SD 7

279 35 11
                                    




Author pov

Makan siang kali ini kamu sengaja pergi kerumah sakit tempat Panji kerja. Tadinya ya mau makan di deket-deket kantor aja, tapi ibu kamu suruh buat makan di tempatnya Panji karena nanti bakal ada Arkan juga.

Mendengar Arkan juga ada di rumah sakit nanti, kamu langsung mengiyakan suruhan ibu dengan membawakan gado-gado mang Juna favorit Arkan dan Panji.

Tanpa kabar-kabar ke Panji kamu langsung berangkat menuju RSPAD dengan tidak sabar bertemu dengan Arkan juga. Padahal beberapa hari lalu kamu udah ketemu sama dia bahkan sempet makan batagor bareng Zea sampek di kira punya anak sama mamang batagornya.

Entah kenapa senggak sabar itu buat ketemu sama Arkan.

Yang beberapa waktu lalu kamu di jemput sama Xavier di rumah pas pulang abis makan batagor sama Arkan, kamu Xavier cuma habisin waktu dengan pergi makan malam ke restoran langganan keluarga Xavier yang bisa di bilang mewah. Ya udah pasti mewah soalnya yang dateng kesana rata-rata pakek setelan jas sama dress-dress yang selayaknya orang mau dinner mewah.

Sedangkan kamu dateng kesana malah pakek kulot jeans dengan kemeja fanel oversize motif kotak-kotak dan pasmina hitam yang di padu padankan dengan sepatu convers 70's high. Outfit yang gak pernah berubah dari jaman kuliah sampek hampir kepala 3.

Kebiasaan main sama Arkan ke angkringan atau warmindo, giliran main sama Xavier ketempat mewah malah kebawa deh. Lagian Xavier pun gak bilang kalo mau ajak kamu dinner disana, jadilah kamu serasa gembel setelah melangkahkan kaki masuk ke restoran.

Begitu tiba di rs kamu segera pergi keruangan Panji, tapi kata salah satu perawat disana Panji tadi sama dokter Francis yang kamu ketahui sebagai rekan dokternya Panji yang dokter forensik lagi di kantin.

Bergegas kamu segera pergi ke kantin dengan perasaan gak sabar. Ya kapan lagi ketemu Arkan gak di ganggu sama Zea, sekarang mumpung Zea di titipin sama ibu, kamu mau cerita banyak ke Arkan.

Tapi sayang, pas sampek kantin kamu malah liat Arkan nangis dan punggungnya lagi di usap-usap sama dokter Francis.

"Bang Panji, Arkan kenapa?" Tanya kamu perlahan mendekat. Yang tadinya antusias untuk cerita banyak ke Arkan malah sekarang berubah jadi kebingungan.

Dan satu hal yang buat kamu sedikit marah ketika lihat tangan dokter Francis yang masih terus mengusap punggung Arkan. Rasanya kamu mau tepis tangan kurus dan pucat itu dari punggung Arkan karena kamu gak suka.

Kamu pun mengambil tempat duduk di samping Panji yang masih terhah hoh karena melihat kamu tiba-tiba ada disana.

"Lu kok disini?"

"Emang gak boleh? Itu Arkan kenapa?" Kamu memaksa untuk Panji menjelaskan kondisi Arkan ketika Arkan yang di tanya masih sibuk mengusap air matanya yang tak kunjung berhenti.

Panji pun hanya diam menarik napasnya panjang setelah di todong pertayaan yang sama.

"Kenapa sih? Jawab dong." kamu pun meletakan kresek putih berisi gado-gado di atas meja "gak gue kasih gado-gado mang Juna nih!"

Masih tetap tidak ada yang menggubris kamu, mereka tetap diam namun dengan raut wajah yang bingung untuk menjelaskannya ke kamu.

"Ya uda--"

"Kamu bisa tenang sebentar, gak liat Arkan lagi nangis begini? Paling gak kunci mulut kamu itu, kalo kamu gak punya rasa simpati lihat orang sedang sedih." Kata dokter Francis yang memotong saat kamu bicara.

Rahang kamu seketika mengeras dan suara gemertak gigi bisa di dengar oleh Panji yang ada disamping kamu pas.

Ketika Panji sudah tau kamu akan berdiri dan akan mengucap sumpah serapah, Panji menahan tangan kamu di bawah meja yang sedang mengepal keras menahan amarah.

SINGLE DADY ⛔️Imagine You X Yoon Jeonghan (SEVENTEEN)⛔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang