuk pagi ini. Tubuhnya masih berbalutkan selimut.
Aku melihat jam di dinding kamar. Sudah nyaris pukul tujuh pagi. Namun, suamiku tidak terlihat untuk bangun. Mandi pagi lalu pergi bekerja.
"Mas, bangunlah. Kamu nggak kerja apa. Ini sudah hampir pukul tujuh."
Mendengar ucapanku suamiku hanya menolehkan kepalanya sebentar. Lalu, ia tidur lagi. Ia lantas menarik selimutnya kembali.
"Mas?"
"Kenapa sih?" pungkasnya.
"Sudah hampir jam tujuh. Mandilah. Pergi bekerja!"
"Aku mau resign," ucapnya gamblang.
"Aku mau berhenti kerja. Surat pengunduran diri malah sudah kubikin semalam. Jadi kamu nggak akan repot-repot untuk membangunkanku lagi setiap pagi."
"Kamu gila apa," kataku tiba-tiba. "Kita sekeluarga mau makan apa, jika kamu sampai berhenti bekerja!"
"Aku mau berhenti. Sebaliknya aku mau cari kerjaan yang lain. Yang penghasilannya lumayan," ujar suamiku. Nada bicaranya nampak meyakinkan. "Dengan berhenti kerja. Lalu beralih mencari pekerjaan lain dengan gaji yang memadai aku berharap bisa bikin kamu bahagia. Kebutuhan anak-anak juga tercukupi. Dan di samping itu..."
"Kamu pikir cari kerja di jaman sekarang gampang mas!" potongku. "Berhenti kerja itu harus punya perencanaan!" tambahku lagi. "Dengan cara maunya kamu seperti ini. Itu hanya akan menambah masalah baru. Bukan saja nanti kamu akan menganggur sementara waktu. Tapi kamu mau anak dan istrimu ini cuma makan batu di rumah!"
"Ratih. Selama ini sudah beberapa tahun aku bekerja, karirku tidak mengalami perkembangan. Kamu selalu beranggapan bahwa aku tidak pintar nyari duit. Begitu kan?" timpalnya. "Selalu itu yang pastinya akan kau katakan jika kau sudah mulai lelah dengan semuanya."
"Yang pasti aku tidak setuju kalau mas berhenti tanpa ada rencana lain untuk hidup kita ke depan!"
"Aku akan mencari pekerjaan yang tentunya menghasilkan uang banyak!" tegasnya.
"Bukan seperti ini caranya mas. Sudah kubilang cari pekerjaan di jaman sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jangan kau kira semuanya tidak akan jadi masalah nantinya mas. Sekarang sebaiknya mandilah. Pergi kerja. Cari duit. Aku bahkan harus menyiapkan sarapan pagi buat kamu juga anak-anak."
Lantas kutinggalkan suamiku di kamar.
Aku beranjak menuju kamar anak-anak. Ata sedang menonton TV. Sementara Lastri sudah pergi sekolah SMP. Kulihat Ara yang sekolah siang juga tengah mengerjakan tugasnya dan sibuk mengemasi buku-bukunya. Ara nampak telaten memasukkan buku-buku sekolahnya ke dalam tas.
"Sini," ucapku pada Ara. "Ibu bantu."
"Ibu nggak kerja hari ini Bu?"
"Ibu off kerja hari ini. Kalian mau sarapan apa. Biar ibu segera buatkan."
"Masak nasi goreng saja bu," ujar anak bungsuku, yang sekali-kali pandangannya mengarah ke TV.
"Ara mau mie goreng saja ya bu."
"Baiklah," ucapku.
Akupun berlalu dari kamar anak-anak. Lantas beranjak ke dapur. Tanganku mulai bergerak membuatkan nasi goreng juga memasak mie goreng, dan membuatkan kopi untuk suamiku.
Begitu hidangan sudah terhidang rapi di meja makan, suamiku dengan malas langsung mengambil tas kerjanya dan bersiap pergi.
"Mas Hendra nggak sarapan dulu?" kataku di pintu dapur. "Itu malah kopinya sebentar lagi akan dingin."
Mas Hendra memilih diam. Ia melangkah cepat menuju pintu luar rumah.
Kedua anakku yang tadi berada di dalam kamar langsung menghambur ke arahku dan memelukku.
"Mana nasi gorengnya bu?" tanya Ata.
"Itu di meja makan. Mie goreng Ara juga ada disitu."
Usai mengatakan hal itu aku lantas melihat ke arah suamiku yang sudah naik gojek.
Aku berdiri di depan pintu rumah. Menatap nanar pada suamiku yang sudah pergi kerja tanpa sarapan. Mungkin dia kesal karena aku sudah ceramah pagi-pagi.
Namun, entahlah. Aku bahkan bersikeras ia harus tetap bekerja. Aku mulai bisa memaklumi jika dia memang tidak pandai mencari duit. Sampai akhirnya aku menuju ke meja makan. Melihat dua anakku yang tengah sarapan pagi.
"Kalian makan yang banyak. Biar jadi anak sehat dan kuat," kataku. Sambil mengatakan itu tak pelak air mataku tumpah membasahi pipi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BAJU LUSUHKU DI ACARA KELUARGA
General Fiction#Cerita ini TAMAT di aplikasi KBM. Ratih melihat semua kakak-kakak dan adiknya sukses. Dan dalam dirinya timbul perasaan yang begitu menyiksa. Karena di setiap acara keluarga, dia yang paling merasa kerdil. Selalu jadi bahan hinaan. Dan hidupnya...