4

6 1 0
                                    

Minggu adalah akhir pekan yang paling dinantikan oleh setiap siswa setelah menghabiskan waktunya enam hari untuk belajar. April memulai panggilan video kepada Nara, ingin memperlihatkan keseruan liburannya bersama Gilang. Untung saja dihari sebelumnya Nara dan teman-temannya sudah memuaskan diri bermain bersama, membuatnya tidak terlalu merasa iri saat ini.

"Ayo". Ajak Muza sambil memakai tasnya.

Di hari libur, Muza dan Nara lebih memilih menghabiskan waktu belajar di perpustakaan. Bukan, tapi Muza, ia lebih memilih menghabiskan waktu untuk belajar di perpustakaan dan mengajak Nara ikut bersamanya. Walaupun Muza selalu menuruti keinginan Nara, tapi yang satu ini Nara selalu patuh kepada Muza, tidak ada alasan bagi Nara untuk menolak ajakan Muza untuk selalu belajar.

"Mmm". Menyodorkan sebotol air dan seporsi sandwich untuk Nara.

"Terima kasih Muza". Dan lagi dengan senyumannya yang sok manis.

"Cih".

Sambil menyantap sarapannya, Nara kembali fokus mendengar Muza menejelaskan materi. "Lo gak sarapan?". Tanya Nara menghentikan Muza. "Sudah, sebelum ke sini". Jawab Muza. "Mmm, mau?". Nara menyodorkan sandwichnya ke mulut Muza. Sejenak Muza melihat Nara dan menggigit sepotong sandwich dari Nara. Pengunjung lain yang berada di perpustakaan tersenyum gemas melihat kelakuan Nara dan Muza, mengira mereka sepasang remaja yang berpacran. "Kerjakan soal ini?". Pinta Muza sambil sedikit menjaga jarak dari Nara.

Setelah mengerjakan beberapa soal latihan yang diberikan Muza, Nara memintanya untuk memeriksa jawabannya. "Lihat, soal nomor satu dan tiga cara penyelesaiannya tertukar". Tutur Muza memberitahu Nara. "Seperti ini, lihat". Lanjutnya memberikan contoh.

Setiap Minggu, Muza dan Nara selalu menghabiskan waktu di perpustakaan. Selain membuat Nara perlahan meningkat disetiap mata pelajaran, secara langsung, Muza juga membuat dirinya semakin meningkat. Hingga mereka telah memasuki semester kedua, Muza justru lompat kelas ke kelas XI karena kecerdasannya yang meningkat dengan baik. Selama satu semester menduduki bangku SMA, Muza telah mengikuti berbagai kompetisi antar sekolah dan memenangkan berbagai piala, membuat dirinya semakin dikagumi oleh satu sekolah.

Seiring berjalannya waktu, seluruh siswa-siswi SMA Lentera yang mengenal Muza juga sudah mengetahui bahwa Nara adalah adiknya. Bagi Muza sendiri, ia tidak peduli seberapa banyak yang menyukainya, ia hanya tahu fokus belajar dan bertanggung jawab atas adiknya, Nara.

"Muza... Muza...". Ajak Jona meminta Muza sebangku dengannya.

"Mmm"

"Muza, lihat cewek yang di jendela itu?". Tutur Jona menunjuk. "Dia adalah ratu drama di kelas ini"

"Mmm". Tutur Muza mengangguk.

"Kalau yang pakai headset itu, gue kasih tau, sebelum dia ngajak lo ngomong lebih dulu, mending lo jangan coba-coba memulai".

"Mmm". Tutur Muza mengangguk sambil fokus dengan buku yang ada di pangkuan tangannya.

"Ah sudahlah". Tutur Jona menyerah. "Eh lo masih ingat gue kan?". Lanjutnya.

Muza menggelengkan kepalanya memberi jawaban kepada Jona.

"A? Aishhhh". Tutur Jona dengan segala ekspressinya menghadapi Muza.

"Kita pernah ketemu?".

"Gak pernah". Jawab Jona tersenyum terpaksa.

"Oh".

"Lo ikut organisasi apa?". Lanjut Jona.

Mendengar pertanyaan Jona, Muza menoleh melihatnya tanpa memberi jawaban apapun.

"Ssshhh sudahlah". Tutur Jona menyerah.

Sementara Gilang yang selama ini sebangku dengan Muza tiba-tiba merasa ada yang hilang darinya, padahal ia sendiri tahu ada tidaknya Muza bersamanya sama saja, selama ini ia seperti berbicara dengan tembok.

Secret Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang