Di dalam sebuah gudang, yang barang-barangnya tertata rapi, bersih, tidak ada sarang laba-laba. Pokoknya gudang itu sangat terawat.Seorang perempuan umur 40 an awal, terlihat berjongkok di depan sebuah lemari dua pintu warna hitam, yang kedua pintunya terbuka lebar.
Wanita yang tidak lain adalah Hajna tersebut, sedang membuka satu persatu tas , mencari sesuatu yang sudah dia simpan sudah belasan tahun lamanya.
Sudah 15 menit berlalu, dan dia belum menemukan benda itu. Padahal, masih wanita itu ingat dengan jelas. Dia menyimpannya di dalam salah satu koper yang ada dalam lemari ini.
Rasa takut, cemas, seketika menghampiri diri Hajna. Takut sekali, barang-barang berharga itu hilang atau bisa saja sudah di temukan oleh Rara. Dan yang paling menakutkan, barang-barang itu bisa jadi sudah suaminya musnahkan.
Memikirkan hal itu, dengan kasar, Hajna bangun dari jongkokkannya.
"Kamu jahat, Mas. Kalau apa yang aku pikirkan, benar. Kamu melenyapkan barang-barang bukti itu, Rara berhak dan wajib tahu. Aku nggak peduli, kita bahkan hidup miskin setelah ini, rasa sayangku pada Rara lebih besar dari harta sialan yang sudah majikanmu itu berikan pada kita selama ini,"bisik Hajna geram. Kakinya menendang-nendang, kertas, album foto, beberapa mainan kecil milik Rara.
Koran yang berisi berita kecelakaan orang tua Rara, foto orang tua kandung Rara, surat-surat yang berkaitan dengan penghapusan ingatan Rara. Hajna simpan dalam koper ini. Tapi, kemana itu semua?
Koran, tidak mungkin bisa Hajna dapatkan lagi, baru 24 jam koran itu menyebar, semuanya langsung di tarik cepat oleh Adnan yang penuh kuasa dan banyak uang belasan tahun yang lalu
***
Sayang, kamu dimana?
Mata Rara melebar, membaca chat Arez. Sayang? Bisik batin Rara sinis. Laki-laki macam apa yang akan jadi suami Mila. Sungguh menyedihkan si Mila. Mendapat bandit macam Arez. Dia jadi, selingkuhan Arez nanti, tahu rasa si Mila. Pikir Rara licik.
Tapi, demi Tuhan. Dia di bayar 1 triliunan pun akan Rara tolak. Menjauh dari Arez sejauhnya, itu sudah jadi pilihan mutlak hati dan logikanya.
Rara hanya membaca, dan untung dia menonaktifkan centang biru di aplikasi pesannya.
Share alamat. Aku akan menyusulmu!!!
Satu pesan dari Arez lagi, masuk. Rara tersenyum sinis melihatnya.
"Nggak sudi aku kasih tahu dimana aku saat ini,"Rara tersenyum sinis, masih tidak mau membalas. Hanya wanita itu read saja. Tangan kanannya, dengan santai mengambil kentang goreng, lalu memasukan ke dalam mulutnya. Mengunyahnya dengan penuh nikmat dan syukur.
Palasik, kamu dimana? Anak kita lapar, setan! Share lokasimu saat ini!
Lagi, pesan dari Arez masuk.
Babi. Jangan read doang. Balas anj!
Bruk
Muak melihat chat Arez yang mulai kasar, Rara melempar ponselnya di atas meja. Bersamaan dengan datangnya, orang yang dia tunggu sedari tadi.
Di meja nomor 9, di salah satu cafe yang ada di pusat kota.
Rara terseyum tipis, melihat wajah tidak berdosa orang di depannya. Yang tanpa kata atau sapaan, sudah mendudukkan dirinya di kursi seberangnya.
Dia mengajak bertemu, dia yang terlambat juga.
"Aku kira, kamu nggak akan datang, kamu hanya mengiyakan saja chatku, ternyata aku salah."Ujar Mila pelan, sembari meletakkan tas selempang kecilnya di atas meja. Kedua matanya,menatap makanan yang ada di atas meja, tepat di depan Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Baby
Romance2020 "Arez, aku hamil...." "Gugurkan!" 2021 "Arez, aku hamil," "Gugurkan, Rara!" 2023 "Arez...." Rara menahan nafas di saat laki-laki yang dia cintai sepihak sampai rela menjadi bvd4k pemu4s h4srat-nya, menoleh kearahnya. Menatapnya dengan tatapan s...