05

25 3 0
                                    

𝐁𝐀𝐏𝐀𝐊𝐊𝐔 𝐃𝐔𝐃𝐀 𝐊𝐄𝐑𝐄
Eps 05

Feri mengetikkan perkataan Ustadz Haikal terkait acara rutin relawan setiap bulan. Feri duduk di lantai agar mudah karena meja tamu yang rendah. Ustadz Haikal ikut turun ke lantai tanda baiknya adab tidak membiarkan tamu duduk lebih rendah.

Hubungan Feri dan Ustadz Haikal adalah murid ke guru, tapi juga terhitung sahabat. Terjaga dengan baik selama ini saling membantu dalam banyak permasalahan. Feri bukan hanya berguru ke Ustadz Haikal tapi juga mempelajari ilmu Bahasa Arab dan berbagai kajian kitab ke banyak ustadz. Walaupun terhitung jomblo, Feri sangat sibuk. Selain ngojol, belajar agama juga menjadi marbot tetap masjid.

Ustadz Haikal pernah bertanya, "antum kenapa malah ngojol dan menjadi marbot padahal antum bisa lebih?"

"Saya ingin punya banyak waktu luang untuk belajar agama. Lagipula saya tidak punya tanggung jawab untuk memberi nafkah, untuk apa repot mencari uang besar? Kebutuhan saya hanya sedikit."

Ustadz Haikal juga pernah bertanya, "apakah antum tidak mau menikah?"

Feri menjawab, "saya ingin memperbaiki diri dulu."

"Apakah memperbaiki diri tidak bisa bersama pasangan?"

"Nanti, Ustadz, nanti .. saya ingin mengejar ketinggalan terlebih dahulu agar bisa mendapatkan akhwat yang sesuai keinginan." jawab Feri.

Ustadz Haikal ingin sekali bertanya apakah akhwat itu Ummu Biyan? Namun merasa kurang pantas mengorek isi hati seseorang.

Feri dan Ustadz Haikal tidak pernah lagi menyebut-nyebut nama Hana dan akhirnya terlupakan begitu saja.

Hingga akhirnya Halimah berpulang tanpa tanda-tanda.

Setelah sepekan kematian berlalu, Feri bertanya, "Ustadz, apakah ada rencana menikah lagi?"

Ustadz Haikal hanya menggelengkan kepala. Feri tidak lanjut membahas, Ustadz Haikal masih sedih.

Sebulan kemudian Feri bertanya lagi dan juga banyak ikhwan lainnya. "Ustadz mau nikah lagi?"

Ustadz Haikal tetap menggelengkan kepala tanda tidak ingin membahasnya. Feri sudah cukup mengenal hingga paham karakter sahabatnya itu.

3 bulan kemudian, Feri jelas menyebut nama, "Hana masih belum menikah, apakah Ustadz tidak ingin mengkhitbahnya?"

Barulah ekspresi Ustadz Haikal berubah dan menoleh ke Feri, "seharusnya ana yang bertanya seperti itu, kenapa antum tidak mengkhitbahnya?"

"Udah enak sendiri, Ustadz, hehe." Feri nyengir.

"Tidak baik ikhwan muda melajang terlalu lama." Ustadz Haikal berkomentar.

"Baru juga setahun lebih, Ustadz. Belum lama lah itu. Ustadz duluan aja deh nikah, saya belakangan." Feri balik menggoda.

Wajah Ustadz Haikal berubah terlihat tegang. "Ana .. sudah tua."

"Eeee, 52 tahun masih bisa punya anak 10 lagi, hihi." ucap Feri sambil ngikik.

"Maksud antum menikahi gadis? Ya Allah membayangkannya saja sudah merasa berat." Ustadz Haikal geleng-geleng kepala.

"Ustadz bayangin apa? Olahraga makanya, Ustadz, wakakak." Feri makin tergelak.

Pak! Ustadz Haikal menepuk lengan Feri sambil tertawa, "antum ini ..  yang ana bayangkan adalah tanggung jawabnya. Kita sebagai ikhwan banyak sekali yang harus dilakukan jika menikah. Nafkah, mendidik, memperhatikan dan menjaga. Semua dari awal lagi jika menikahi gadis. Selama tidak wajib ana tidak mau menempuh jalan berat dalam hidup. Tugas yang di depan mata saja jalani sebaik-baiknya tidak perlu menambah lagi daftar kewajiban."

JAUH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang