Secuek dan sedingin apapun Muza di depan semua orang, namun jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Nara, baginya itu juga adalah bagian dari urusannya. Di perjalanan sepulang sekolah Muza masih memikirkan seorang siswa yang menyapa Nara di parkiran sekolah, ia cukup penasaran seberapa banyak cowok-cowok di sekolah yang menyukai adiknya. Muza tidak menyadari bahwa dirinya juga telah mencuri banyak perhatian cewek-cewek di sekolah.
"Awas aja, lo jangan berpikir untuk segera punya pacar! Ingat, fokus belajar, gak usah aneh-aneh dengan drama percintaan! Nilai aja masih sering anjlok". Tutur Muza memperingati.
"Kenapa tiba-tiba bahas ini?". Tanya Nara heran.
"Cowok di parkiran tadi siapa?".
"Oh dia Kak Jona, senior kita di kelas XI".
"Dia ada urusan apa?".
"Bukan apa-apa".
"Oh".
"Lo ada rencana mau masuk organisasi gak?".
"Gak ada".
"Gimana kalau lo ikut gue daftar di kesenian?".
"GAK".
"Muza... ayolah, main gitar lo bisa, nyanyi lebih-lebih, mau yah".
"Enggak". Tutur Muza menolak sambil tersenyum pada Nara.
"Hm yaudahlah". Ucap Nara pasrah.
*****
Berawal dari Nara yang menginjakkan usianya ke 13 tahun, hingga kini sudah berusia 15 tahun dan menduduki bangku SMA kelas 10, kedua orang tuanya lebih sering menghabiskan waktunya di luar negeri karena harus bekerja, mereka akan kembali jika itu urusan pekerjaan dan tinggal hanya untuk beberapa hari saja. Tapi, Nara tidak pernah sedikitpun merasa ada yang kurang, karena ia punya Muza yang selalu ada untuknya.Hal ini sungguh wajar membuat Nara begitu manja dan bergantung kepada Muza, dan Muza sendiri, tidak heran lagi jika wataknya begitu dingin dan cuek kepada orang lain, karena ia lebih banyak menyisihkan waktunya menjadi seorang kakak yang bertanggungjawab penuh bagi adiknya.
*****
"Nara..."."Mmm? Ada apa?". Tanya Nara yang menghentikan langkahnya dan berbalik kepada Muza.
"Formulir buat gue mana?".
Mendengar pertanyaan Muza, dalam waktu sekejap raut wajah Nara menjadi sumringah. Tanpa berlama-lama, Nara sesegera mungkin mengeluarkan selembar formulir dan pena untuk Muza.
"Tau gak? Gue ini emang adik yang paliiiing beruntung". Tutur Nara sangat bersemangat.
"Cih". Ketus Muza.
"Ok selesai, sini biar gue yang simpan". Tutur Nara menarik formulir Muza.
"Mmm terserah".
"Aaaa, gue laperrr".
"Yasudah, mandi dulu".
"Siap bos". Tutur Nara bersemangat meninggalkan Muza. "Eh Muza...". Teriak Nara berbalik kepada Muza.
"Ada apa?".
"Loo jangan mikir sembarangan, guee gak ada sedikitpun kepikiran untuk pacaran diusia gue yang sekarang".
"Suasana hatinya cepat banget berubah". Batin Muza sambil tersenyum.
Setelah memasak menu sederhana, Muza menyajikannya ke dalam mangkuk dan segera memanggil Nara yang masih berada di dalam kamarnya.
Tok... Tok... Tok...
"Nara? Makanannya udah jadi nih".
Karena tidak ada suara yang terdengar, Muza memutuskan menekan handle pintu dan langsung memeriksa ke dalam kamar Nara. Melihat Nara yang terkapar dengan seragam sekolahnya dan juga sepatu yang masih melekat dikakinya, membuat Muza tidak tahu harus berkata apa lagi selain diam dan termengung sebelum ia kembali membantu Nara bangun untuk mengganti pakaiannya. Akan tetapi, Muza tidak berhasil melakukannya, Muza hanya perlu memakaikan selimut kepada Nara sebelum Muza kembali mandi dan mengganti seragam sekolahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Heart
Genç KurguDibalik kepribadiannya yang sangat ceria, Nara adalah gadis remaja yang sangat bergantung pada Muza sejak ia masih kecil. Mempunyai kakak laki-laki seperti Muza adalah kebanggaan tersendiri baginya, dibalik sikap cuek dan dinginnya, Muza adalah pria...