Januari 2019
Suara piring dan sendok yang beradu memenuhi ruang makan keluarga. Sesekali ada yang bercerita dan tawa yang hangat bergaung ditengah makan malam. Gadis memperhatikan kedua orang tuanya yang berbincang, ikut tersenyum mendengar kabar baik dari saudaranya yang jauh di luar pulau.
"Kak, ini buat kakak. Aku gamau kulit ayamnya, gak enak." Tian—Adik bungsu Gadis—langsung menaruh kulit ayam tanpa menunggu jawaban kakaknya.
"Ini enak, Sayang. Kamu harus banget coba sekali aja sebelum dewasa, percaya deh sama Kakak!" Ujar Gadis sambil menaik turunkan alisnya. Tian berfikir sejenak kemudian mengambil sebagian kecil kulit dari piring Gadis.
"Yaudah deh, Tian coba." Tian mulai menyuap kulit ayam tersebut dan mengunyahnya dengan ragu. Setelah menelannya, Tian melotot sejenak lalu kembali menetralkan ekspresinya. "Enak, not bad."
"Mau diambil lagi gak kulitnya sebelum Kakak makan?" Tian menggeleng sebagai jawaban kemudian mengambil satu potong ayam yang baru. Gadis terkekeh melihat tingkah adiknya.
"Kemarin Pak Dharma pindah kesatuan ke luar pulau. Terus istrinya bilang mau anaknya bareng sama Gadis SMA-nya." Ucapan Mama mengalihkan perhatian Gadis seketika. Jatungnya terasa berdegup kencang mendengar nama yang disebutkan tadi.
Tanpa terlihat mencurigakan ia segera menghabiskan makan malamnya dan berpura-pura kebelet buang air untuk meninggalkan ruang makan.
"Maksudnya apaan sih?! Mana gue pake salting segala lagi." Gadis menggerutu sambil menepuk keningnya berkali-kali.
Ting!
Sebuah notifikasi muncul dari ponselnya. Gadis segera meraih ponselnya dan segera memeriksa. Gadis terbelalak begitu melihat pesan dan nama pengirimnya.
Nino
Besok free?"Sekarang manusia satu ini lagi ngechatin gue tiba-tiba." Gadis menenggelamkan wajahnya pada bantal. Hari ini terasa seperti rollercoaster baginya, terlalu banyak kejadian yang tak terduga. Laki-laki yang selama ini menolaknya secara mengejutkan mengajaknya bertemu di hari jumat. Lantas apalagi ujian setelah ini? Gadis sudah pasrah menerima kejadian selanjutnya.
"Kayaknya tidur emang paling bener daripada uring-uringan." Gadis mulai menyiapkan barang bawaannya besok dan tentu ranjangnya sebelum merebahkan tubuhnya.
Ketika Gadis membetulkan tirai jendela, ia melihat sebuah mobil beserta orang-orang yang memindahkan barang ke dalam sebuah rumah yang Gadis ketahui baru saja dijual. Mungkin sudah ada yang membelinya, pikir Gadis.
💌💌
Gadis berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 2 sambil membenarkan kacu yang melingkar di lehernya. Masih belum banyak yang datang ke sekolah dikarenakan udara yang dingin hari ini. Gadis pun sampai sedikit menggigil hingga harus menggosok kedua lengannya agar tetap terasa hangat.
Tiba-tiba sebuah jaket hitam tersampir di pundak Gadis, membuatnya berhenti dan membalikkan tubuhnya.
"Kenapa semalem ga bales chat?" Tanya Nino tanpa basa basi. Ia orang yang tidak suka bertele-tele.
"Semalem ga buka hp, Kak." Gadis menjawab singkat sambil mengalihkan pandangannya. "Ada apa kak? Tumben banget kaya gini sama gue."
"Ada yang mau saya omongin sama kamu. Nanti pulang sekolah tunggu saya di kantin rooftop." Nino berjalan meninggalkan area gedung SMP tanpa menunggu balasan dari Gadis yang saat ini mengerinyitkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs.
Fiksi RemajaSalah. Satu kata yang memenuhi benaknya begitu merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Pertanyaan demi pertanyaan muncul seketika begitu tatapan Gadis dan Putra bertemu di lorong perpustakaan. Ragu. Sebuah rasa yang muncul dalam hatinya. Gadis...