Happy reading, semoga suka.
Ebook tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Luv,
Carmen
______________________________________________________________________________
Setelah hampir satu minggu, mereka tiba juga di pusat perkemahan Suku Balawiyyah. Maribel menatap takjub pada tempat itu. Perubahan itu menakjubkannya. Landscape gurun itu seolah berubah. Galib menyebut tempat itu sebagai salah satu oasis paling besar dan subur di gurun tersebut. Dikelilingi pohon-pohon palem yang rindang dan besar, gemericik air, kemah-kemah warna-warni, anak-anak kecil terlihat melompat dan berteriak riang, pria dan wanita menatap ke arah mereka, menunjuk dan berteriak senang menyambut kepulangan mereka. Maribel dengan gugup menatap orang-orang yang memperhatikannya. Mereka pasti sadar kalau ia adalah orang asing. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Unta-unta dipandu dan diikat ke sebuah pagar di kompleks perkemahan dan barang-barang yang mereka bawa dimasukkan ke dalam sebuah tenda yang mungkin berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Pria itu kemudian membimbing Maribel ke sebuah perkemahan yang sepertinya paling luas dan besar. Di dalamnya, seorang wanita yang lebih tua sedang menunggu untuk menyambut mereka. Apakah itu ibunya, pikir Maribel. Tapi ia ingat kalau Galib berkata bahwa ibunya berasal dari Inggris. Dan wanita itu jelas bukan orang Inggris.
Wanita tua itu memeluk Galib sejenak dan mereka kemudian berbicara, mungkin bertukar sapa, dalam bahasa asing yang tidak dimengerti oleh Maribel. Lalu pria itu kemudian menoleh dan berbicara pada Maribel. "Ini ibu asuhku, dia tidak mengerti bahasamu. Dia tinggal di sebelah tendaku bersama keluarganya."
Maribel hanya mengangguk untuk mengiyakan lalu menoleh untuk tersenyum pada wanita tua yang tampak baik hati itu.
"Dia akan membantumu," ujar pria itu lagi sebelum meninggalkan tenda dan membuat Maribel kebingungan. Membantunya?
Baru kemudian ia mengerti ketika wanita itu keluar dari tenda Galib dan kembali lagi dengan setumpuk pakaian di tangan. Dia berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh Maribel tapi wanita itu jelas sedang membicarakan tentang pakaian. Dia menunjukkan satu persatu pada Maribel, menyebut pakaian-pakaian itu sebagai kaftan, kain-kain indah warna warni dengan sulaman-sulaman emas, putih, merah muda, satu persatu diberikan pada Maribel sementara dia terus mencerocos. Karena Maribel hanya berdiri sambil memegangi pakaian-pakaian itu dan tampak bingung, wanita itu kemudian berdecak lembut dan menepuk dahinya sendiri lalu tertawa. Maribel juga ikut tertawa bingung. Tak lama, ia digiring kembali ke ruangan lain di tenda yang tampaknya seperti ruangan tidur lalu wanita itu mulai mengisyaratkan bahwa dia akan membantu Maribel berganti pakaian. Dia mengangkat kaftan biru langit yang sangat indah dengan bordiran putih dan merah muda lalu mulai membantu Maribel melepaskan pakaiannya.
"Tidak apa-apa, biar aku saja... please... aku..."
Semua ucapan Maribel jatuh pada telinga tuli. Tentu saja, wanita itu tidak mengerti. Tidak ada gunanya walaupun Maribel berbicara. Ia mendesah dalam diam dan menyerah, membiarkan wanita itu membantunya berganti pakaian.
Setelah selesai, Maribel terpana melihat bayangannya sendiri. Ia tampak asing di matanya sendiri. Pakaian biru itu jatuh menutupi seluruh tubuhnya, longgar dan nyaman dan ada penutup kepala senada yang menutupi rambut pirangnya. Satu-satunya hal kontras yang menandakan bahwa Maribel berbeda dari orang-orang ini adalah mata birunya yang jernih yang sedang membelalak menatapnya dari cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sheikh's Virgin Lover - Kekasih Sang Sheikh
RomanceBlurb: Demi menyingkirkan pesaing putrinya, Paman Maribel rela menjual dan menikahkan keponakannya itu ke kerajaan yang jauh. Tapi Maribel yang menolak dinikahkan dengan sang sultan, akhirnya kabur ke gurun. Di sana, nyaris mati karena demam dan keh...