SD 2

383 59 2
                                    

Arkan pov

"Cuti kamu sudah saya acc, saya turut berduka atas meninggalnya kedua orang tua kamu. Kalo boleh saya tau, kedua orang tua kamu meninggal karena apa?" Tanya komandan batalyon grup 1; kolonel inf Bara.

Gue terdiam sebentar mengingat kejadian sebelum ayah dan ibu meninggal. Bukan kejadian yang buruk, cuma sebelum mereka meninggal karena kecelakaan mereka berpesan ke gue buat cari pasangan hidup yang bisa terima gue apa adanya.

Gue masih inget waktu itu ibu ngomong dengan kesusahan karena mulut dan hidungnya harus menggunakan oxygen catheter, dia bilang, "Kamu itu manusia biasa yang tetep butuh manusia lain di masa senja kamu nanti. Jangan terlalu kuat dengan pendirian kamu untuk gak mau menikah, ibu sedih liat kamu masih melajang di umur segini Arkan." 

Dan itu juga jadi salah satu faktor yang buat gue ingin mematahkan prinsip yang sudah gue pertahankan selama 33 tahun ini.

"Arkan?" 

"Oh maaf saya tidak fokus ndan, orang tua saya kecelakaan dan meninggal setelah satu bulan di rawat di rumah sakit." Ucap gue setelah sadar mengingat ibu yang terbaring lemah saat itu dan komandan cuma menganggukan kepalanya. 

Sekilas tentang komandan gue ini alias pak Bara, dia menjadikan gue salah satu anak buahnya yang paling dia andalkan. Selain kapten di setiap misi yang diberikan, gue juga kapten kompi jadi gak heran kalo dia baik sama gue udah di anggap kayak saudaranya sendiri malah. Sampek pernah gue mau di kenalin cewek yaitu anaknya komandan paspampres. Gue gak mau nolak sih sebenarnya toh nanti bisa bantu karier gue juga, tapi masalahnya waktu itu adalah (y/n). 

Kalo gue mau gak peduli gue bisa tinggal nikah dia waktu itu, tapi rasa kepedulian gue sebagai sahabat gak bisa gue abaikan karena waktu itu ayah ibunya abis cerai. Dan pada akhirnya gue harus menolak tawaran dari pak Bara. 

Gue fine-fine aja gak jadi pendekatan sama anaknya komandan paspampres, tapi yang bikin gue gak bisa tenang malah ngeliat (y/n) yang keliatan tertekan dengan keadaan keluarganya yang hancur berantakan. 

Setelah menghadap pak Bara yang kebetulan ada di makopassus, gue berniat pergi menemui Bian untuk pamitan selama seminggu untuk cuti, di Serang. Karena dia udah berkeluarga dan menempati rumah dinas disana. 

Sebenarnya gue juga tinggal di mess perwira disana, tapi kebetulan ayah dan ibu meninggal jadi gue pulang ke Jakarta dan nempatin rumah itu buat beberapa waktu kedepan dan ditambah gue punya beban baru yaitu bayi, gak mungkin gue bawa Zea ke mess yang tempatnya terlalu mengerikan untuk di tempati seorang bayi.

Gue mengeluarkan ponsel dan chat (y/n) untuk ngabarin kalo gue pergi ke Serang sekalian. Gak apa-apa deh gue repotin lagi dia, siapa tau dengan gue titipin Zea dia agak longgar dari prinsipnya terus mau gue nikahin walaupun mustahil kayaknya.






(y/n) pov

Pak Xavier atau gue lebih suka panggil dia 'tuan muda' adalah CEO dari Beanie group. Umurnya 2 tahun di atas gue tapi dia sukses bisa buat perusahaan ini sebesar sekarang dengan usahanya sendiri.

Ya gak bisa di bilang usahanya sendiri sih. Orang tuanya juga pebisnis sukses sekaligus orang partai jadi gak heran kalo anaknya punya perusahaan sendiri yang dalam kurun waktu  5 tahun udah sebesar sekarang.

Dia keliatan orang baik-baik, sesosok bos yang baik sama bawahannya walaupun mulutnya emang tajam dalam mengkoreksi hasil kerja karyawannya.

Gue dan dia cukup dekat malah dia yang suruh gue buat anggap dia kayak temennya aja, alhasil dia jadi sering curhat ke gue tentang apa pun itu termasuk tentang asmara.

Gue jadi inget dia pernah cerita katanya punya pacar anaknya orang penting di dunia militer, katanya mau di lamar karena udah ngerasa fix cocok. Tapi pas makan siang kemarin gue tanyain dia malah batal ngelamar pacarnya dan mereka putus tiba-tiba.

SINGLE DADY ⛔️Imagine You X Yoon Jeonghan (SEVENTEEN)⛔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang