2

14 1 0
                                    

Secuek dan sedingin apapun Muza di depan semua orang, namun jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Nara, baginya itu juga adalah bagian dari urusannya. Di perjalanan sepulang sekolah Muza masih memikirkan seorang siswa yang menyapa Nara di parkiran sekolah, ia cukup penasaran seberapa banyak pria di sekolah yang menyukai adiknya. Muza tidak menyadari bahwa dirinya juga banyak mencuri perhatian cewek-cewek di sekolahnya.

“Kamu jangan berpikir untuk segera mempunyai pacar!”. Tutur Muza memulai perakapan

“Kenapa tiba-tiba bahas ini?”

“Cowok di parkiran tadi siapa?”

“Oh dia Kak Jona, senior kita di kelas XI”

“Dia ada urusan apa?”

“Bukan apa-apa”

“Oh”

“Kamu ada rencana mau masuk organisasi apa?”

“Tidak ada rencana”

“Bagaimana kalau kamu ikut aku daftar di musik?”

“Tidak”

“Muza… ayolah, main gitar kamu bisa, bernyanyi lebih-lebih, mau yah”

“Terima kasih”. Tutur Muza menolak sambil tersenyum pada Nara

“Yasudah”. Tutur Nara berpura-pura marah

“Semenjak aku berusia 13 tahun, hingga kini aku berusia 15 tahun dan  menduduki bangku SMA kelas 10, Ayah dan Ibu lebih sering berada di luar negeri karena pekerjaan, mereka akan kembali jika ada urusan dan tinggal hanya untuk beberapa hari saja. Tapi aku tidak pernah sedikitpun merasa ada yang kurang, karena aku punya Muza yang selalu ada dan mengerti aku”. Nara membatin.

Hal ini sungguh wajar membuat Nara begitu manja dan bergantung kepada Muza, dan Muza sendiri, tidak heran lagi jika wataknya begitu dingin dan cuek kepada orang lain, karena ia lebih banyak menyisihkan waktunya menjadi seorang kakak yang bertanggungjawab penuh bagi adiknya.

“Nara…”

“Mmm? Ada apa?”. Tanya Nara menghentikan langkahnya dan berbalik kepada Muza

“Formulir buat aku mana?”

Mendengar pertanyaan Muza, dalam waktu sekejap raut wajah Nara menjadi sangat bahagia. Nara merasa kemampuan aktingnya semakin berkembang, ia yang sebelumnya berpura-pura marah justru dengan cepat membuat Muza menuruti keinginannya untuk bergabung dalam organisasi yang sama dengannya. Nara melakukan ini juga karena sahabatnya April yang telah memintanya untuk berjanji membuat Muza bergabung bersama mereka. Tanpa berlama-lama, Nara sesegera mungkin mengeluarkan selembar formulir dan pena untuk Muza.

“Aku ini memang adik yang paaaling beruntung”. Tutur Nara sangat bersemangat

“Cih”. Ketus Muza

“Ok selesai, sini biar aku yang simpan”. Tutur Nara menarik formulir Muza

“Mmm terserah kamu”

“Aaaa aku lapar”

“Yasudah, kamu mandi dulu”

“Siap bos”. Tutur Nara bersemangat meninggalkan Muza. “Eh Muza…”. Teriak Nara berbalik kepada Muza

“Ada apa?”

“Kamu jangan berpikir sembarangan, aku tidak berencana untuk mempunyai pacar diusia aku yang sekarang”

“Suasana hatinya sangat cepat berubah”. Batin Muza sambil tersenyum

Setelah memasak menu sederhana, Muza menyajikannya ke dalam mangkuk dan segera memanggil Nara yang masih berada di dalam kamarnya.

Secret Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang