bab 26: penuh cobaan

1 0 0
                                    

Beberapa bulan berlalu sejak Mia dan Jendra memutuskan untuk tinggal bersama di apartemen baru mereka. Kehidupan mereka berjalan dengan penuh kebahagiaan dan harmoni. Mereka menikmati setiap momen bersama, baik itu saat mengerjakan proyek pekerjaan, memasak makan malam, atau sekadar bersantai di sofa sambil menonton film.

Namun, seperti halnya kehidupan yang selalu penuh dengan kejutan, cobaan pun datang menghampiri. Suatu hari, saat Mia sedang bekerja di kantornya, dia menerima telepon dari ibunya yang terdengar cemas.

"Mia, tolong datang ke rumah sakit secepat mungkin. Ethan mengalami komplikasi dan perlu operasi lagi," kata ibunya dengan suara gemetar.

Hati Mia serasa hancur mendengar kabar tersebut. Dengan cepat, dia mengemasi barang-barangnya dan bergegas menuju rumah sakit. Di perjalanan, dia menghubungi Jendra untuk memberi tahu situasi yang sedang dihadapinya.

"Jendra, Ethan... Ethan mengalami komplikasi lagi dan perlu operasi segera. Aku sedang dalam perjalanan ke rumah sakit," kata Mia dengan suara bergetar.

"Aku akan segera menyusul, Mia. Tetap kuat, kita akan melalui ini bersama," jawab Jendra dengan nada tenang yang selalu membuat Mia merasa nyaman.

Setibanya di rumah sakit, Mia segera menuju ruang tunggu di mana ibunya sudah menunggu. Wajah ibunya terlihat lelah dan cemas.

"Bagaimana keadaan Ethan?" tanya Mia dengan suara penuh kekhawatiran.

"Ia dalam kondisi kritis, Mia. Dokter sedang berusaha yang terbaik untuk menyelamatkannya," jawab ibunya sambil menahan air mata.

Mia memeluk ibunya erat, mencoba memberikan dukungan dan kekuatan. Beberapa saat kemudian, Jendra tiba dan langsung menghampiri mereka. Tanpa banyak bicara, Jendra memeluk Mia dan memberikan dukungan yang dibutuhkannya.

Beberapa jam yang terasa seperti seabad berlalu. Dokter akhirnya keluar dari ruang operasi dengan wajah yang serius.

"Operasinya berjalan dengan baik, tetapi kondisi dia masih kritis. Kami akan memantau keadaannya dengan ketat selama beberapa hari ke depan," kata dokter tersebut.

Mia menghela napas lega, meskipun rasa cemas masih menggelayuti hatinya. Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh ketidakpastian. Namun, dengan dukungan Jendra, Mia merasa lebih kuat untuk menghadapi segala kemungkinan.

Hari-hari berlalu dengan lambat. Mia dan Jendra sering berada di rumah sakit, memberikan dukungan kepada Ethan dan keluarganya. Selama masa sulit ini, hubungan mereka semakin erat. Mereka belajar untuk lebih memahami dan mendukung satu sama lain, mengatasi setiap tantangan dengan keberanian dan kasih sayang.

Suatu malam, setelah hari yang panjang di rumah sakit, Mia dan Jendra duduk di balkon apartemen mereka, menatap bintang-bintang di langit. Mia merasa hatinya sedikit lebih ringan setelah melewati hari yang penuh ketegangan.

"Jendra, aku sangat berterima kasih atas semuanya. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewati ini tanpa kamu," kata Mia dengan suara lembut.

Jendra tersenyum dan meraih tangan Mia. "Aku selalu ada untukmu, Mia. Kita adalah tim, dan kita akan menghadapi segala rintangan bersama."

Mia merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan cinta. "Aku merasa beruntung memiliki kamu di sisiku. Dengan kamu, aku merasa bisa menghadapi apa pun."

Beberapa minggu kemudian, ayah Mia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Kondisinya semakin membaik, dan dokter memberi kabar baik bahwa ia bisa pulang dalam waktu dekat. Kabar ini memberikan kelegaan yang luar biasa bagi Mia dan keluarganya.

Pada hari ini Ethan sudah diperbolehkan untuk pulang, Mia merasa seperti beban berat terangkat dari pundaknya. Mia mulai merasa bersyukur atas kesembuhan yang tak terduga.

Malam itu, Mia dan Jendra duduk di ruang tamu, menikmati ketenangan setelah minggu-minggu yang penuh tekanan. Mia merasa hatinya lebih damai daripada sebelumnya.

"Jendra, aku merasa kita telah melalui banyak hal bersama dalam waktu yang singkat. Itu membuatku semakin yakin bahwa kita bisa menghadapi apa pun yang datang," kata Mia dengan suara penuh keyakinan.

Jendra mengangguk. "Aku juga merasa begitu, Mia. Setiap cobaan yang kita hadapi membuat kita semakin kuat dan dekat. Aku yakin masa depan kita akan penuh dengan kebahagiaan dan cinta."

Dengan hati yang penuh rasa syukur dan cinta, Mia dan Jendra melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa hidup akan terus membawa tantangan, tetapi dengan saling mendukung dan memahami, mereka yakin bisa menghadapinya bersama.

Beberapa bulan kemudian, Mia dan Jendra memutuskan untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka. Mereka mulai merencanakan masa depan yang lebih serius, membicarakan tentang pernikahan dan membangun keluarga bersama. Mereka merasa siap untuk menghadapi segala tantangan yang mungkin datang, dengan keyakinan bahwa cinta mereka akan selalu menjadi fondasi yang kuat.

"Mia jika nanti kita menikah, kamu ingin tetap tinggal di sini atau kota Seoul?" Jendra mulai memeluk pinggang Mia yang sambil memasak makan malam mereka. Mia tersenyum kikuk, bagaikan kembali ke tempat semula.

Mia langsung mengangguk, "Seoul? Hmm... boleh juga, tetapi apakah tidak mahal? Kudengar biaya hidup di sana lumayan dari pada Hongdae ini," sahut Mia ragu.

Jendra menggeleng, "Tenang, di sana aku sudah memiliki rumah pribadi dan lumayan dekat dengan proyekku lagi pula cabang BANK TRI-US kan juga ada di sana. Memungkinkan kamu masih bisa bekerja, ataupun bekerja jarak jauh kan?" Jawaban Jendra yang sangat tepat. Mia menganggu seraya membenarkan jawaban Jendra dan mulai meyelesaikan masakannya.

Dalam setiap langkah yang mereka ambil, Mia dan Jendra selalu ingat untuk saling mendukung dan menghargai satu sama lain. Mereka tahu bahwa dengan cinta dan pengertian, mereka bisa mengatasi apa pun yang datang dalam hidup mereka. Bab baru dalam hidup Mia dan Jendra dimulai dengan harapan dan keyakinan yang tinggi, siap menghadapi masa depan yang penuh dengan kemungkinan.

***

Second Married (Jendra Mia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang