Bab 8

1.1K 225 7
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah lengkap di Karyakarsa dan Playstore ya.

And if you are forbidden story lover, you can check it out too, sudah tamat di Karyakarsa dan Playstore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And if you are forbidden story lover, you can check it out too, sudah tamat di Karyakarsa dan Playstore.

And if you are forbidden story lover, you can check it out too, sudah tamat di Karyakarsa dan Playstore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

____________________________________________________________________________

Mereka makan bersama malam itu, hanya berdua dan Maribel merasa canggung. Apa mereka cuma berdua di dalam tenda ini? Bukankah tenda ini terlalu besar untuk ditinggali oleh seorang pria?

"Kau tinggal di sini sendirian?" tanya Maribel setelah menyesap teh manisnya.

Galib mengangguk.x

"Aku pikir ibu asuhmu tinggal di sini."

"Dia punya keluarga, dia tinggal di sebelah tendaku, bukankah aku sudah bilang padamu tadi?"

Maribel mengangguk. Tentu saja ia ingat, ia hanya ingin memastikan.

"Mengapa tendamu berbeda dari yang lain?" tanyanya lagi kemudian.

Pria itu menghentikan kegiatan makannya dan menatap Maribel geli. "Kau berbeda dari sangkaanku."

"Huh?"

"Kupikir kau wanita pemalu yang tidak banyak bicara. Tapi ternyata kau memiliki rasa penasaran yang tinggi."

Maribel tersipu kecil. "Maaf, aku memang orang yang suka berterus terang."

"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan, malah aku senang. Kau tahu istilah Sheikh?"

Maribel menggeleng.

"Jadi... aku seperti semacam kepala suku, pemimpin di tempat ini. So I deserve the nicest tent, the biggest one."

"Oh." Maribel mengangguk, mengerti. "Seperti bangsawan di Inggris."

"Ya, kurang lebih."

"Lalu, bagaimana ibumu bisa bertemu dengan ayahmu?" tanya Maribel lagi. "Apa ayahmu... uh... kau tahu... menculik dan membeli..."

Ia terkejut saat Galib tertawa. Apa ia salah ngomong? Terlalu berani?

"Maaf."

"Tidak, tidak apa-apa, Maribel. Tapi maaf bila mengecewakanmu, ayahku tidak menculik ataupun membeli ibuku. Ibuku datang ke sini bersama kakekku dan bertemu dengan ayahku ketika kapal mereka merapat di kota pelabuhan di pesisir. Kakekku adalah seorang pedagang. Singkat cerita, ayahku menyelamatkan ibuku dari seseorang yang mencoba memaksakan dirinya padanya dan mereka berdua kemudian jatuh cinta. Ibuku memutuskan untuk tinggal dan menikah dengan ayahku. Dan lahirlah aku. Tapi kebahagiaan mereka hanya bertahan sampai aku berusia sepuluh tahun karena ibuku kemudian dipanggil kembali oleh sang pencipta."

"Oh."

Maribel sama sekali tidak menyangka akan mendengar cerita seperti ini. Seorang wanita dari dunia yang begitu berbeda memutuskan untuk tinggal di tempat asing seperti ini demi seorang pria? Maribel tidak yakin ia akan sanggup melakukannya jika ia menjadi ibu pria itu.

"Kau terlihat berbeda."

"Ap... apa?"

"Kau terlihat berbeda setelah mengenakan pakaian sukuku, tapi cocok untukmu."

Maribel merasa tolol ketika ia merona kembali.

"Thanks."

"Kurasa sekarang giliranmu bercerita, Maribel."

Ia mengangkat mata untuk menatap pria yang sedang duduk di seberangnya itu. "Menceritakan apa?"

"Tentang dirimu. Mengapa kau ada di gurun pasir itu? Apa yang kau lakukan di sana? Bagaimana kau bahkan bisa berada di sini?"

"Ak... aku..."

"Aku ingin mendengar kejujuranmu. Setidaknya, kau berutang itu padaku karena aku sudah menyelamatkanmu, Maribel."

Maribel berpikir sejenak. Ia tahu apa yang dikatakan oleh Galib cukup masuk akal. Dan pria itu juga benar, dia sudah menyelamatkan Maribel. Setidaknya ia berutang kejujuran pada pria itu. Dan sejauh ini, Maribel tidak merasa kalau pria itu memiliki niat jahat ataupun motif tersembunyi. Dia terlihat tulus menolong Maribel. Tidal adik kalau ia tidak mau mencoba mempercayai pria itu. Mungkin dengan bercerita, pria itu punya jalan untuk membantu Maribel kembali ke tempat asalnya.

"Aku... Nama lengkapku Maribel McAulish," ucap Maribel, memutuskan untuk mulai dengan nama lengkapnya. "Sebelum meninggal, ayahku adalah Earl of Boleyn, sepertimu, dia juga seorang bangsawan."

Pria itu mengangguk. "So you are a lady. Seorang aristokrat."

Maribel diam, tak menjawab. Apa gunanya? Nasibnya bahkan lebih buruk dari rakyat biasa.

"Tapi itu tidak menjawab keberadaanmu di sini," lanjut pria itu lagi.

"Pamanku, sepupu jauh ayahku mewarisi gelar dan semua aset ayahku karena ayahku tidak memiliki anak lelaki sebagai pewaris. Dan aku... sejak itu pamanku adalah waliku."

"Oke."

Ia menarik napas. Ini adalah bagian yang tersulit. Tapi ia sudah memutuskan untuk bercerita. Mungkin saja pria ini bisa membantunya.

"Pamanku ingin menikahkahku dengan Sultan Qhardat. Tapi aku tidak menginginkannya... aku tidak sudi menjadi istri kesepuluh pria itu, bukankah itu sama saja dengan menjadi gundiknya? Aku..."

"Kau apa?" potong pria itu, terdengar agak tegang. "Kau adalah calon istri Sultan Qhardat?"

Maribel menggeleng. "Aku tidak menginginkannya! Pamanku praktis menjualku, Galib. Dia mengurungku dan membawaku paksa ke kapal dan aku... aku lebih memilih mati daripada menjadi istri pria itu. Tolonglah aku..."

"Kalau benar yang kau katakan, Sultan Qhardat tidak akan berhenti mencarimu, Maribel. Masalahnya tidak selesai hanya dengan kau kabur seperti itu, pria itu akan mengamuk besar."

Maribel terdiam. Ia menatap pria itu, mempelajari ekspresinya. Apa maksud pria itu? Apa yang disarankannya? Mengapa nada Galib berubah tegang? Ia kembali menggeleng.

"Tidak, kau tidak mungkin menyuruhku kembali, bukan?"

"Maribel..."

Ia serentak berdiri,nyaris tersandung kakinya sendiri saat mencoba menjauh. Tidak, tidak, pria itu akan membawanya kepada pria mengerikan itu?

The Sheikh's Virgin Lover - Kekasih Sang SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang