Bab 1

3.7K 335 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Karyakarsa, tersedia 20 buah voucher potongan Rp5.000, jadi pas check out, jangan lupa masukin kode voucher : SHEIKH

You can follow me at KK : carmenlabohemian

You can follow me at KK : carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Maribel McAulish selalu berpikir dirinya tipe yang bisa lolos dari segala kesulitan. Tak peduli seberapa keras hidup memperlakukannya, ia akan selalu bertahan.

Bagaimana tidak? Sejak lahir, ia tidak pernah bertemu dengan ibunya. Tapi Maribel tetap tumbuh di bawah asuhan para pengasuhnya. Tidak, ia tidak kesepian, ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya tapi terkadang ia bertanya-tanya seperti apa rasanya memiliki seorang ibu yang bisa memeluknya? Tapi bukan berarti, ia tumbuh menderita. Namun rupanya masih banyak cobaan yang belum ia lalui.

Di usianya yang masih belia, tak lama setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-6, Maribel harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya, Earl of Boleyn, meninggal dunia tanpa meninggalkan pewaris langsung untuk mewarisi gelar dan kekayaannya. Seorang sepupu jauh ayahnya yang kemudian berhak mewarisi gelar serta segala yang dimiliki ayahnya, sekaligus menjadi wali Maribel. Dimulailah hari-hari yang sedikit lebih sulit tapi bagi Maribel, tak ada hal sulit yang tak bisa dilewatinya. Ia tangguh, ia harus menjadi tangguh jika ingin bertahan hidup.

Hidup bersama sang earl baru beserta keluarganya di kastil milik ayahnya dulu menjadi semacam siksaan rutin. Alih-alih diperlakukan dengan baik, ia selalu dijadikan objek perundungan. Maribel membenci mereka tapi ia juga tidak punya banyak pilihan. Seorang gadis muda tanpa status dan keluarga, tanpa dukuangan siapa-siapa, tidak akan bisa mendapatkan masa depan yang menjanjikan. Suka ataupun tidak suka, ia masih harus berharap pada pamannya itu, bahwa dengan status dan latar belakangnya sebagai Earl of Boleyn, Maribel akan bisa mendapatkan seseorang yang cukup pantas sebagai suaminya kelak. Hanya dengan menikah, satu-satunya jalan ia bisa terbebas.

Jadi ia menunggu. Selama 12 musim dingin, ia menunggu dengan sabar. Pada usia ke-18, Maribel sudah tumbuh menjadi wanita muda yang cantik. Ia mewarisi kecantikan itu dari ibunya, itulah yang sering dikatakan oleh ayahnya dulu. Rambut pirang keemasan, mata biru jernih yang besar, hidung bangir, tubuh langsing dan kulit putih mulus bak porselen. Ia tahu banyak yang iri padanya, termasuk anak perempuan pamannya. Tapi Maribel tidak pernah tahu bahwa kecantikan yang dibanggakannya adalah awal mulai petakanya.

Saat itu adalah musim semi, ia baru menginjak usia ke-19 ketika ia bertemu dengan Duke of Durche, seorang pria menawan yang umurnya hampir dua kali lipat Maribel, tapi ia tidak keberatan. Ia mulai bermimpi bahwa ketika mereka menikah, ia akan terbebas dari kekuasaan pamannya dan menikmati hidup mewah sebagai Duchess of Durche. Tapi Earl of Boleyn memiliki rencana lain. Pria itu juga menginginkan Duke of Durche sebagai keluarganya, tapi bukan sebagai suami Maribel, melainkan sebagai suami untuk anaknya sendiri. Demi menyingkirkan Maribel, pria itu pun akhirnya membuat rencana jahat.

Maribel tahu mereka tidak pernah menyukainya. Tapi ia tidak pernah berpikir kalau Earl of Boleyn akan berlaku sejahat itu padanya. Saat ia tahu, ia berusaha untuk kabur tapi pamannya dengan mudah membawa Maribel kembali dan mengurungnya hingga hari keberangkatannya tiba.

"Aku tidak ingin menikah dengan pria itu! Paman, aku bahkan tidak tahu di mana itu Qhardat! Kau tidak bisa sekejam itu padaku!"

Apapun yang dilontarkan oleh Maribel, baik itu permohonan penuh derai air mata, kemarahan, Kata-kata kasar dan umpatan, segala bentuk makian, semua itu tak membawa dampak apapun. Dengan wajah dingin tanpa ekspresi, pria itu mengantarkan Maribel ke kapal yang akan membawanya jauh ke negeri entah di mana, untuk dinikahkan dengan Sultan Qhardat, yang wajahnya saja tidak pernah Maribel lihat. Ia hanya tahu ia dijual dengan harga tinggi oleh pria yang ia sebut sebagai keluarga untuk dibawa pergi jauh meninggalkan tanah kelahirannya.

Tapi bahkan di titik terendah itu, Maribel tidak putus asa. Ia selalu memiliki keyakinan bahwa selama ia masih hidup, harapan itu selalu ada. Perjalanan mereka masih panjang, ia masih bisa mencari kesempatan untuk kabur. Dan kesempatan itu tiba saat mereka mencapai daratan asing itu, yang panasnya mengalahkan musim terpanas di tempat Maribel berasal dan tanahnya begitu gersang sehingga bisa membuat orang-orang putus asa. Tanpa tahu seperti apa tempat ini, Maribel kabur begitu para pengawasnya lengah hanya untuk mendapati bahwa alih-alih menemukan tempat yang bisa menolongnya, ia harus tersesat di tengah gurun kering yang panas ini.

Ia tidak bisa melihat apapun. Tidak ada apapun di sini. Tidak ada siapapun. Hanya pasir tandus. Kering. Panas. Matahari seolah membakar kulitnya, memanggangnya hingga ke tulang dan tak peduli seberapa jauh Maribel berjalan, pemandangannya tetap sama sejauh mata memandang. Tidak ada apapun selain pasir tandus yang kering dan gersang. Ia melewati satu malam di sama, hampir mati membeku kedinginan ketika malam memeluk bumi. Begitu dinginnya sampai Maribel menggigil. Sepanjang malam ia berjaga agar tidak tertidur, mencoba menghangatkan dirinya dengan cara apapun yang terpikirkan olehnya.

Saat matahari kembali terbit, Maribel kembali berjalan terseok. Tapi ia tahu harapan itu sudah menipis untuknya. Ia tak punya persediaan makanan, sebotol air yang dicurinya sebelum ia melarikan diri sudah lama habis dan tampaknya tak ada tempat yang bisa dituju. Ia selalu percaya kalau ia adalah orang yang sangat optimis tapi kali ini Maribel sadar kalau akan sangat sulit baginya untuk lolos dengan selamat dari kesulitan ini.

Ia terjatuh ke bawah, menggulung diri di atas pasir tandus itu, memejamkan mata untuk menghalau panas terik sambil mengutuk pamannya.

Jika ia mati dan ia tahu ia pasti akan mati, ia berdoa kalau rohnya bisa kembali ke Inggris dan Maribel akan menghantui pamannya sampai pria itu tak lagi ingin hidup.

Terkutuklah Earl of Boleyn!

The Sheikh's Virgin Lover - Kekasih Sang SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang