𝐋 𝐀 𝐃 𝐀 𝐍 𝐆 𝐆 𝐀 𝐍 𝐃 𝐔 𝐌
Dentingan suara logam yang beradu dengan permukaan porselan terdengar melatari rutinitas pagi keluarga Lee yang kini tengah mengadakan sarapan bersama di meja besar.
Berkumpul dua kali dalam sehari untuk melaksanakan jamuan membosankan yang sudah melekat sebagai kewajiban
Benar-benar hal yang menjengkelkan.
Apalagi ketika sepasang suami istri itu tak pernah sekalipun memberi nya tatapan cinta dan sapaan akrab yang penuh kasih sayang
Seperti yang sering di terima oleh pemuda bernama Lee Minho yang kini tengah ribut melebarkan senyum nya dengan nada bahagia di sekitaran nya.
"Ayah, Ibu.. Kalau begitu Minho berangkat"
Ucap pemuda berusia delapan belas tahun tersebut, membuat pipi nya seketika di hujami kecupan.
"Hati-hati Sayang.."
Ucap Nyonya besar Lee, setelah sang suami menyempatkan diri untuk mengusak surai pemuda kesayangan nya di tengah kecapan lidah nya
Membuat Minho yang di manja berakhir mengangguk menanggapi, sebelum akhirnya ia berlalu pergi.
"Felix Ayah tak bisa mengantarmu"
"ㅡIbuu juga tak bisa"
Imbuh wanita itu, nada bicara nya memang tidak terdengar kasar, namun cukup untuk menorehkan rasa kekecewaan di hati putra kecil nya.
"l-laluu.. Felix berangkat ke sekolah dengan siapa??" Tanya pemuda manis berambut pirang itu dengan nada lemah
Wajah muram nya setia terpaku, menanti keputusan yang bersiap keluar dari mulut orang tua nya.
"Samㅡ dia akan mengantarmu ke sekolah sampai supir lama kita kembali dari masa cuti"
•••••
Sebenar nya tak usah heran jika buruh muda yang mempunyai tampang rupawan itu mampu mengendarai sebuah alat transportasi berupa kendaraan roda empat dengan mahir seperti ini.
Sebelum berpindah ke sini, ia memang sering mengoprasikan kendaraan-kendaraan tersebut untuk mengangkut kesana-kemari hasil bumi saat di desa tempat tinggal nya dahulu.
Jangankan sebuah mobil, sebagai seorang buruh yang sudah bergelut di bidang perkebunan selama kurang lebih lima belas tahun
Tentu saja ia juga sudah terbiasa mengoprasikan berbagai macam alat dan mesin produksi yang menyokong keberlangsungan pertanian, maka dari itu tidak ada yang perlu di takutkan.
"Ada Apa Tuan Muda??"
Ucap Hyunjin ketika sosok anak dari majikan besar nya itu tak kunjung turun dari mobil setelah kendaraan mereka berhenti di pelataran sekolah.
Felix yang memang pada dasar nya sudah mengetahui akar permasalahan kendaraan properti milik keluarga nya sehari sebelum sang sopir jatuh sakit lebih memilih diam
Kemudian beranjak dari duduk nya menuju kursi kemudi dengan cara merangkak untuk menduduki pangkuan Hyunjin setelah melepas seatbelt di dada nya.
Sedangkan Hyunjin hanya bisa mematung ketika tubuh mereka berakhir saling melekat dengan jarak yang begitu dekat.
Dengan satu tangan yang berpegangan memeluk pundak Hyunjin Felix pun mengangkat wajah nya untuk sejajar kemudian berkata pelan.
"Jangan salah paham.. aku tidak melakukan hal ini kepada sopirku yang lama saat pintu nya macet"
