Mia merasa beban berat di dalam dadanya saat dia bersiap-siap untuk berangkat kuliah pagi ini. Hubungannya dengan Ethan telah melewati beberapa cobaan baru-baru ini, termasuk episode cemburu yang telah mengguncang hubungan mereka. Mia merasa bersalah karena merasa telah menyakiti perasaan Ethan dengan kehadiran Alex di pesta yang lalu, meskipun dia sama sekali tidak bermaksud begitu.
Pagi ini, Mia merasa perlu memberikan waktu dan ruang pada Ethan. Dia ingin memberinya kesempatan untuk merenung dan meresapi perasaannya tanpa tekanan. Sebagai tanda bahwa dia menghargai perasaan Ethan, Mia memutuskan untuk berangkat kuliah sendirian, tanpa mengajak Ethan seperti biasanya.
Ketika Mia tiba di kampus, dia merasa sepi tanpa kehadiran Ethan di sisinya. Mereka biasanya berjalan bersama, berbagi candaan dan cerita selama perjalanan ke kampus. Tetapi pagi ini, Mia merasa sendiri.
Ketika dia tiba di kelas, dia mendapati dirinya dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya yang riang. Mereka adalah teman-teman yang selalu mendukungnya dan membuat kuliah menjadi lebih menyenangkan. Mia mencoba tersenyum dan bergabung dalam percakapan mereka, meskipun hatinya masih berat.
Di tengah kuliah, Mia merasa sulit untuk berkonsentrasi. Pikirannya terus melayang pada Ethan dan apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia tahu bahwa cinta mereka kuat, tetapi terkadang mereka menghadapi cobaan yang bisa menggoncangkan fondasi hubungan mereka.
Setelah kuliah selesai, Mia memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahat dengan berjalan-jalan sendirian di kampus. Dia ingin merenung dan mencari pemahaman lebih dalam tentang perasaannya dan perasaan Ethan.
Sementara itu, di Apartemen, Ethan merasa hampa. Kehilangan Mia di sampingnya membuatnya merasa kesepian dan menyesal atas kemarahannya yang tadi. Dia tahu dia harus meredakan perasaannya dan berbicara dengan Mia dengan jujur dan lembut. Dia merasa bersalah telah membuat Mia merasa terbebani dengan tindakannya.
Ethan memutuskan untuk memberikan Mia waktu dan ruang yang dia butuhkan, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus segera mengatasi masalah ini. Dia mencari cara untuk mengungkapkan penyesalannya dan memperbaiki hubungan mereka.
Ketika Mia kembali dari kampus, dia merasa lebih tenang daripada sebelumnya. Pagi ini memberinya kesempatan untuk merenungkan perasaannya dan menemukan kekuatan dalam cinta mereka. Dia tahu bahwa hubungan yang kuat adalah yang bisa melewati cobaan dan ketidaksempurnaan.
Ketika dia membuka pintu apartemen mereka, dia melihat Ethan duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius. Dia tahu bahwa saatnya telah tiba untuk berbicara.
"Ethan," kata Mia dengan suara lembut, "aku merasa bersalah atas semuanya. Aku tidak ingin membuatmu merasa terluka atau cemburu. Aku mencintaimu, dan itu adalah yang terpenting bagiku."
Ethan tersenyum, meskipun matanya masih mencerminkan perasaan penyesalan. "Mia, aku juga harus meminta maaf. Aku tidak seharusnya meledak seperti tadi. Aku hanya merasa cemburu dan khawatir tentang hubungan kita."
Mia mendekati Ethan dan meraih tangannya. "Kita harus belajar bersama, Ethan. Dan yang paling penting, kita harus selalu terbuka satu sama lain. Ini adalah cinta kita, dan kita harus menjaganya."
Ethan mengangguk setuju. "Aku setuju, Mia. Aku tidak ingin perasaan cemburu ini merusak hubungan kita. Aku mencintaimu begitu dalam."
Mia dan Ethan berpelukan, merasa lega karena mereka telah melewati saat-saat sulit ini bersama. Mereka tahu bahwa cinta mereka adalah yang terkuat, dan dengan komunikasi yang baik, mereka dapat mengatasi semua rintangan yang datang dalam perjalanan mereka. Pagi yang penuh ketegangan telah membawa pemahaman yang lebih dalam tentang makna cinta dan kepercayaan dalam hubungan mereka.
Flashback
Mia dan Ethan duduk di taman kampus, senyum bahagia terukir di wajah mereka. Mereka telah berpacaran selama beberapa bulan dan semakin merasakan kedekatan yang tumbuh di antara mereka. Hari itu, mereka telah membuat keputusan yang besar yang akan mengubah arah hubungan mereka.
"Mia," kata Ethan dengan ragu, "ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."
Mia menoleh pada Ethan dengan perhatian. "Apa itu, Ethan?"
Ethan mengambil napas dalam-dalam sebelum mengungkapkan keinginannya. "Aku tahu kita baru berpacaran, tapi aku merasa kita memiliki kedekatan yang luar biasa. Aku ingin bertanya, apa kamu mau pindah bersamaku dan tinggal di satu apartemen?"
Mata Mia memerah mendengar kata-kata itu. Dia tidak mengharapkan tawaran semacam itu secepat ini, tetapi dia merasa senang dan hangat mendengarnya. "Ethan, itu adalah keputusan yang besar. Tapi aku merasa bahwa aku ingin melangkah lebih dalam dalam hubungan kita. Aku mau."
Ethan tersenyum lega. "Benarkah? Aku senang kamu mau melakukannya bersamaku."
Mereka berdua berpegangan tangan, merasa semakin dekat satu sama lain. Keputusan untuk tinggal bersama adalah tanda betapa seriusnya mereka dengan hubungan ini.
Beberapa minggu kemudian, Mia dan Ethan mulai mencari apartemen yang cocok untuk mereka. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam menelusuri daftar apartemen, melihat gambar-gambar, dan membicarakan semua hal yang perlu mereka pertimbangkan. Setelah berbagai pertimbangan, mereka akhirnya menemukan sebuah apartemen yang sempurna.
"Apa kamu suka ini, Mia?" tanya Ethan saat mereka berdiri di depan apartemen dengan senyum yang tak terbendung.
Mia melihat sekeliling dan merasa senang dengan tempat itu. "Iya, Ethan. Aku suka. Tempat ini terasa nyaman dan cocok dengan apa yang kita butuhkan."
Ethan meraih tangan Mia dan mereka berdua saling pandang dengan penuh antusiasme. Mereka tahu bahwa ini adalah langkah besar dalam hubungan mereka, dan mereka siap untuk menghadapinya bersama.
Pindah bersama membawa banyak perubahan dan penyesuaian. Mereka berdua belajar tentang kebiasaan masing-masing, bagaimana mengatur rumah tangga, dan menghadapi tantangan bersama. Tetapi setiap kali mereka berhadapan dengan masalah, mereka selalu berusaha menemukan solusi dan belajar dari pengalaman.
Flashback ini terjadi ketika Mia dan Ethan duduk di ruang tamu apartemen mereka yang baru. Mereka memandang sekeliling dengan rasa bangga atas apa yang telah mereka bangun bersama-sama.
"Ethan," kata Mia dengan senyum, "siapa sangka bahwa kita akan menjadi seperti ini? Pindah bersama dan menghadapi segala tantangan bersama-sama."
Ethan meraih tangan Mia dengan penuh kasih. "Aku tahu, Mia. Tapi aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu di sini. Kita sudah melalui begitu banyak, dan aku yakin kita akan melewati semuanya bersama."
Mia mengangguk setuju. "Aku juga merasa sama, Ethan. Kita adalah tim yang kuat, dan aku sangat bersyukur bahwa aku bisa berbagi hidupku denganmu."
Mereka berdua merasakan perasaan cinta dan kedekatan yang semakin mendalam. Pindah bersama adalah langkah yang telah membawa mereka lebih dekat, mengajar mereka tentang kompromi, pengertian, dan dukungan yang tak tergoyahkan.
Mia dan Ethan kembali kepada saat ini, duduk di apartemen yang mereka panggil rumah. Mereka merasakan keseimbangan dan kebahagiaan dalam hubungan mereka, dan mereka tahu bahwa mereka telah menjalani perjalanan yang indah bersama-sama, dari keputusan besar untuk pindah bersama hingga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Married (Jendra Mia)
Storie d'amoreDalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, Deeptalk menjadi pintu masuk ke pertemuan tak terduga. Mia, seorang introvert dengan latar belakang teknologi, menemukan kenyamanan dalam perkenalan singkat melalui platform ini. Namun, ketika di...