47. Serpihan yang Mulai Muncul

3.8K 456 266
                                    

"LEE JENO!" Pekik Haechan yang memasuki ruang rawat Jeno.

Jeno yang masih melamun sontak terkejut ketika sebuah tronton menubruk diri nya, memeluk nya dengan brutal.

"Bajingan lo. Tidur 2 bulan anying." Maki Haechan yang masih memeluk Jeno.

Jeno terkesiap dan melepas paksa pelukan Haechan. "2 bulan?" Lirih nya kebingungan.

Haechan mengangguk ribut. "Lo gak ikut ujian sekolah, gak makan selama 2 bulan, tidur terus selama 2 bulan, gak mandi juga selama 2 bulan terus lo gak buang air se..."

"Bacot, Chan!" Sela Renjun emosi dan menarik Haechan menjauh. "Orang baru sadar gak usah lo bikin tidur lagi," kelakar nya.

Pandangan Renjun menatap Jeno dengan tatapan sedih. "Maaf, Jen..." lirih nya memeluk Jeno dengan pelan, tidak sebrutal Haechan tentu nya. "Maaf karena gagal jadi Gege yang baik buat lo."

Jeno tidak mengerti. Kilatan bingung terlihat jelas di mata nya. Ia menatap Mark untuk meminta penjelasan.

"Gak usah terlalu di pikirkan, lo baru sembuh, Jeno." Ujar Mark membuat sorot bingung itu perlahan memudar. "Jangan terlalu banyak pikiran, nanti lo drop lagi," lanjut nya.

Jisung ikut mendekati Jeno, menarik Jeno dengan pelan untuk ia peluk. Jisung sangat merindukan presensi Jeno selama 2 bulan ini.

"Aku rindu sama Mas Jeno." Ujar si bungsu dengan tarikan napas sesak. "Aku tahu Mas suka tidur, tapi gak tidur selama 2 bulan juga. Mas gak boleh bablas lagi,"

Chenle mengelus tangan Jeno yang bebas dari infus. "Aku janji akan jagain Mas selalu," ujar laki-laki itu. "Gak ada yang boleh terluka lagi."

"Sebenarnya, gue kenapa?" Tanya Jeno menyuarakan kebingungan yang sedari tadi ia tahan. "Gue... gak ngerti," lirih nya menundukkan kepala.

Jeno meringis pedih ketika merasakan sakit di perut nya. Rasanya sangat sakit, seperti sesuatu tengah terkoyak di perut nya. Lantas, Jeno mengangkat sedikit baju nya dan terlihat perban besar melilit di perut nya. Masih terlihat ada noda merah di perban tersebut.

"Mas tahu?" Chenle menarik atensi Jeno. "Aku benci sama pengkhianat." Lanjut nya membuat Jeno bungkam.

Jeno kembali memandangi perut nya, ingatan nya berusaha keras untuk memutar kejadian sebelum diri nya jatuh tidur selama 2 bulan... kata saudara nya.

Yang terakhir Jeno ingat. Di malam hari, ketika Jeno selesai merawat bunga-bunga nya, ia berjalan ke luar kamar dan berhenti di pintu kamar Jaemin.

Tunggu, Jeno memandang ke segala arah dan... tidak menemukan Jaemin bersama mereka?

Lalu, ingatan Jeno kembali memutar ketika ia dan Jaemin berbincang singkat sebelum pergi untuk membeli seblak dan martabak. Jeno ingat ketika Jaemin mendekati nya dan...

JAEMIN MENUSUK NYA MENGGUNAKAN PISAU!

Jeno langsung terkesiap dan air mata nya jatuh seketika, ketika menatap Mark dengan tatapan nanar, makin yakin lah Jeno bahwa Jaemin lah penyebab ia menjadi seperti ini.

"Sekarang... lo tahu maksud Chenle kan?" Tanya Mark dengan nada yang kentara sedih.

Chenle mengulas senyum miris, mengusap rambut Jeno dengan tangan bergetar. "Maaf, Mas. Aku benci seorang pengkhianat sekalipun itu saudara aku," lirih nya sendu.

"Maaf karena di malam itu gue, Haechan dan Jisung harus dalam keadaan lemah dan gak bisa jadi penolong buat lo," ujar Renjun dengan mata yang sudah basah. "Lo pasti menderita malam itu," lanjut nya menangis sedih.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang