3

780 98 2
                                    

Seharusnya aku bilang dari awal tapi gpp, gk ngaruh kok

Yang udah baca novelnya pasti familier dengan beberapa scene dan dialog

Udah, itu aja

Selamat membaca

***

Matahari belum bersinar ketika matanya terbuka, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, dan Harry menggigit bibir kuat-kuat—hampir berdarah—untuk mencegah teriakan yang dapat membuat teman-teman sekamarnya terbangun.

"Tempus." Waktu menunjukkan pukul 3 lebih 26 menit, masih terlalu awal untuk memulai hari. Tapi Harry yang tahu dirinya tidak bisa tertidur kembali memutuskan untuk melakukan kegiatan lain.

Butuh 15 menit untuk mandi dan bersiap sebelum dia melenggang ke common room Gryffindor, dua buah buku di tangan kanannya dan alat tulis serta tiga lembar perkamen di tangan yang lain; tas selempang kecil yang telah disihir tersamping di bahu kanannya.

Duduk di salah satu sofa di ruangan luas sendirian, Harry mulai menulis di atas perkamennya: satu untuk Sirius, satu untuk pria lembut dan penyayang yang menyebut dirinya 'kakak', sisanya dipakai untuk To Do List-nya.

Setelah memastikan tintanya kering, dia menyimpannya dalam tasnya yang telah diberi mantra lalu mulai membaca sebuah buku yang sampul serta isinya telah dipesona, mencegah orang lain dari mengintip ke dalamnya.

Buku yang terbuka di atas pangkuannya menunjukkan halaman 37 dan 38, sementara Harry bersandar dengan mata terpejam damai, tertidur.

Harry merasakan goncangan di bahunya dan ketika dia membuka mata, wajah Colin Creevey adalah yang pertama masuk dalam indra penglihatannya. Anak itu tersenyum cerah seakan ada musim semi di kepalanya, dan Harry membalas dengan senyum lembut.

"Kau terlihat nyenyak, Harry. Tapi aku harus membangunkanmu karena sudah waktunya sarapan." Seringai bahagianya semakin lebar. "Oh, aku tidak memotretmu ketika kau tidur, tenang saja."

Senyum Harry menghilang dan dia menatap anak itu dengan serius, membuat Colin gugup seketika. Sayangnya dia tidak menyadari kilat keemasan yang melintas sekilas di mata kakak kelasnya itu.

"Jadilah lebih kuat, Colin." Harry menepuk bahu anak itu. "Aku percaya kau akan menjadi lebih kuat. Saat itu, kita bisa berfoto bersama."

Ketika Harry beranjak pergi, dia tidak melihat binar bersemangat di mata anak itu. Tapi Harry tahu bahwa anak itu telah termotivasi. Dia hanya berharap Colin tidak akan menjadi sama seperti di tahun ke-2, atau apa yang ada dalam penglihatannya.

Pelajaran-pelajaran menjadi lebih sulit—layaknya tahun keempat pada umumnya—terutama kelas Profesor Moody. Ramuan dari guru paling sinis bahkan tidak bisa menandingi kesulitan pertahanan, yang mana diajari oleh seorang auror veteran. Setidaknya itulah yang mereka pikirkan. Harry—yang hidupnya dipenuhi dengan hal-hal yang aneh dan tidak normal—memiliki pemikiran yang berbeda.

Kelas pertahanan yang berikutnya telah membuat para siswa tercengang, dimana Dumbledore telah menyetujui praktik imperius kepada para siswa. Katanya agar mereka bisa merasakan efek kutukannya.

Harry mencibir pada bagian itu, yang meskipun pelan, tapi cukup jelas untuk di dengar para Slytherin yang berada di dekatnya.

"Jika aku tidak tahu, Potter, aku akan mengira kau seorang Slytherin," celetuk Theodore Nott, tiba-tiba mengambil tempat kosong di samping Harry.

Si Gryffindor terkekeh sinis. "Jika aku tidak tahu, Nott, aku akan mengira kita dekat."

Nott mengedikkan bahu dan berkata, "kenapa tidak? Kau seorang pahlawan dunia sihir. Bahkan seorang Malfoy rela mempermalukan dirinya hanya untuk dapat jabat ta- aw!"

Life String [KaryaKarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang