Kehidupan kampus membawa perubahan besar bagi Ethan dan Mia. Mereka telah memasuki tahap baru dalam perjalanan mereka, menjalani kuliah di universitas yang sama namun dengan jurusan yang berbeda. Saat kuliah semester pertama dimulai, mereka menyadari bahwa mereka harus berhadapan dengan tantangan baru.
Ethan duduk di dalam ruang kuliah gedung psikologi, dikelilingi oleh mahasiswa lain yang memiliki minat serupa. Dia mendengarkan dosen menjelaskan materi dengan cermat, mencatat setiap kata yang diucapkan. Psikologi adalah passionnya, dan dia merasa begitu bersemangat untuk memahami lebih dalam tentang ilmu ini.
Di sisi lain kampus, Mia berada di gedung hukum, ruang kuliahnya dipenuhi dengan suara debat dan diskusi yang hangat. Dia mendengarkan dengan seksama ketika dosen menjelaskan prinsip-prinsip hukum, dan dia merasa seperti dia sedang mengikuti jejaknya untuk menjadi seorang pengacara yang sukses.
Walaupun mereka berdua masih di kampus yang sama, terdapat perbedaan yang mencolok. Mia dan Ethan berada di gedung yang berbeda, memiliki jadwal perkuliahan yang tidak selalu sinkron, dan teman-teman sekelas yang berbeda pula. Mereka merasa seperti ada jarak fisik dan emosional yang tercipta antara mereka.
Setelah beberapa minggu berlalu, Mia dan Ethan mulai merasakan perubahan dalam hubungan mereka. Waktu yang biasa mereka habiskan bersama sekarang harus dibagi antara kuliah, tugas-tugas, dan teman-teman baru. Pesan-pesan singkat mereka menjadi semakin jarang, dan momen bersama yang dulu sangat sering mereka alami sekarang menjadi langka.
Suatu hari, Mia mencoba untuk mengobrol dengan Ethan melalui pesan singkat. "Hai, Ethan. Bagaimana kuliah hari ini?"
Ethan membalas dengan cepat, "Hai, Mia. Kuliahnya berat tapi menarik. Bagaimana denganmu? Bagaimana jurusan hukum?"
Mia merasa seakan ada jarak yang semakin dalam antara mereka. "Jurusan hukum cukup menantang, Ethan. Terkadang aku merasa kesepian di sini."
Ethan, yang selalu menjadi pendengar yang baik, merasa cemas. "Aku juga merasa begitu, Mia. Ini agak sulit menjaga hubungan kita tetap erat dengan jadwal yang padat ini."
Mia mengangguk, meskipun dia tahu Ethan tidak bisa melihat gerakan kepalanya melalui pesan teks. "Aku merindukan momen-momen kita bersama, Ethan. Mungkin kita bisa mencari cara untuk lebih sering bertemu?"
Ethan merasa sedikit lega karena Mia juga merasakan perubahan ini. "Aku setuju, Mia. Kita harus berusaha lebih keras untuk menjaga hubungan kita tetap kuat."
Mereka mulai merencanakan waktu untuk berkumpul di luar perkuliahan, mencoba untuk menjaga hubungan mereka tetap akrab. Mereka pergi ke kafe bersama, menghabiskan waktu di taman kampus, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang mereka nikmati bersama.
Namun, ada saat-saat ketika Mia dan Ethan masih merasa kesepian. Mereka merindukan momen-momen ketika mereka bisa bersama dengan lebih bebas, tanpa beban jadwal kuliah. Tapi mereka juga tahu bahwa kuliah adalah langkah penting dalam mencapai impian dan cita-cita mereka.
Setelah beberapa bulan berlalu, Mia dan Ethan mulai memahami bahwa kehidupan kampus membawa tantangan baru, dan mereka harus tumbuh bersama dengan perubahan tersebut. Mereka belajar untuk bersabar, berkomunikasi lebih baik, dan menghargai setiap momen bersama yang mereka miliki.
Meskipun ada jarak fisik dan jadwal yang padat, cinta mereka satu sama lain tetap kuat. Setiap hari, mereka mengingatkan diri mereka bahwa kuliah adalah tahap penting dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih baik, dan mereka akan melewati semuanya bersama-sama. Ini adalah ujian bagi hubungan mereka, tetapi mereka yakin bahwa cinta mereka akan melewati berbagai rintangan dan makin kuat setelah semuanya selesai.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Married (Jendra Mia)
RomanceDalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, Deeptalk menjadi pintu masuk ke pertemuan tak terduga. Mia, seorang introvert dengan latar belakang teknologi, menemukan kenyamanan dalam perkenalan singkat melalui platform ini. Namun, ketika di...