06

38 4 1
                                    

𝐁𝐀𝐏𝐀𝐊𝐊𝐔 𝐃𝐔𝐃𝐀 𝐊𝐄𝐑𝐄
Eps 06

Feri terkejut ketika melihat Hana menangis.

"Harusnya yang nangis saya. Kamu keterlaluan pisan, Hana." Feri menurunkan nada suara terdengar sedih.

Hana hanya menangis tidak mengucap satu katapun.

Feri celingak-celinguk, adakah yang melihatnya? Tidak tampak satu orangpun. Toko bunga pintu belakangnya tertutup.

"Hana! Hana, maaf! Maaf! Maafkan ucapan saya yang terlalu kasar." Feri akhirnya minta maaf sambil mengetuk pintu.

Hana mengangkat wajahnya lalu berkata sambil menangis. "Ustadz Haikal jahat banget, Fer. Dulu dia kasih aku ke kamu. Sekarang dia tawarkan aku ke remaja di bawah umur. Aku sebenarnya sangat marah, tapi aku gak berani memarahi seorang Ustadz. Katanya hal ini tidak melanggar syariat, tapi rasanya sakit, Fer. Sakit banget ya Allah .. sakit banget!" Hana semakin terisak.

"Kamu berhak marah, Hana. Anak itu tidak ada otaknya." Feri ngomporin merasa senang melihat Hana ternyata marah.

"Bukan Nawiiiii! Ustadz Haikal! Ngerti gak sih? Ustadz Haikal yang jahat!" Hana jadi marah.

"Lho gimana sih? Bocah itu lah yang ngaco. Kamu harusnya tegas aja ke dia." sanggah Feri.

"Di belakangnya ada Ustadz. Di belakang Nawi ada keluarga yang katanya mendukung. Tadi kamu nguping kan, Feri? Ustadz Haikal meminta aku mempertimbangkan. Aku ini mantan istrinyaaaaa! Gila apa dia datang ke sini mengkhitbah untuk anaknya? Katanya gak menyelisihi syariat? Ya Allah pusing aku! Pusing! Kamu ngapain ke sini? Kenapa kamu belum berubah juga, Feri? Kenapa lagi-lagi kamu menerobos masuk tanpa ijin?" Hana teringat dan mulai memarahi Feri.

"Maaf-maaf-maaf, khilaf .. saya juga gak ngerti kenapa kalau sama kamu selalu saya gak bisa kontrol diri." Feri buru-buru mengakui dan meminta maaf.

"Bagaimana mungkin aku bisa marah ke Nawi? Dia datang untuk melamar. Dia datang bersama orang yang dituakan untuk menghormati aku. Dia tahan Ramadan sebagai mahram bagiku. Dia bawakan konsep pernikahan dan bersedia untuk negosiasi. Dia menjalankan aturan ta'aruf dengan benar. Bagaimana aku bisa marah padanya, Feri? Sedangkan kamu .. apa yang kamu lakukan padaku? Kamu merengek, menyindir, menghina, menerobos masuk rumahku. Dan kamu berharap aku bisa memperlakukanmu sama seperti Asnawi? Silahkan duduk, Feri! Ayo mari kita berkhalwat." Hana menyindir dan menunjuk tempat duduk.

"Kita tidak berkhalwat, pintu tidak ditutup." Feri menyanggah.

"Silahkan duduk, wahai tamu yang seharusnya dimulyakan." Hana terus menyindir.

"Maaf, Hana, maaf." Feri cuma bisa meminta maaf.

"Kenapa kamu belum berubah, Feri, kenapa?" Hana bertanya.

"Saya sudah berusaha. Tapi kamu tidak memberi kesempatan untuk saya memperlihatkan perubahan." jawab Feri.

"Kamu yang tidak pernah datang."

"Saya galau, Hana. Tadinya saya mau datang menemui tapi Ustadz Haikal kembali menjadi duda." Feri menjelaskan.

"Apa hubungannya?" Hana mulai ngegas.

"Saya merasa beliau lebih berhak." jawab Feri mengakui.

"Kamu gak jelas!" Hana mulai sewot.

"Kenapa saya selalu bingung jika bicara dengan kamu ya?" Feri mulai garuk-garuk kepala.

"Asnawi tidak! Dia tidak bingung bicara denganku. Kenapa bisa begitu ya? Kenapa dia bisa memahami aku dengan cepat, kenapa kamu tidak?" Hana mulai ngomong sendiri.

JAUH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang