03

19 3 3
                                    

𝘽𝘼𝙋𝘼𝙆 𝙄𝘽𝙐𝙆𝙐 𝙏𝘼𝙆 𝙋𝙀𝙍𝙉𝘼𝙃 𝙈𝙀𝙉𝙄𝙆𝘼𝙃
Eps 03

"Hah? Papah gak mau kuliah lagi?" pagi-pagi Biyan menerima kabar buruk.

Feri geleng-geleng kepala. "Males."

"Ya Allah, Papaaaah! Baru juga jalan satu semester masa udah DO?" Biyan protes.

"Suka-suka Papah dong! Kok jadi kamu yang ngatur?" Feri cemberut sambil menarik selimut ke kepala.

"Papaaah! Jangan gitu ah, Pah! Ayo kita kuliah! Apa yang sudah dijalani jangan berhenti begitu saja. Banyak orang ingin kuliah tapi gak ada biaya. Masa Papah gak mau bersyukur?" Biyan menasihati.

Feri langsung duduk lalu menoyor putranya, "sok tua banget kamu! Belajar lari gak muntah dulu! Baru nasihatin Papah!"

"Hehe, maaf. Abis Biyan heran banget. Emangnya gak bosen ya rebahan, maen game, rebahan, maen game? Lihatnya aja bosan." Biyan protes lagi.

"Jangan dilihat makanya. Siapa suruh kamu selalu ke sini?" ucap Feri kembali rebahan.

"Lah Biyan kan kerja di sini. Gimana sih, Papah?" Biyan benar-benar heran dengan sikap papanya.

"Dari pada ngurusin Papah, mending pikirin bunda kamu tuh. Lagi menjalani karir jadi pelakor di Jakarta." ucap Feri julid.

"Astaghfirullah, Papaaaaaah!" Biyan terperanjat mendengar ucapan ayah biologisnya yang terdengar sangat jahat di telinganya.

"Ups, lupa. Anak kucing mendadak jadi gorila kalo bundanya kesenggol." Feri bodo amat.

"Papah jangan menghina bunda, minta maaaaf!" Biyan mulai histeris.

"Jangan harap! Emang bunda kamu lebih milih jadi pelakor ustadz daripada nikah dengan Papah." Feri tidak peduli.

"Papaaaah!" Biyan mengangkat kedua tangannya seperti ingin memukul.

"Mau mukul Papah? Ck-ck-ck, benar-benar anak sholeh." sindir Feri.

"Papah memangnya gak bisa muhasabah ya? Bunda jadi diceraikan gara-gara Papah. Giliran bunda sudah mau dinikahi, Papah malah nolak. Sekarang Bunda Biyan jadi stress semua gara-gara Papah. Seharusnya Papah tanggung jawab bukannya ngata-ngatain." Biyan makin emosi.

"Papah sudah tanggung jawab. Dari dulu Papah selalu tanggung jawab. Papah gak pernah ninggalin bunda kamu. Dia yang selalu kabur. Papah bukan nolak tapi gak mau maksa. Alhamdulillah gak jadi nikah. Lihat kan ternyata bunda kamu bucin banget dengan si kakek. Sampe memilih tinggal di samping rumah si kakek." Feri berkata dengan marah.

Biyan terperangah. "Pindah ke samping rumah Ustadz Haikal?"

"Memangnya kamu gak tahu?" Feri melirik putranya heran.

"Astaghfirullah, bunda gak ngomong. Balik lagi ke lingkungan situ aja Biyan sudah gak setuju malah tinggal di samping rumah Ustadz Haikal? Ya Allah." Biyan merasa jantungnya merosot dan tekanan darah meninggi padahal usianya baru 23 tahun.

"Baru tahu ya betapa jahatnya bunda kamu dengan Papah? Sudah, Papah mau tidur lagi." Feri membalikkan badan lalu menutup dirinya dengan selimut.

"Abiiiiii!" Seorang gadis berhijab biru menghambur masuk. Biyan auto minggir.

Feri terlonjak kaget, "Ayna?"

"Abiiii, Abi jahat, Abi jahaaaat!" Gadis itu menangis tersedu di pinggir ranjang. Feri berdiri lalu menyentuh kepalanya, "ya Allah Ayna, kamu ke sini dengan siapa?"

"Sendiri. Kenapa Abi ninggalin Ayna, kenapa? Huhu." gadis itu semakin menangis. Biyan merayap keluar memberi privacy.

"Maafkan Abi, Ayna. Tapi Abi gak ninggalin. Enggak, Abi gak ninggalin."

JAUH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang