Bab 11

12 1 0
                                    

Album diam di kamar rawat Galeri, Andre sendiri tengah membeli sarapan untuknya dan Album. Alula mengabari bahwa ia dan keluarga Wisnu baru bisa datang siang nanti, begitupun dengan Reon, jadi di sinilah Album, duduk di salah satu sofa sambil memainkan gawainya.

Galeri sendiri sudah bangun saat di pindahkan ke ruang rawat tadi malam dan pagi ini, anak itu belum bangun, mungkin karena efek bergadang mengingat tadi malam kondisi Galeri masih kurang stabil.

"Dad..." Album menoleh saat mendengar suara Galeri yang terdengar serak seakan mau hilang dan saat berbalik ke arah ranjang rumah sakit, ia melihat Galeri yang berusaha duduk dengan susah payah. Mengambil inisiatif, Album mendekat dan membantu kembarannya itu duduk, memberikan Galeri segelas air untuk anak itu minum.

"Daddy mana?" tanya Galeri dengan suara yang tak lagi serak, Album meletakkan gelas yang sudah kosong itu dan duduk di kursi yang berada di dekatnya.

"beli sarapan"

Keadaan kembali hening, Galeri yang hanya menunduk tak berani memulai percakapan kembali dan Album yang bingung harus memulai percakapan dari mana. Album menghela napasnya dan menatap Galeri.

"lu tau hal yang lu lakuin tadi malam itu bahaya?" Album tak bersuara tajam seperti biasanya, ia bertanya dengan lembut kali ini. Galeri menatap Album dan kali ini anak itu mengangguk, tentu saja ia tahu, hanya saja ia khawatir dengan Album.

"Maaf..." suara Galeri terdengar lirih, anak itu kembali menunduk. Album memang tak bersuara keras dengannya seperti belakangan ini, hanya saja ia merasa bersalah karena harus masuk ke rumah sakit kembali.

"Gale, jangan ulangi" di dalam hati Album yang terdalam, tentunya ia masih perduli pada Galeri, sebagai saudaranya. Walau ia menolak dekat dengan kembarannya itu, anggaplah ia egois, tapi ia hanya seorang anak yang masih ingin menikmati dunianya tanpa kewajiban yang besar.

"Album tidak apa-apa kan? Tadi malam Album kemana?" kali ini giliran Galeri yang bertanya, ia benar-benar khawatir pada kembarannya itu walaupun sebenarnya yang harusnya lebih dikhawatirkan adalah kondisinya sendiri.

Album tak menjawab sama sekali, Galeri tak mau memaksanya. Tatapannya kini beralih pada salah satu pipi kembarannya yang membiru dan ada sedikit luka di ujung bibir Album.

"Kenapa wajah Album?" Album kembali ingat dengan tamparan yang Andre berikan tadi malam, ia meraba ujung bibirnya sendiri dan meringis membuat Galeri semakin khawatir. Album menyadari bahwa kembarannya itu khawatir padanya, ia bangkit dari duduknya hendak kembali ke sofa.

"ini hanya pelajaran" Galeri memerengkan kepalanya bingung, pelajaran apa yang membuat wajahmu lebam, Galeri sangat yakin taada pelajaran yang seperti itu.

"Pelajaran apa yang bisa membuat terluka begitu, Al?"

"Pelajaran tentang tidak boleh keluar malam" Album duduk di sofa, lebih tepatnya anak itu sudah tiduran di sofa dan memainkan gadgetnya kembali. Sedangkan Galeri masih bingung dengan ucapan Album.

"Pelajaran tidak boleh keluar malam?"

"Ya, gua keluar malam dan dapat lebam, beda dari lu, keluar malam dan masuk rumah sakit"

.

.

.

.

.

3 hari di rumah sakit dan Galeri dibolehkan untuk pulang, sekarang sudah seminggu semenjak anak itu pulang. Tapi anak itu tidak pulang ke kediaman Abraham, Galeri akan tinggal di kediaman Wijaya sampai kesibukan Andre di restorant berkurang. Andre tak bisa meninggalkan pekerjaannya yang satu ini karena ada banyak surat-surat yang harus ia urus untuk perizinan cabang restorannya yang baru, belum lagi tahap renovasi restorant utama dan banyak lagi yang harus ia urus, ia takut kalau kejadian yang sama akan terulang bila Andre membiarkan anak-anak begitu saja di rumah.

KATANYA KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang