Bab 9

1.1K 217 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

E-book sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

And i have posted new story di Karyakarsa, langsung tamat ya, ada voucher diskonnya tapi belum cek sudah habis apa belum, kalian bisa coba aja nanti masukin kodenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And i have posted new story di Karyakarsa, langsung tamat ya, ada voucher diskonnya tapi belum cek sudah habis apa belum, kalian bisa coba aja nanti masukin kodenya.

Have fun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Have fun

Luv,
Carmen

_________________________________________

Pria itu akan membawanya pada Sultan Qhardat!

"Tidak, tidak..." Maribel menggeleng, suaranya agak bergetar menahan tangis. "Kau akan membawaku pada Sultan Qhardat, bukan? Kau..."

"Maribel! Hentikan."

"Tidak, tidak..."

Ia berbalik dan mencoba lari tapi pria itu lebih cepat. Maribel menjerit dan menendang saat rasa takut membungkusnya. Tidak ini lagi. Tidak pria itu. Apa dia juga akan mengkhianati Maribel?

"Aku mempercayaimu, Sialan!"

"Demi Tuhan, diamlah!" Pria itu memeluknya sementara Maribel memberontak hebat. "Diamlah, Maribel. Aku tidak akan mencelakaimu!"

"Tapi kau akan membawaku pada pria mengerikan itu!"

"Aku tidak akan melakukannya."

"Lepas..."

"Aku tidak akan membawamu pada Sultan Qhardat, Maribel, kau boleh pegang kata-kataku."

Kata-kata pria itu pelan melekat di otaknya sementara ia masih menggeliat berusaha membebaskan diri. Apa yang barusan dikatakan pria itu? Ia berhenti bergerak, benaknya memproses lalu ia menjauhkan pria itu agar bisa menatap matanya.

"Apa katamu?"

"Sudah lebih tenang?" tanya pria itu.

Maribel mengangguk. Lalu...

"Kau tidak akan membawaku pada Sultan Qhardat?"

Galib menggeleng. "Kau tidak menginginkan pernikahan ini, bukan?"

"Tidak, aku tidak mau!"

"Kalau begitu, kau tidak perlu ke sana, Maribel. Tidak akan ada yang bisa memaksamu jika kau tidak menginginkannya."

Maribel merasa begitu lega hingga ia menangis. "Terima kasih, terima kasih, Galib."

"Apa pria yang meninggal itu adalah salah satu orang yang membawamu ke sini?"

Maribel mengangguk. "Aku yakin begitu. Mereka lengah saat turun dari kapal dan aku memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur. Aku lari secepatnya, bersembunyi dari mereka di kota itu dan terus berlari sampai ke gurun. Aku tidak begitu ingat, aku hanya tahu aku berlari sangat cepat."

Galib mengangguk. "Kau wanita yang kuat."

Maribel tersenyum lemah lalu menghapus air matanya. "Aku hanya tahu bahwa aku harus kabur. Aku lebih baik mati daripada dijadikan budak nafsu sultan tua itu."

"He is not a good ruler. But he is very cruel. Apakah semua orang yang datang bersamamu mengejarmu ke gurun?"

Maribel menggeleng. Ia tidak tahu. Ia tidak memperhatikannya. "Aku... aku tidak tahu."

"Apakah ada urusan Qhardat yang bersamamu di kapal itu?"

Maribel menggeleng. "Hanya orang-orang suruhan pamanku."

Galib mengangguk. "Kalau Sultan Qhardat belum tahu, kau masih bisa hidup dengan tenang. Tapi jika dia sudah mendapatkan laporan, dia pasti akan mengutus orang untuk mencarimu. Pria tua itu tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang diinginkannya."

Maribel memucat. "Lalu aku harus bagaimana?"

Pria itu menarik napas dalam. "Untuk sementara, kau akan tinggal bersamaku, di tenda ini, jangan keluar ke mana-mana tanpaku. Setelah beberapa waktu setelah keadaan tenang, aku akan mencari cara untuk membawamu kembali ke Inggris."

Mendengar itu, Maribel merasa tubuhnya dibanjiri rasa lega. "Kau bersungguh-sungguh?"

Ia menatap mata Galib dan tahu pria itu mengatakan yang sesungguhnya. "Aku tidak sembarangan memberikan janjiku, Maribel."

Maribel merasakan lagi desakan untuk menangis tapi ia menahannya. Pria itu tidak membutuhkan tangisan Maribel. Ia mereguk ludah, menanyakan hal yang kini mulai membuatnya khawatir. "Tapi... apa aku akan membawa masalah untukmu nantinya?"

Galib tersenyum tapi ia tahu pria itu tidak menjawab dengan sejujurnya. "Kau tidak perlu memikirkan hal itu. Kau hanya perlu tinggal di sini dan jangan menarik perhatian. Aku akan membereskan sisanya."

Entah kenapa, walaupun mereka baru saling mengenal, Maribel tahu Galib adalah pria yang paling bisa dipercayainya saat ini. Bukan karena ia tidak punya pilihan, tapi karena hatinya berkata bahwa ia bisa mempercayai pria itu sepenuhnya.

The Sheikh's Virgin Lover - Kekasih Sang SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang