Bab 3

1.2K 248 10
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

____________________________________________________________________________

Mereka kembali lagi ke oasis tadi. Dan Galib berusaha mengabaikan rasa tidak nyamannya saat memeluk wanita itu di atas punggung unta sambil membantunya minum air sedikit demi sedikit.

Ketika mereka mencapai oasis lagi, Galib turun dengan cepat dan membawa wanita itu ke dalam oasis. Lalu merendam tubuh itu ke dalam air dingin dan berdoa semoga suhu tubuh wanita itu turun. Ia lalu memerintahkan Salim untuk mencari di antara barang bawaannya dan kembali dengan jubah Galib di tangan.

Setelah beberapa lama, Galib lalu mulai melepaskan pakaian wanita itu yang sepertinya membuat wanita itu sesak. Di balik pakaiannya, dia terbungkus gaun longgar tipis dan Galib merobek pakaian tipis itu dari tubuh tersebut. Sejenak ia terkesiap dengan pemandangan tubuh telanjang itu tapi fokusnya untuk menyelamatkan wanita itu jauh lebih penting.
Dengan hati-hati ia mencuci tubuh itu, membersihkannya dari pasir-pasir halus sambil mengabaikan fakta bahwa dada penuh wanita itu menyembul indah dan pucuk-pucuk merah mudanya menegang. Ia berusaha menatap wajah wanita itu sambil membersihkan tubuh tersebut, berusaha menghindar dari godaan. Wajah cantik itu diam, kelopaknya tak bergerak. Galib mendesah dalam diam. Ia bukan pria yang sepenuhnya mulia tapi ia berusaha. Tapi Galib sadar setelah tiga tahun kepergian istrinya, ini adalah wanita yang pertama kali didepaknya, telanjang dan indah dan sungguh menggoda imannya.

Setelah membersihkan tubuh wanita itu, Galib kemudian menggendong wanita itu keluar dari kolam oasis tersebut. Ia dengan cepat membungkus tubuh wanita itu dengan jubah terbaiknya. Orang-orangnya sudah mendirikan sebuah tenda dan melapisi lantainya dengan karpet. Mereka berdiskusi sejenak, berdebat pelan tentang apa yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkan wanita itu. Apakah mereka harus memberinya lebih banyak air? Mengompres dahi dan pergelangan wanita itu? Apakah mereka harus menyuapi wanita itu dengan sesuatu? Wanita itu masih pingsan, belum sadarkan diri.

Galib berjaga sepanjang malam. Ia kemudian mengunyah kurma dan menyuapi wanita itu bersama air gula. Salah satu orangnya, Ali, menyatakan agar Galib beristirahat dulu dan dia akan menggantikannya menjaga wanita itu.

Keesokan paginya, wanita itu memang terlihat lebih baik. Tapi dia masih saja belum membuka matanya dan memperoleh kesadaran. Tanpa sadar, Galib menatap wanita itu prihatin dan mengusap rambut indah itu sambil berharap agar wanita itu cepat terbangun. Galib ingin wanita itu hidup.

Salah satu orangnya kemudian masuk ke tenda untuk mengecek mereka berdua.

"Bagaimana keadaannya, Sheikh?"

Galib tidak tahu, tapi ia memiliki keyakinan kalau wanita ini akan baik-baik saja. Wanita ini kuat, dia seorang pejuang, dia bahkan bertahan hidup selama di gurun, jadi dia pasti akan baik-baik saja. "Kurasa dia akan baik-baik saja."

Pria itu mengangguk. Lalu menambahkan. "Wanita ini seperti dari dunia dongeng. Aku tidak tahu bahwa rambut seseorang bisa sepucat itu, menyerupai pasir di gurun. Wanita-wanita asing seperti itu biasanya diperjualbelikan di pasar budak, dibawa oleh para pedagang dari barat, mereka biasanya dijual pada orang-orang berkuasa, para pedagang kaya dan para bangsawan. Apakah wanita ini termasuk salah satunya?"

Galib tidak tahu, tapi itu tidak penting sekarang. Tapi kemungkinan besar, itu memang benar. Ia sudah melihat tubuh wanita itu, melihat kecantikan dan kemulusan kulit putihnya yang bersih dan indah. Dan betapa indahnya pucuk payudara wanita itu, merah muda lembut yang menggoda. Ia mengerti mengapa para bangsawan, para sultan dan anggota kerajaan menyukai wanita-wanita seperti ini untuk ditambahkan ke dalam koleksi harem mereka. Dan bahkan bersedia membayar sangat mahal.

Galib kemudian menggeleng pelan. Rasanya tidak pantas memiliki pikiran seperti itu di saat wanita ini masih berjuang melewati hidup dan mati.

Menjelang siang, wanita itu akhirnya terbangun. Galib melihat mata biru wanita itu berfokus padanya. Jadi kedua bola mata itu berwarna biru. Biru seperti birunya langit. Dan kedua mata itu menatapnya bingung pada awalnya, lalu berubah menjadi tatapan takut.


The Sheikh's Virgin Lover - Kekasih Sang SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang