06

46 5 0
                                    

𝗕𝗔𝗣𝗔𝗞𝗞𝗨 𝗧𝗔𝗞𝗛𝗕𝗜𝗕
Eps 06

Hana mengontrak di pinggiran Bogor yang suasananya masih dingin dan terlihat Gunung Pangrango. Seorang akhwat tinggal sendiri cepat atau lambat mengundang perhatian. Hana merasa salah langkah, tidak seharusnya pindah ke kampung yang masyarakatnya masih kepoan. Namun bekal uang tidak cukup jika memilih tetap di kota. Sewa kontrakan mahal dan rata-rata sangat kumuh.

Biyan awalnya memohon agar bundanya pulang. Hana menjelaskan dengan sabar.

"Nak, Bunda bukan kabur tapi menyepi sejenak untuk berpikir. Jangan nangis ah, kita masih bisa berkomunikasi."

"Tapi kenapa Biyan gak boleh tahu Bunda tinggal di mana?" Biyan protes.

"Nanti yah! Nanti!" jawab Hana singkat.

"Bunda gak percaya dengan Biyan? Bunda anggap Biyan mata-mata Papah ya?"

"Kalau kamu malah ngajak berdebat, Bunda gak segan-segan memblokir nomor kamu." Hana mengancam.

Biyan tidak bisa berkutik telah sangat mengenal bundanya. Hana adalah seorang perempuan kuat yang tidak bisa diatur siapapun. Mempunyai keyakinan sendiri dalam bersikap. Biyan terkadang merasa Ustadz Haikal membuang bundanya karena hal itu. Tidak tahan dengan keras kepala dan keras hati bundanya.

Pagi itu Biyan kembali menghubungi Hana.

"Bunda, Ustadz Haikal ingin bicara."

Tidak terdengar respon.

"Bunda? Bunda dengar kan Biyan ngomong?" Biyan bertanya sambil memeriksa hapenya, masih nyala.

"Abang Haik mau bicara? Wallah?" suara Hana terdengar bergetar.

"Iya Bunda, beliau ada di samping Biyan. Bunda mau kan ngomong dengan Ustadz Haikal?" Biyan bertanya sekali lagi.

"Mau, Nak, mau." jawab Hana. Biyan tahu bundanya telah menangis.

Biyan menyodorkan hape, Ustadz Haikal terdiam sejenak lalu mengambilnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh." Ustadz Haikal memberi salam.

Hana menjawab salam sambil menangis tidak menyangka akan mendengar suara itu lagi.

"Afwan .. kita harus berbicara kembali dengan hijab. Semoga Allah mengampuni." Ustadz Haikal juga terdengar sedih.

Hana tidak menjawab karena menyembunyikan tangisnya.

"Ya Ummu Biyan, kenapa pergi melarikan diri?" Ustadz Haikal bertanya.

Sesaat tidak ada respon lalu terdengar suara yang tegas. "Abang Haik menelepon aku untuk apa?"

"Ana khawatir dengan keadaan anti." jawab Ustadz Haikal.

"Lalu?" suara Hana mulai tidak bersahabat.

"Pulanglah ya Ummu Biyan. Selesaikan masalah baik-baik. Mau ya?" pinta Ustadz Haikal.

"Memangnya ada masalah apa?" tanya Hana judes.

"Ya Ummu Biyan, ana minta maaf jika telah menyakiti anti. Banyak hal yang ana lakukan adalah kedzoliman, astaghfirullah. Ana janji akan ikhtiar memperbaiki keadaan, tapi anti pulang dulu. Kita bicarakan bersama Biyan semua masalah yang telah terjadi. Mau ya?" Ustadz Haikal memohon.

"Bang .. Abang diancam oleh Abah Mulyandi kan?" tuduh Hana.

"Wallahi tidak. Ana mentalak anti tidak di bawah ancaman siapapun, dilakukan dengan sadar dan niat." jawab Ustadz Haikal tetap tenang.

Hana menangis lagi mendengarnya. Ustadz Haikal buru-buru menambahkan. "Tapi semuanya demi kebaikan anti. Demi kebahagiaan anti. Ana ingin menjelaskan tapi tidak enak kalau lewat telepon. Pulang ya?"

JAUH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang