Mia mengakhiri kuliahnya dengan perasaan campur aduk. Hari itu telah melelahkan, dengan ujian dan tugas yang menumpuk. Ketika matahari mulai tenggelam, Mia merasa lega saat akhirnya bisa meninggalkan kampus.
Dia berjalan menuju halte bus, menunggu kendaraan umum yang akan membawanya pulang ke apartemennya. Sementara menunggu, Mia merenung tentang hari yang telah berlalu. Dia merasa lelah, dan benar-benar ingin istirahat di rumah.
Tepat saat Mia melihat bus yang akan datang, ponselnya berdering. Itu adalah pesan dari Ethan. "Hey, sayang. Aku harus bekerja lembur malam ini. Aku akan pulang agak terlambat. Jangan menunggu makan malam bersamaku, ya?"
Mia merasa sedikit kecewa, tapi dia tahu bahwa pekerjaan Ethan sering membuatnya terlambat. Dia merespons, "Oke, sayang. Jangan terlalu lelah. Aku akan menunggumu di rumah. Selamat bekerja."
Bus tiba, dan Mia naik dengan cepat. Dia memikirkan Ethan selama perjalanan, memahami bahwa pekerjaan kerasnya adalah bagian dari pengorbanan yang dia lakukan untuk masa depan bersama.
Ketika Mia sampai di apartemennya, dia merasa lapar. Dia memutuskan untuk memasak makan malam sederhana untuk dirinya sendiri dan Ethan. Sambil menunggu Ethan pulang, Mia memulai memasak spaghetti, hidangan favorit mereka berdua.
Beberapa jam berlalu, dan apartemen itu terasa sunyi. Mia mengirim pesan singkat kepada Ethan, "Kamu sudah di mana, sayang?"
Ethan merespons, "Aku masih di kantor. Masih ada beberapa dokumen yang harus ku selesaikan. Maaf, aku akan segera pulang."
Mia mengerti, meskipun dia merasa kecewa. Dia memutuskan untuk mengejar makan malamnya dan memanggil Ethan sekali lagi untuk memberi tahu bahwa makanannya hampir siap.
Setelah Mia makan, dia duduk di sofa dengan cangkir teh hangat, menunggu Ethan. Dia mengambil buku yang sedang dia baca, mencoba melepas penat dengan membaca beberapa halaman. Tapi fokusnya terpecah, dan dia tidak bisa menahan rasa cemas tentang Ethan yang terlalu lama di kantor.
Akhirnya, ponselnya berdering, dan Mia melihat nama Ethan di layar. Dia menjawab dengan cepat, "Ethan, kau sudah di mana? Aku sangat khawatir."
Suara Ethan terdengar lelah saat dia menjawab, "Maaf, sayang. Aku akan segera pulang. Masalahnya memang rumit, tapi aku akan menjelaskannya padamu nanti."
Mia merasa lega mendengar suara Ethan, meskipun masih ada rasa kekhawatiran. Beberapa saat kemudian, pintu apartemen terbuka, dan Ethan masuk dengan raut wajah yang lelah.
Mia berdiri dan mendekati Ethan. Dia memeluknya erat, merasa rindu yang mendalam. "Aku merindukanmu," bisiknya.
Ethan membalas pelukannya, "Aku juga merindukanmu, sayang."
Mereka duduk di sofa, dan Mia mendengarkan dengan sabar saat Ethan menjelaskan masalah di kantor yang membuatnya harus lembur. Meskipun dia merasa sedikit kesal dengan situasi itu, Mia memahami pentingnya pekerjaan Ethan.
Malam itu, meskipun makan malam yang mereka rencanakan tidak terjadi, Mia dan Ethan menghabiskan waktu bersama. Mereka bercanda, tertawa, dan akhirnya berbaring di ranjang, saling berpelukan.
Saat Ethan memejamkan mata dan bersandar pada Mia, dia berkata, "Terima kasih, sayang, karena selalu memahami aku. Kamu adalah yang terbaik dalam hidupku."
Mia tersenyum dan mencium kening Ethan. "Aku akan selalu mendukungmu, Ethan. Kita akan melewati semua rintangan bersama-sama."
Mereka pun tertidur dalam kebahagiaan, bersama-sama menghadapi semua yang datang dalam hidup mereka. Meskipun hari itu tidak sesuai rencana, kehadiran satu sama lain adalah yang paling berarti dalam dunia mereka.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Married (Jendra Mia)
RomanceDalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, Deeptalk menjadi pintu masuk ke pertemuan tak terduga. Mia, seorang introvert dengan latar belakang teknologi, menemukan kenyamanan dalam perkenalan singkat melalui platform ini. Namun, ketika di...