4

872 125 7
                                        

Severus tidak percaya dia baru saja meminjamkan lab pribadinya untuk satu Gryffindor yang memohon dengan putus asa. Anak itu telah menjadi sangat baik di kelasnya sejak hari pertama, tapi itu tetap tidak bisa menghilangkan kekacauannya selama 3 tahun.

Dia mengawasi anak itu dari sudut dan mengernyit melihat bahan-bahan apa saja yang dia persiapkan, memiliki gambaran ramuan apa yang akan anak itu buat. Beberapa waktu kemudian, kuali yang kosong penuh dengan ramuan berwarna hampir menyerupai air, Veritaserum, yang hanya akan kau ramu ketika berusia 16 tahun; 17 tahun sebagai usia yang legal untuk dikonsumsi. Tapi anak itu telah melakukannya dengan sempurna.

Potter telah berdiri di tempatnya cukup lama dan Severus khawatir dia telah mengonsumsi ramuan itu tanpa sepengetahuannya. Lalu dia melihat punggung kecil itu bergetar, tanpa ragu dia mendekat dan membalik anak itu menghadapnya, hanya untuk mendapati emerald yang diturunkan dari cinta pertamanya basah oleh air mata.

Hati Severus mencelos. Tidak peduli di depannya ini adalah putra Lily, atau putra musuh bebuyutannya, dia tetap hanya seorang anak. Anak kecil yang dikelilingi masalah sepanjang hidupnya.

Lalu, hal yang tidak pernah dipikirkan siapa pun terjadi. Potter memeluknya, pelukan erat seperti seorang anak yang merindukan ayahnya.

"Profesor, tidak bisakah anda membujuk kepala sekolah untuk tidak memulangkan saya ke rumah Dursley?" Suara Potter tersendat oleh tangisnya tapi Severus masih dapat mendengarnya. "Aku ... Mereka membenciku, profesor. Mereka membenci ayah dan ibuku, profesor. Mereka berbohong tentang ayah dan ibu yang meninggal dalam kecelakaan."

Severus merasa suaranya tertahan di tenggorokan ketika emerald yang putus asa menatapnya sekali lagi. "Apakah karena aku aneh, aku pantas tinggal untuk disiksa mereka yang membenci hal-hal aneh?"

Tanpa menunggu balasan profesor ramuan, dia membenamkan wajahnya di dada Severus sekali lagi. Dia terus menangis, menumpahkan segala frustasinya sebelum tubuhnya kemudian melemas; antara pingsan atau tertidur.

"Uncle Sev, bisakah-"

Draco yang masuk secara tiba-tiba tidak jadi melanjutkan kalimatnya ketika melihat tatapan tajam kepala asramanya. Dengan cekatan dia menutup pintu dan merapalkan mantra peredam ketika dia melihat Gryffindor yang familier di gendongan Severus.

Setelah mentransfigurasi dua buah kursi menjadi satu sofa panjang, Severus merebahkan putra sahabatnya yang terpejam damai. Dia menenangkan diri dari syok sesaat sebelum berbalik menatap putra baptisnya yang menatap penasaran pada ramuan buatan Potter.

"Uncle Sev, untuk apa ramuan ini?" tanya Draco tanpa menoleh.

"Aku tidak tahu, Draco. Kau bisa tanyakan itu pada pembuatnya ketika dia bangun." Severus duduk di kursi yang lain, mengawasi kedua anak tahun keempat.

Draco menoleh dengan terkejut, ke arah Potter dan kembali pada ayah baptisnya. "Maksudmu Potter yang membuat ini?"

"Sayangnya, iya." Severus menggeram. "Jangan menyentuhnya sebelum aku tahu apa akan akan dilakukan Potter dengan itu. Sekarang, katakan tujuanmu kemari, Draco."

"Oh ya, aku ingin bertanya tentang tugas rune kuno yang ini ...."

Ketika orang-orang mengatakan bahwa Severus Snape adalah guru killer yang berjalan untuk mengambil poin semua siswa, sebenarnya dia tidak semengerikan itu, setidaknya bagi anak-anak Slytherin-nya.

Bahkan Draco dan beberapa Slytherin yang di-cap jenius sering meminta saran darinya yang membuat hubungan guru dan murid di Slytherin begitu kuat. Itulah yang membuat mereka bisa saling melindungi dalam setiap kesempatan.

Menjelang sore, suara erangan Potter memecah perhatian ayah dan anak baptis itu. Potter berkeringat dingin, pucat, dan kuku-kukunya yang sedikit panjang menggores telapak tangannya.

Life String [KaryaKarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang