Bab 5

1.2K 229 7
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah bisa didapatkan via Playstore/Karyakarsa.

Ebook lengkap sudah bisa didapatkan via Playstore/Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________

Karena wanita itu sudah sadar dan demamnya juga sudah mulai turun, maka Galib memerintahkan orang-orangnya untuk bersiap-siap berangkat esok paginya. Ia tahu kalau Maribel, nama wanita itu, masih sangat lemah tapi orang-orangnya dan unta-untanya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Mereka sudah terlambat dari jadwal yang seharusnya, Galib tidak ingin membuang-buang lebih banyak waktu lagi. Unta-unta milik mereka sudah diberikan makanan yang cukup dan juga minuman dan sudah digosok bersih, jadi sudah saatnya melanjutkan perjalanan. Menunggu lebih lama di gurun pasir ini sangatlah beresiko, mereka akan menghadapi lebih banyak masalah jika sewaktu-waktu terjadi badai pasir. Tapi bagaimana wanita itu akan bepergian? Dia pasti tidak kuat menaiki unta, juga belum tentu bisa. Satu-satunya solusi adalah mendudukkan wanita itu di depannya di atas unta sehingga Galib bisa menjaga Maribel.

Esok paginya, saat ia memasuki tenda, wanita itu sudah terbangun. Mungkin dia terbangun karena suara unta di luar dan kesibukan para pria. Galib masuk sambil membawakan kurma dan semangkuk susu. Begitu wanita itu menyelesaikan sarapannya, ia dengan lembut membopong Maribel dan membawanya keluar sementara orang-orangnya mulai sibuk membongkar tenda. Ia menaikkan wanita itu ke atas punggung unta dan menyusulnya, menutup kepala Maribel denga sehelai kain panjang untuk mengurangi panas dan pasir yang beterbangan, lalu menyandarkan wanita itu pada tubuh kerasnya. Saat itulah, Maribel membuka suara.

"Kau... kau ingin membawaku ke mana?"

"Ke perkemahanku."

Ia bisa merasakan tubuh wanita itu mengejang. "Di gurun pasir?"

"Iya."

Galib kembali melanjutkan karena wanita itu terdiam. "Maaf, aku harus membawamu walaupun kau masih lemah, aku tidak bisa terus mengulur waktu dan berlama-lama di padang pasir. Kita harus mencapai perkemahanku secepat yang dimungkinkan untuk menghindari hal-hal yang tak terduga."

"Hal-hal bahaya?" tanya Maribel kemudian sambil mencoba melihat melewati bahunya untuk menatap Galib. "Apakah berbahaya? Tidak ada apapun di sini."

"Padang pasir adalah tempat yang keras dan berbahaya, Maribel. Kau akan tahu kalau kau tinggal lama di sini. Salah satunya, badai pasir yang bisa saja datang dan pergi tiba-tiba."

Galib tahu wanita itu tidak mengerti jadi ia juga tidak lanjut menjelaskan.

"Apakah masih jauh perkemahanmu dari sini?"

"Masih beberapa hari, kalau perjalanan kita lancar."

Galib merasa Maribel ingin mengatakan sesuatu tapi wanita itu kemudian mengurungkan niatnya. Galib juga tidak bertanya lagi.

Mereka menunggangi unta dalam kebisuan. Tangan Galib menjaga keseimbangan wanita itu dengan memeluk tubuhnya lembut dan ia merasa Maribel pelan-pelan jatuh tertidur. Walaupun kemudian lengan Galib terasa pegal dan mati rasa, ia menolak untuk menyerahkan Maribel pada salah satu orangnya dan bertahan dengan posisi itu, berusaha berhati-hati agar wanita itu tidak terbangun. Maribel membutuhkan banyak istirahat untuk mengembalikan stamina dan kesehatannya.

Pada malam hari, mereka berhenti dan membuat api unggun lalu duduk mengelilingi api itu dengan secangkir teh manis dan memakan daging bakar yang mereka bawa dari kota pesisir. Lalu para pria tidur beralaskan kain dengan selimut yang menutupi tubuh mereka dan mengelilingi api unggun untuk menjaga kehangatan tubuh. Galib memberikan Maribel selimut tebal dan menyiapkan karpet untuk alas tubuh wanita itu. Mereka tidak membuat tenda karena terlalu merepotkan juga membuang banyak waktu besoknya, jadi ia meminta wanita itu untuk mengerti. Maribel mengangguk, sama sekali tidak menunjukkan keberatan apapun ataupun membantah. Galib melihatnya jatuh tertidur dengan cepat. Tapi di satu waktu di tengah malam, ia terbangun karena jeritan wanita itu. Galib bergegas mendekati Maribel dan mencoba membangunkannya tapi mata wanita itu tetap tertutup sementara tubuhnya bergetar dingin. Mungkin masih dalam pengaruh mimpi buruknya, Maribel menolak untuk bangun. Jadi Galib menggendong wanita itu dan membawanya untuk tidur bersamanya, setidaknya kehangatan tubuhnya akan membuat wanita itu merasa lebih nyaman. Dengan lembut ia mengusap kepala wanita itu dan merasakan Maribel kembali tenang.

The Sheikh's Virgin Lover - Kekasih Sang SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang