Kembali dengan aktivitas seperti biasanya, Muza dan Nara berangkat bersama ke sekolah. Di pintu gerbang terlihat April dan Gilang sedang menunggu Muza dan Nara.
“Kenapa tidak masuk duluan?”. Tanya Nara
“Untung kamu cepat datang”
“Ada apa?”
“Tugas aku belum selesai”. Tutur April tersenyum manis memberi isyarat
Nara dan April berjalan memasuki kelas meninggalkan Muza dan Gilang, sambil menunggu jam pelajaran pertama dimulai, April dengan gesitnya menyalin tugas Nara. Dalam hitungan detik setelah menyalin tugas, Ibu Loli sebagai guru fisika melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas dan meminta semuanya untuk mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu. Setelah diperiksa dan terlihat semua jawaban Nara tidak ada yang salah, Ibu Loli memintanya untuk mengerjakan soal pertama di papan tulis tanpa melihat catatannya.
“Hah? Aku Bu?”
“Memangnya di kelas ini ada Nara selain kamu?”
“Hehe tidak ada Bu”
“Mmm”. Tutur Ibu Loli menyodorkan spidol
“Ayo Ra”. Tutur April menyuruh Nara dengan yakin
Setelah menyelesaikannya dengan yakin, Nara tersenyum sambil menoleh ke arah Ibu Loli dan senyumannya dibalas langsung oleh Ibu Loli. “Nara… kamu menyalin tugas siapa?”. Tanya Ibu Loli. “Ti…tidak Bu, aku tidak menyalin tugas siapa-siapa”. Tutur Nara menjelaskan. Ibu Loli terus mencari tahu kepada Nara mengapa tugas Nara semuanya benar dan pada saat mengerjakannya kembali tidak seperti yang ia kumpulkan. Lalu Nara menjelaskannya kembali, “Aku benar-benar menyelesaikannya sendiri Bu, aku tidak menyalin tugas siapa-siapa, kalau ibu tidak percaya, Ibu boleh tanya sama mereka semua”. Tutur Nara menjelaskan sambil menunjuk teman-temannya dengan sorot matanya. Karena masih belum yakin dengan jawaban Nara, Ibu Loli kembali bertanya mengapa saat disuruh menyelesaikannya kembali, jawabannya tidak sesuai dengan yang Nara kumpulkan. “Aku dibantu sama kakak aku, tapi saat dia menjelaskan aku mengerti makanya ditugas aku betul semua Bu, tapi aku mengertinya saat hari itu saja, sekarang tidak lagi makanya salah”. Tutur Nara menjelaskan. Mendengar jawaban Nara membuat teman-teman sekelasnya tertawa.
Di luar ruangan, Muza dan Gilang yang membawa setumpuk buku untuk dibawa ke kelasnya tidak sengaja melihat Nara, membuat Muza menggelengkan kepalanya.
“Kakak kamu siapa?”. Tanya Ibu Loli tidak percaya
“Muza, Bu”. Jawab Nara
Mendengar Nara menyebut namanya, membuat langkah Muza kembali terhenti. Teman-teman sekelas Nara juga melotot melihat dan menyebut-nyebut nama Muza karena ketampanannya, membuat Nara heran bahwa kakaknya seterkenal ini. “Nara, Ibu suruh kamu jawab siapa kakak kamu, Ibu tidak suruh kamu memanggil Muza”. Tutur Ibu Loli yang juga melihat Muza di luar kelas. Muza kembali tertawa kecil sambil melanjutkan langkahnya. Selain Gilang dan April, tidak ada yang mengetahui Muza adalah kakak Nara, sehingga Ibu Loli sendiri juga salah menanggapi jawaban Nara. Saat Muza sudah tidak terlihat, suasana kelas kembali tenang, Nara juga kembali menjelaskan bahwa ia tidak sedang memanggil Muza melainkan memberi jawaban bahwa kakaknya adalah Muza yang baru saja mereka lihat. Setelah mendengar jawaban Nara, teman-teman sekelasnya kembali merasa heboh bahwa adik Muza adalah teman sekelas mereka. Sejak mengetahui Nara dan Muza bersaudara, banyak yang ingin berteman baik dengan Nara, karena terkesan mempunyai keinginan khusus, Nara tetap memilih April seorang sebagai sahabatnya di kelas.
Selanjutnya, April diminta untuk mengerjakan soal berikutnya, tidak ada bedanya dengan Nara, April juga mengerjakan soal tidak benar. Tanpa bertele-tele, April langsung memberi jawaban dengan jujur bahwa ia telah menyalin tugas Nara. “April, setelah kelas Ibu kamu tidak boleh ke kantin sebelum menerima hukuman Ibu”. Tutur Ibu Loli dengan tegas. “Tapi Bu”. Tutur April berusaha menolak. Tanpa menjawab, ibu Loli hanya menatap April membuat April terpaksa menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Heart
Teen FictionDibalik kepribadiannya yang sangat ceria, Nara adalah gadis remaja yang sangat bergantung pada Muza sejak ia masih kecil. Mempunyai kakak laki-laki seperti Muza adalah kebanggaan tersendiri baginya, dibalik sikap cuek dan dinginnya, Muza adalah pria...