Eps 3:keraguan

29 3 0
                                    

Happy Reading

Kamar dengan nuansa laut itu adalah milik Galeri.ada campuran warna biru laut,kuning yang melambangkan warna matahari dan pasir pantai dibeberapa tempat,sebuah ranjang kayu yang cukup untuk satu orang,hiasan hiasan kerang dan kaca yang digantung di dekat jendela kamar Galeri menambahkan kesan hangat di kamarnya. Sebuah meja belajar berawarna putih dan rak besar di samping lemari baju yang berwarna putih juga,rak-rak itu berisi penuh dengan buku-buku kesukaan Galeri,sebagian besarnya adalah buku buku komik atau novel.

Galeri duduk di meja belajarnya yang tepat berada di depan jendela. Matanya menatap kosong ke arah luar jendela,tidak secerah kamarnya yang bahkan memiliki lukisan bak langit cerah lengkap dengan awan dan matahari di langit-langit kamarnya,di luar sana langit terus mengeluarkan hujannya.Galeri hanya termenung,ia mengabaikan buku novel ditangannya. Padahal tadinya ia sangat bersemangat membaca buku bersampul biru tua itu karena buku itu baru dibelinya saat pulang dari sekolah,Reon sendiri yang menemaninya membeli buku itu. Tapi entah mengapa,belum sampai ke bagian klimaks cerita Galeri mulai asik dengan isi kepalanya sendiri. Hujan seakan membantunya untuk lebih menikmati lamunan panjang itu.

Sampai suara pintu kamarnya menyadarkan Galeri dari lamunannya. Ia dapat mendengar suara Andre,ayahnya yang sedang memanggil dirinya dari balik pintu.

"Masuk saja dad,pintunya tidak Gale kunci."

Pintu kamar terbuka,menampilkan Andre di sana. Galeri tersenyum memandang sang ayah.walaupun sibuk,sang ayah selalu berusaha untuk pulang sore agar anak-anaknya tetap merasakan figur orang tua.

"Jadi,bagaimana sekolahmu hari ini prince?" Tanya Andre sambil duduk di ranjang putranya. Galeri masih bertahan dengan senyumannya.

"Gale sudah mendapatkan teman baru,namanya charly." Jelas Galeri,Andre mengangguk,sepertinya nama Charly tak asing.

"Tapi karena hujan,uncle Angga menjemput Gale ke lapangan. Jadi Gale tidak ikut MOS hingga selesai dad." Ada sedikit nada sedih pada ucapan Galeri dan tentunya Andre paham. Pria itu menepuk tangannya ke ranjang,bermaksud meminta Galeri untuk berpindah duduk ke sampingnya.Galeri mengerti,anak itu langsung berpindah tempat duduk ke samping Andre.

"Tapi Gale tidak apa-apakan?"

"Jujur saja dad,Gale agak pusing karena kakak kelas tidak mengizinkan Gale untuk pakai jacket. Jadi rasanya dingin sekali dan tadi Gale disuruh squat jump juga,tapi uncle Angga menghampiri Gale di gerakan ketiga. Jadi Gale baik-baik saja dan uncle Angga bahkan memberikan teh hangat untuk Gale." Jelas Gale panjang lebar.

"Untunglah kalau uncle mu itu menjagamu Gale."

"iya,uncle juga mengajak berkeliling sekolah dan menjelaskan banyak hal pada Gale,tapi..." Raut sedih itu kembali lagi,Galeri menundukkan kepalanya. Andre menyentuh bahu putranya,ia memberikan tatapan seakan bertanya 'ada apa?' saat Galeri menatapnya.

"Gale khawatir dad,bagaimana kalau teman-teman tidak suka dengan Gale karena diperlakukan beda oleh kepala sekolah?"

Andre menghela nafas pelan,ia bawa tangannya untuk mengelus sayang surai coklat putranya. Galeri memang teramat manis,ceria tapi juga gampang tersentuh hatinya. Entah mengapa setiap melihat seorang Galeri,muncul rasa bersalah di diri Andre. Ia berpikir,Galeri yang memiliki daya tahan yang lemah murni kesalahannya.

"Gale itu manis sekali.Gale juga baik dan ceria. Gale hanya perlu menjadi diri Gale sendiri untuk di sukai." Ujar Andre menatap manik karamel milik putranya, "Tapi Prince,Gale harus mengerti. Bahwa kita tidak harus disukai oleh banyak orang. Tapi sayang,itu bukan berarti kita perlu merasa takut dan rendah diri. Selagi Gale tidak melakukan hal jahat,berarti tidak ada yang salah"

KATANYA KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang