𝗗𝗮𝘆 𝟬𝟳 - Face Sitting

8.1K 188 0
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Character :
VINSMOKE SANJI
- One Piece -

Character :VINSMOKE SANJI- One Piece -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Sebagai seorang pelukis, [Name] selalu memperhatikan keindahan. Dengan mata safir, tubuh ramping, dan rambut emas yang berkilau, dia bisa menyimpulkan bahwa Sanji adalah manusia yang indah.

Tapi dia tak mampu menahan rasa terkejut saat melihat dada besar dan organ kelamin wanita menempel di tubuh si pirang. Walau, jujur saja hal itu tak mengurangi keindahan dari pangeran Germa ketiga.

"Aku percaya kau akan menjaga hal ini di antara kita berdua. Ada persentase kecil dari populasi pria dengan anatomi ini dan tidak ada yang mengetahui hal ini kecuali kau dan orang tuaku," ujar Sanji dengan senyum kecil.

Sanji merasa aman jika [Name] yang mengetahuinya, sehingga dia bisa leluasa melepas baju. Menunjukkan aset berharga yang tak pernah dilihat oleh siapapun.

"U-uh ... saya akan segera menyiapkan alatnya, Yang Mulia." [Name] hampir berlari menuju koper di atas lantai. Berusaha untuk tidak berlama- lama menatap tubuh telanjang Sanji.

Dia fokus mempersiapkan alat lukis dan kanvasnya menghadap sofa. Lalu memanggil dan mengarahkan sang pangeran untuk berbaring sesuai pose yang diinginkan.

Bukan hal yang baru baginya untuk melukis bangsawan tanpa busana. Namun mengetahui anatomi tubuh sang pangeran, membuat dia berpikir bahwa yang harus melukis tubuh ini adalah asisten wanitanya.

Tapi mengingat perkataan Sanji tentang rahasianya, [Name] dengan ragu menggoreskan cat pada kanvas yang belum ternoda untuk lukisan pertama dari seratus lukisan yang diminta.

Memulai dari bahu hingga tangan, kemudian leher hingga ke tulang selangka. Sanji menegakkan badan, memamerkan dada yang terbuka.

Kerlingan mata safir itu membuat [Name] meneguk ludah dengan susah payah. Mulai memikirkan hal-hal tak sopan, yang perlahan berubah menjadi sebuah keinginan yang tak seharusnya dimiliki seorang pelukis jalanan.

Dia berusaha mengabaikan pikiran itu, namun gagal di malam ke tujuh.

"[Name] ... untuk sementara ini kau yang ditugaskan untuk melakukan apapun yang kuminta, kan?"

Mereka baru saja menyelesaikan sesi lukis hari itu. Sanji melepas bathrobe yang tersampir di bahu. "Benar, Yang Mulia," kata si surai hitam dengan kepala tertunduk.

"Bisakah kau memuaskanku?" Sanji bertanya sambil duduk di tempat tidur dan merentangkan kakinya.

Selama satu minggu, ketertarikannya pada [Name] menjadi semakin besar. Dia tahu dia tidak punya kesempatan untuk meniduri pria ini. Jadi dia akan mengambil apa yang masih bisa dimanfaatkan.

"Kau mungkin takut melakukan hal yang tak sopan, tapi aku akan sangat senang jika bisa merasakan lidahmu di dalam diriku," ujarnya dengan suara manis dan sensual.

[Name] sudah bernafsu sejak beberapa hari lalu. Pemandangan indah dari pangeran telanjang itu sudah cukup untuk membuat dirinya goyah.

Si surai hitam berjalan ke tempat Sanji dan berlutut di antara kedua kakinya. "Apa pun untukmu, Yang Mulia ," katanya dengan suara lebih rendah.

Dia memulai dengan mencium ujung kemaluan Sanji, tepat di atas klitoris. Lalu mencium labia kanan dan kiri. Nafas panas yang menerpa kemaluan membuat Sanji menggeliat tak nyaman.

"Kau membuatku menginginkan lebih dari ini," gumam Sanji.

[Name] tersenyum kecil sebelum mengeluarkan lidah dan menyapu kemaluan si pirang. Mengirimkan sensasi kesemutan di sekujur tubuhnya. Lidah [Name] yang basah membuat vaginanya berdenyut dalam antisipasi.

Perlahan, [Name] menggerakkan lidah ke atas clit lalu mendorongnya lebih keras. Sanji menggigit bibir, tangannya bergerak membelai rambut si surai hitam.

Sang pelukis menghisap bibir vagina Sanji, lalu mendorong lidahnya ke dalam liang. Tangannya meremas dan menarik paha si pirang dengan kuat. Menjilat vagina itu, lalu melumatnya seolah-olah tengah berciuman.

Sanji sendiri membalas gerakan itu dengan mendorong pinggulnya menemui lidah [Name]. Pahanya menjepit kepala sang pelukis karena kenikmatan yang memabukkan.

"[Name] ahh! Rasanya luar biasa ... "

Lidah [Name] sudah masuk begitu jauh hingga hidungnya menyentuh klitoris sang pangeran. Benda tak bertulang itu dengan keterlaluan mengobrak-abrik bagian dalam Sanji dan membuat si pirang keluar tak terkendali.

Spuuurtt

Squirttt

Cairannya menyembur hingga mengenai pipi [Name]. Seolah belum puas, si surai hitam membalikkan posisi mereka, sehingga Sanji duduk di atas mulutnya. Sang pangeran ikut menggerakkan pinggul dengan keras untuk bertemu dengan lidahnya.

Meski kelelahan dan terlalu sensitif, dia terus menunggangi wajah tampan itu sampai vaginanya kembali berdenyut.

[Name] yang mulai terbiasa dengan reaksi itu pun menahan gerakan Sanji dan menarik pinggulnya ke bawah. Membuat lidahnya terdorong lebih kuat ke dalam hingga cairan putih mengalir keluar dari vagina si pirang.

Spurttt

Squirttt

[Name] membersihkan dan mencium vagina itu sekali lagi. Membaringkan sang pangeran yang merasa pusing setelah melepaskan semua ketegangan seksualnya.

─────•°•❀•°•─────

─────•°•❀•°•─────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗞𝗜𝗡𝗞𝗧𝗢𝗕𝗘𝗥 𝟮𝟬𝟮𝟯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang