Andre keluar dari ruang rawat Galeri saat Anggara memintanya. Pria empat anak itu langsung memandang tajam seorang anak dengan pakaian hitamnya yang berdiri dengan kepala menunduk di depan Anggara.
"Bagaimana bisa kau ikut balapan liar?"tanya Anggara terdengar menahan kesal dengan anak temannya yang juga murid di sekolahnya. Album menatap Anggara sekilas sebelum ia menoleh ke arah yang lain,tak mau menatap kedua pria dewasa di depannya.
"kau tahu Al,bisa saja kau dikeluarkan dari sekolah karena hal ini"
"Keluarkan saja kalau begitu" Ujar Album tanpa rasa bersalah,membuat Andre mendidih mendengarnya.
Dengan cepat Andre berjalan ke arah Album,dilingkupi kemarahan atas sikap Album yang seakan tak merasa bersalah sama sekali. Saat Album menatap mata Andre,ia dapat merasakan rasa panas di pipinya akibat tamparan Andre,ia bahkan tersungkur di lantai rumah sakit sakin kerasnya tamparan yang ia terima dari sang ayah,hal yang tak pernah terpikirkan oleh Album. Andre akhirnya menampar dirinya.
Tentu saja Album mulai merasakan takut apalagi saat Andre menarik bajunya agar ia berdiri,mungkin saja ia akan mendapatkan tamparan kedua bila Anggara tak memisahkan Album dari ayahnya sendiri. Hanya saja Album tak gentar,ia menatap nyalang Andre walaupun dirinya takut.
"Berikan anak itu padaku Anggara,biar dia tahu akibatnya!" Anggara tidak gila,ia tak mungkin membiarkan Andre menghajar anaknya sendiri.
"kau mau di usir dari rumah sakit karena membuat keributan Andre?" Andre diam,ia membiarkan Anggara menarik Album sedikit menjauh darinya dan mendudukkan anak itu di salah satu kursi.
"jadi,apa kau tak berniat menjelaskan sesuatu Al?" tanya Anggara sambil duduk di samping Album.
Anggara dapat melihat pipi Album yang mulai memerah gelap dan sudut bibirnya yang terlihat robek. Album sendiri hanya diam tak berniat menjawab,beberapa saat kemudian Anggara berdiri.
"uncle ambilkan obat dulu untuk lukamu"
Anggara tidak tahu apakah ini adalah hal bagus,meninggalkan Andre dengan Album berdua. Tapi luka di wajah Album juga harus segera diobati.
Andre menghela nafasnya kasar,ia menatap putranya. Ada sedikit rasa menyesal telah menampar Album. Membuang semua egonya,Andre mendekat ke arah Album,anak itu tak menatapnya sama sekali. Saat Andre duduk di samping Album,ia menarik anak itu ke dalam pelukannya,Album sendiri tak bergeming,ia hanya diam.
"Maaf untuk tamparan itu" ujar Andre,merasa Album takkan menjawab,ia melepaskan pelukannya dan menatap Album.
"bisakah kau mengatakan pada daddy kenapa ikut balap liar Al?" Album hanya tak menjawab,manik abu-abunya hanya lurus menatap pintu rawat dimana ayahnya tadi keluar,Galeri pasti di sana.
Andre mengikuti arah pandang Album,ia mengusap kepala Album sekilas lalu memilih menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"kau tahu dia mengejarmu?" Album hanya menatap Andre sekilas. Jujur saja,ia tidak tahu. Tapi,Album sudah menebak alasan Galeri berada di rumah sakit karena dirinya. Saat orang-orang yang menjemputnya atau lebih tepatnya menarik Album secara paksa ke rumah sakit,ia sudah diberitahu tentang Galeri yang dirawat.
"Al,adikmu itu selalu nekat dan..."
"bodoh" Album memotong kalimat Andre,pria itu tak marah mendengar Album mengatakan hal itu,ia malah tertawa mendengarnya.
"keras kepala" sambung Andre setelah tertawa.
"dia mencarimu dengan sepeda di malam hari dan hebatnya,saat angin yang memang sedang kencang malam ini,anak itu tidak memakai jacket dan hanya menggunakan piyama" dahi Album mengkerut mendengar cerita Andre tentang 'apa hal bodoh yang dilakukan Galeri malam ini' dan itu cukup membuat Album ingin menepuk jidat saudara kembarnya itu,membahayakan nyawa sendiri adalah hal bodoh yang sialnya sering Galeri lakukan tanpa niat buruk.
Kedua nya diam,Andre tak berniat menuntut penjelasan pada Album,ia sangat tahu Album takkan menjelaskan apapun jika ia memang tak mau. Album menghela nafasnya,faktanya ia mengambil peran yang cukup besar dengan keadaan Galeri saat ini dan Andre yang tak menuntutnya menjelaskan apapun entah bagaimana cukup menganggu Album.
"aku melakukan hal bodoh" Ujar Album membuka suara,Andre menatap manik abu-abu itu,ada keraguan dan penyesalan disana yang entahlah,Andre tak yakin penyesalan di manik abu-abu itu tertuju untuk Galeri atau bukan.
Andre sendiri memilih diam,menunggu Album melanjutkan kalimatnya sendiri tanpa paksaan apapun dan putranya itu terdiam cukup lama seakan sedang menata kata demi kata yang akan ia utarakan.
"aku menerima sebuah tantangan,aku menolaknya tapi..." Album kembali ragu lagi untuk beberapa saat,ia tahu hal ini tidak bisa dibenarkan dan sungguh kekanakan,Andre menaikkan alisnya seakan mengatakan 'tidak apa-apa,lanjutkan saja' tanpa niat untuk menyudutkan Album.
"aku bukan penakut karena itu aku menerima tantangannya dan..." Album menggigit bibirnya,menimang-nimang apakah ia harus mengatakan bahwa balapan ini dapat membuktikan apakah dia pantas masuk ke dalam salah satu kelompok berandal sekolah mutiara. Saat kembali menatap Andre,Album menggelengkan kepalanya. Tidak,Andre tidak boleh tahu tentang yang satu itu.
"dan apa?" tanya Andre karena tak kunjung mendengar sambungan kalimat menggantung putranya itu.
"dan aku ikut balapan,maaf dad" Album menunduk,tak mau melihat reaksi Andre. Sedangkan Andre sendiri tak tahu harus mengatakan apa,ia kembali menghela nafasnya.
"dan motornya,dari mana kau mendapatkan motor untuk balapan?"
"temanku yang menantangku ikut balapan juga meminjamkan aku motornya"
Beribu kata yang ingin Andre ucapkan pada putranya itu tapi ia sendiri bingung harus mulai dari mana agar Album mau mendengarkan setiap kata dengan benar. Andre menggenggam bahu Album agar mau menatapnya, saat putranya itu menatapnya, Andre menghela napas pelan.
"Jujur saja, Al. Daddy ingin menamparmu sekali lagi" Album hanya menunduk, Andre bukan tipe ayah yang bermain kekerasan saat marah dan tamparan yang Album terima hari ini adalah tamparan pertama yang Andre berikan pada anaknya, bahkan Album-lah anak yang pertama kali Andre tampar.
"Daddy boleh melakukannya, aku salah" Andre menggeleng, berbanding terbalik dengan ucapannya, Andre menarik Album dalam pelukannya. Dibandingkan marah ia hanya kecewa, ia lebih marah pada dirinya sendiri dari pada Album, ia seakan tak sepenuhnya tahu apa yang anak itu sukai, ia tak sepenuhnya tahu bagaimana kehidupan Album di luar rumah.
"Maaf sudah menjadi ayah yang buruk dan tidak di sisimu, Al" Album membeku, ia pikir ayahnya akan memberikan nasihat panjang, ia pikir ayahnya akan marah dan memeluknya hanya agar tak terlepas menampar dirinya lagi mengingat mereka masih di rumah sakit.
"Daddy,tidak marah?" tanya Album saat Andre melepaskan pelukannya dan malah mengusap sayang kepala Album. Pria itu menggeleng,ia mengecup kepala anaknya.
"Daddy lebih marah pada diri daddy sendiri karena tidak bisa menjaga kalian dengan benar" Album ingin menyangkalnya, tapi entah mengapa ia hanya diam dan menatap Andre, walau itu bukan tatapan sedih, tapi Andre tahu bahwa Album merasa bersalah.
"kau suka balapan, Al?" tanya Andre pada putranya, Album diam, ia bingung harus menjawab seperti apa.
"Daddy tidak membenarkan apa yang kau lakukan walau atas dasar suka atau hobby bila itu salah, tapi bila kau menyukai balapan maka kau harus mengatakannya, ada cara yang lebih baik untuk memfasilitasi hobby, Al" Album masih diam, ia tak tahu harus merespon apa, haruskah ia jawab bahwa dirinya -menyukai balapan? Atau jangan-jangan andre hanya mengetesnya saja jadi seharusnya ia tak menjawab pertanyaan Andre tentang menyukai balapan.
"kita bahas ini nanti, Galeri sepertinya akan di pindahkan ke ruang rawat sekarang" Andre berdiri dari duduknya diikuti Album, Album sendiri enggan menatap bagaimana kondisi Galeri, rasa tidak nyaman melingkupinya tapi ia enggan menganggap itu rasa bersalah.
"ayo Al"
Vomentnya dong guyss

KAMU SEDANG MEMBACA
KATANYA KEMBAR
Teen FictionSemua orang mengatakan bahwa Galeri dan Album sama sekali tidak mirip, sangat jauh berbeda. tapi,Andre bisa memastikan bahwa kedua anak itu adalah saudara kembar,keduanya berbeda dan itu adalah keistimewaannya. "Gua cape harus jagain lu,gua cape di...