14

73 5 0
                                    

𝗕𝗔𝗣𝗔𝗞𝗞𝗨 𝗣𝗘𝗠𝗘𝗥𝗞𝗢𝗦𝗔 (?)
Eps 14

Biyan lari menghampiri terlihat khawatir, Hana buru-buru menjelaskan, "Kamu ke dalam saja selesaikan pembicaraan dengan Bapak Muyandi. Bunda biar di sini ngobrol dengan Teh Lisna istrinya Pak Feri." Hana mulai mengganti panggilan dengan lebih sopan.

Biyan memandang Lisna dan Feri curiga tapi menurut juga kepada bundanya.

"Neeeng! Kenapa di situ siiih? Duduk sini temenin bunda!" Biyan neriakin istrinya.

"Iya, Bang, iya." Nca sigap kembali dan duduk di samping Hana. Setelah itu Biyan berjalan kembali mendekati Abah Mulyandi yang hanya memperhatikan dari jauh. Tak lama kemudia mereka berdua menghilang masuk ke dalam rumah.

Hana menoleh ke Lisna, "Iya betul, Teh Lisna, aku sudah dalam pinangan, sedang menentukan tanggal insyaa Allah, mohon doanya ya."

"Tuh denger! Bangun ah, kamu malu-maluin aja, Lis. Kesannya saya lalaki beleguk pisan doyan nikah diam-diam. Enggak ya .. saya gak seperti itu." Feri mengomeli istrinya.

Lisna mengangkat cadarnya ke atas lalu merayap maju mendekati Hana dan menjulurkan tangan, "maafkan saya, maaf. Hana kan ya? Kamu masih ingat saya? Kita beda setingkat di SMA."

Hana masih ingat wajah perempuan itu. Memang telah menjadi tua namun masih tampak cantik di mata Hana. Lisna tidak memakai make up, kulitnya sehat terawat.

Hana menerima salam tanpa bergerak dari tempatnya duduk, "iya masih ingat, hehe, maafkan aku juga, Teh Lisna, tidak mempunyai adab, duduk berdua dengan suami orang. Wajar kalo Teteh marah. Maaf ya, Teh."

"Eee .. ada hal penting yang harus dibicarakan, kan si Nca juga duduk di situ masih kelihatan. Kita gak cuma berdua aja." Feri menyanggah.

"Lagian Aa kenapa bohong bilangnya mau pergi ke rumah teman? Wajar dong saya curiga." Lisna ngomel.

"Eeeh ulah diumumkan depan si Hana atuh, Neng. Ngerakeun pisan." Feri juga ikut ngomel.

"Ya biar Hana tahu kenapa saya jadi gini. Saya kan juga malu jadinya." Lisna tetap ngotot.

"Hana, kamu jangan percaya kalau dia bilang ikhlas dipoligami. Cuma pencitraan." Feri malah ngatain istrinya.

"Saya ikhlas kok. Buktinya beberapa kali saya carikan kamu calon." Lisna berkata dengan bangga.

"Bohong banget, kamu cuma nunjuk-nunjuk awewe, Aa mau gak sama dia? Aa mau gak sama yang ini yang itu? Apaan kek gitu? Kamu cuma ngetest doang, iya kan?"

"Enggak tuh, kalau Aa mau, ya saya lamarin." Lisna tetap ngotot.

"Wakakak, kamu tahu kalau saya gak niat poligami. Kamu tahu banget makanya berani begitu." Feri tetap gak percaya.

"Buktinya tadi saya kasih selamat ke Hana dan minta agar jangan dicerai." Lisna berkata dengan wajah teramat sangat sedih. Hana merasa ada yang mengganjal. Benarkah Lisna sedemikian redhonya kalau suaminya nikah lagi?

Feri menepuk kepala istrinya dan berkata dengan nada yang lembut, "sudahlah Lisna. Jangan rendahkan dirimu di hadapan orang lain. Jika kamu begitu nanti saya dianggap merendahkan diri kamu."

Feri lalu menoleh ke Hana dan Nca, "Lisna sudah dua kali keguguran qodarullah wamasya'afa'al."

"Innalillahi wainna ilaihi rajiun, ya Allah." Hana bersimpati. Nca juga mengucap kalimat yang sama.

"Saya dan Aa belum punya anak jadi saya tahu diri ajalah." Lisna membuang muka tampak mau nangis.

Hana buru-buru menyelak sebelum lebih jauh melihat drama rumah tangga orang lain. "Teteh sudah makan? Mau makan? Nca ambilin nasi untuk Teh Lisna."

JAUH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang